Akhir (Tamat)

1.5K 73 17
                                    

Beberapa tahun kemudian....

Seorang wanita berusia tiga puluh delapan tahun sedang berdiri di halaman rumahnya, menunggu seseorang sembari sesekali melihat ke arah jam tangan. Tiba-tiba terdengar suara rengekan bayi, dengan gesit April memeriksa keadaan bayinya yang ada di stroller bayi. Bayi perempuan itu nampak baru saja terbangun dari tidur indahnya, tangisnya berhenti ketika melihat Ibunya tersenyum ke arahnya. Sembari memberikan mainan yang berbunyi kepada bayi perempuan itu, April memanggil suaminya yang baru saja keluar dari dalam rumah.
"Sayang!" Ujar pria yang sedang menggendong anak lelaki berusia sekitar dua tahunan, sepertinya baru terbangun dari tidurnya sama seperti sang adik.

Masih bergelayut manja di bahu Ayahnya.
"Katanya mau jalan pagi, tapi bangun tidur aja susah." Kata sang suami sembari mengecup mesra dahi April, dibalas senyuman hangat oleh wanita itu.
"Ayo!" Ajak April, telah lama ia dan sang suami tak menghabiskan waktu bersama. Karena April dan suami sama-sama bekerja, jarang ada waktu bersama keluarga seperti sekarang ini.

Mereka berempat berjalan bersama di hari yang masih sangat pagi..
Ketika semua orang mulai berangkat bekerja dan anak-anak sekolah berangkat ke sekolah.
Kendaraan roda empat tak banyak menghiasi kota kecil itu, hanya ada roda dua seperti sepeda dan ada banyak pejalan kaki.

Suasana yang hening dan udara yang sangat baik, ini adalah kehidupan yang April impikan semenjak dahulu.
Pindah ke kota ini untuk pertama kalinya, tanpa siapa pun, keluarga atau pun teman. Mencari pekerjaan dan bekerja dari pagi hingga sore berlangsung selama beberapa tahun, sampai seorang pria yang tak lain adalah atasannya sendiri mulai menyatakan cinta padanya.

Beberapa kali April menolaknya dengan alasan April takut untuk memulai sebuah hubungan karena ia pernah gagal sebelumnya, ditambah dengan statusnya yang sebagai janda, April khawatir keluarga suami tidak menerimanya dengan baik. Tapi ternyata, pria yang sekarang menjadi suaminya ini tak pernah menyerah dan terus memperjuangkan April.

Bahkan keluarganya sangat baik kepada April.
April yang sempat mempunyai trauma ketika sudah menikah, sempat menolak untuk berhubungan. Anehnya, suaminya menerimanya dengan sabar. Sampai akhirnya, April luluh dengan sikap sabar suaminya yang selalu mengayominya. April sampai heran karena sampai detik itu, ia tak pernah bertemu apalagi berhubungan dengan seorang pria yang benar-benar sabar.

April tidak mencintainya..
Tapi menyayanginya karena ketulusan pria itu, April ingin membalas semua kebaikan yang selama ini pria itu lakukan kepada April. Kebahagiaan yang selama ini tidak pernah April rasakan dan selalu membuatnya tersenyum, tidak ada tangisan setelah beberapa tahun terakhir. Hanya ada tangis bahagia karena ia tak percaya akhirnya ia menemukan manusia setengah Dewa yang tidak hanya tampan tapi juga sangat baik.

"Ada bengkel baru buka di kota ini!" Ujar Bara.
"Oh, ya? Baguslah. Kalau ada kendaraan yang mogok, nggak perlu jauh-jauh dorong." Kata April.
Mereka kembali menelusuri jalan khusus untuk pejalan kaki, sama seperti orang-orang di pagi hari yang sibuk ini.

Beruntung April dan Bara mendapat cuti secara bersama-sama, mereka berdua dapat menghabiskan waktu bersama-sama selama dua pekan ini.
"Jadi besok liburan?" Tanya April, Bara tersenyum sembari mengambil secarik kertas yang ternyata adalah tiket penerbangan mereka berempat.
"Jadi dong!" Seru Bara sembari menyerahkan lembaran kertas tersebut kepada April.

"Yeay! Makasih sayang!" Ujar April, Bara memeluk istrinya sembari berjalan beriringan tak lupa mengecup dahinya sekilas. Sungguh, Bara adalah pria yang selalu penuh dengan kejutan dan hadiah.
"Sama-sama." Tangan Bara memeluk lengan April agar mendekat kepadanya.

Hampir melewati sebuah Sekolah Menengah Pertama, ada sebuah mobil yang berhenti tak jauh dari mereka. Kedua pintu mobil terbuka, kanan dan kiri. Menampilkan seorang pria dan seorang anak lelaki mengenakan seragam SMP, raut wajah anak lelaki tersebut nampak tak senang. Sementara wajah sang pria yang tak berani April lihat sepertinya penuh dengan brewok di dagu dan rahangnya.

Om TioWhere stories live. Discover now