Tak Sengaja

472 42 2
                                    

Hari ini Tio tidak pergi ke kantor..
Sudah beberapa hari ini ia terus memikirkan April meski wanita itu sudah menjadi istrinya, belum lagi Tio harus menahan sesuatu di dalam dirinya ketika melihat wanita itu setiap hari di rumah. Menahan gejolak hasrat serta rasa rindunya yang belum terbayarkan, Tio tak mungkin menurunkan egonya hanya demi mengemis sesuatu. Apalagi, Tio khawatir wanita itu akan takut dan akhirnya pergi lagi darinya.

Ponselnya terus begertar..
Tio melihat ke arah layar ponsel terdapat nama Surya memanggil, Tio hanya mengabaikannya dan kembali memasukan ponsel ke dalam sakunya. Kakaknya itu sekarang pasti sedang sibuk mengurus bengkel yang ada dimana-mana sementara Tio tak masuk kerja sudah beberapa hari.

Masa bodoh, batin Tio..
Surya terlalu dekat dengan April dan dirinya tidak tahu apa yang dilakukan Surya dan Apr sementara Tio berada di dalam penjara.
"Sial!"
Tio membanting gelas kaca hingga berserakan di lantai, sayangnya tidak ada orang yang perduli dengan hal itu dan malah memilih mengabaikannya.

Kini Tio tengah berada di sebuah klub dimana semua orang terlihat sibuk dengan kegiatannya masing-masing, belum lagi musik yang berdentum dengan kencang serta asap rokok yang ada dimana-mana. Rasanya pecahan kaca tadi tak memengaruhi orang-orang untuk meliuk di atas lantai.

Tio hanya memerhatikan sekitar, duduk di sofa sembari menegak minuman alkohol dan menghisap rokoknya. Mencari seseorang yang mungkin bisa ia bawa pulang malam hari ini untuk menemani kamarnya yang terasa dingin, membayangkan wanita itu adalah April adalah satu-satunya obat bagi pelampiasan Tio. Namun sepertinya tidak ada..

Biasanya Tio akan memilih wanita yang memiliki perawakan seperti April, kurus dan memiliki rambut hitam yang panjang. Kebanyakan wanita di klub memiliki rambut pirang atau warna lain sehingga Tio tidak berminat.
"Hai!" Tiba-tiba seorang wanita duduk di sebelahnya, tertarik dengan sosok pria tampan dengan alis tebal dan pandangan setajam elang duduk sendirian.

"Nggak ikut?" Tanya wanita itu sembari menebar senyum ke arah Tio.
"Enggak bisa goyang." Sahut Tio memang tak berminat untuk ikut dengan segerombolan orang yang sedang menikmati alunan musik.
"Kalau goyang di ranjang, bisa?" Tanya wanita itu lagi, Tio hanya menyunggingkan senyum. Satu lagi wanita cantik yang parasnya persis seperti April, hanya saja lebih berani dan genit. Entah sudah berapa wanita yang Tio bawa pulang secara bergantian, Tio bahkan tidak ingat nama-nama mereka.
"Mau dicoba boleh." Sahut Tio, wanita itu tertawa. Entah mengapa tawanya juga sama persis seperti April ketika wanita itu masih gadis, saat Tio dan April duduk di teras rumah April.

Seketika memori itu terbesit di benak Tio, yang awalnya wanita itu menempel pada tubuhnya, kini Tio sedikit menjauh dari wanita itu dan membuatnya wanita itu heran.
"Kenapa?" Tanyanya bingung, Tio hanya menggeleng.
"Nggak apa-apa, kayaknya aku harus pulang. Ada yang nunggu di rumah." Balasnya.
"Siapa? Istrinya ya?" Tanya wanita itu lagi, kali ini Tio hanya diam tak membenarkan bahwa ia telah memiliki istri dan juga tak mengelak.
"Nanti dulu, aku traktir minum deh! Tunggu ya!" Wanita itu berdiri dan pergi memesan minuman, Tio menoleh ke kanan dan kiri berniat ingin pergi lalu membereskan barang-barangnya seperti rokok dan kunci mobil.

Namun baru saja ia ingin beranjak dari duduknya, wanita itu kembali dengan membawa minuman di kedua tangannya.
"Nih, minum dulu!" Ujar wanita itu.
Baiklah, satu kali tegukan setelah itu pulang, pikir Tio. Ia kembali duduk dan mulai menegak minuman yang Tio tidak tahu sudah dicampur dengan sesuatu agar gairah pria itu naik. Setelah menghabiskan minumannya, Tio hanya duduk dan terdiam. Rasanya memang sedikit aneh, tapi Tio tak mempermasalahkan hal itu. Sementara wanita itu masih menunggu reaksi dari obat yang ia berikan sambil mengajak Tio kembali mengobrol padahal Tio sendiri sudah ingin pergi dari sana.

"S*alan!" Bentak Surya saat dirinya tiba di kantor Tio dan sudah tidak ada siapa pun di sana, bahkan sekuriti bilang kepada Surya bahwa belakangan ini Tio tidak pernah muncul di kantor maupun di bengkel.
"Kemana itu orang? Kerjaan numpuk kayak gini malah hilang, ntar Mami ngomel kalau laporan bulan ini nunggak lagi." Omelnya, Surya berpikir sejenak kemana adiknya selalu pergi jika ada masalah ataupun hanya sekedar melepas penat. Kemana lagi kalau bukan ke klub malam, Surya paham betul bagaimana sifat adiknya itu. Ia langsung menuju ke klub malam yang dulu sering dikunjungi oleh Tio, benar saja. Ada mobil Tio terparkir di sana dan berhasil membuat darah Surya mendidih.

"Ad*k S*tan!" Umpat Surya memasuki klub.
Baru saja ia menginjakan kaki di dalam klub tersebut, ia melihat adiknya tengah bermesraan dengan seorang wanita yang sempat Surya kira adalah April, karena perawakannya yang begitu mirip. Tapi setelah Surya dekati, ternyata bukan. Karena memang April tidak pernah menginjakan kakinya ke tempat seperti ini, sayangnya wanita itu malah memiliki seorang suami macam Tio.
"Ayo pulang! Sudah punya istri kok nggak berhenti kayak gini!" Surya segera menarik Tio dari wanita itu dan sempat membuat wanita itu terheran, sementara wajah Tio sudah terlihat teler dan benar-benar mabuk.

Pengaruh alkohol dan obat yang tadi diberi oleh wanita itu di dalam minumannya membuat Tio benar-benar mabuk dan tak melawan ketika Surya membawanya pergi.
Untuk berjalan saja, Surya dengan susah payah membopong Tio menuju mobil untuk diantar pulang.
"Anak kayak gini masih dibela sama Mami!" Tak henti-hentinya Surya mengomel sepanjang perjalanan menuju rumah Tio.

Di sana, April sudah menunggu hingga larut malam karena seperti biasa Tio selalu pulang larut malam. Karena kejadian kemarin, April tak berhenti memikirkannya dan tidak bisa tidur seperti biasanya. Ketika mendengar suara mobil berhenti di halaman rumah, April segera keluar untuk memastikan.

Namun bukan mobil Tio yang ada di sana, tapi mobil Surya.
"Bisa bantuin nggak?" Surya berseru saat keluar dari mobil dan membuka pintu sebelahnya, April terkejut bukan main ketika melihat Surya membopong Tio yang sudah dalam keadaan benar-benar mabuk.
"Astaga!" April hanya bisa membantu Surya tanpa mau bertanya apa yang sudah terjadi.
Karena sudah pasti pria itu kembali mabuk dan mungkin akan membawa wanita lain lagi pulang ke rumah ini.
April yang tadinya bersiap ingin tidur, malah harus membantu Surya membopong Tio ke kamarnya di lantai atas.

"Berat amat ini orang! Makannya apa sih!" Omel Surya saat mereka berdua sudah membaringkan Tio ke atas ranjang.
"Maaf ya, Kak. Sudah ngerepotin!" Kata April, Surya masih tak habis pikir dengan wanita itu.
Jelas-jelas ini adalah kesalahan Tio dan April masih berusaha meminta maaf untuk suaminya.
"Ya, nggak apa-apa. Diurus aja ya! Aku mau pulang, nggak kuat lagi." Kata Surya yang sudah bercucuran keringat karena lelahnya.

"Iya, Kak. April anter ke depan ya?"
"Eh, nggak usah. Urus aja Tio, aku langsung pulang aja." Sahut Surya.
"Oh, ya udah kalau gitu. Hati-hati di jalan, Kak!"
April menutup pintu kamar, tak lama ia mendengar suara deru mobil pergi menjauh dari halaman rumah. Melihat keadaan Tio seperti ini membuat April semakin membencinya.
Sialnya mengapa pria itu bersenang-senang di luar sana, sementara April yang harus mengurusnya di rumah.

***

To be continued

19 Sept 2023

Om TioWhere stories live. Discover now