Clara

546 53 2
                                    

"Kayaknya aku mau balikan aja sama Om Tio, susah ngehindarin dia." Kata April, malam ini Clara kembali mampir ke kamar mess April. Gadis itu menceritakan semua kejadian kemarin malam sepulang Clara dari kamarnya Om Tio tiba-tiba saja entah bagaimana dia bisa ada di dalam kamarnya.

Clara menarik nafas panjang, berusaha menetralkan wajahnya agar terlihat senormal mungkin.
"Yakin kamu mau balikan sama cowok kayak gitu?"
April mengangguk mantap, mendengar suara Om Tio kemarin membuatnya merasa iba kepada pria itu. April berpikir mungkin dirinya yang salah, tempramen Om Tio mungkin buruk. Tapi tak seharusnya April ikut bersama Mas Dian sementara ia telah berjanji menunggu Om Tio.

"Iya, aku mau balikan aja. Sejauh ini Om Tio cuman cemburuan, bukan dia yang ngelakuin kesalahan." Kata April lagi membela Om Tio. Clara yang mendengar hal itu tak bisa berbuat apa-apa, semua keputusan ada di tangan April. Gadis itu juga yang menjalani hidupnya.

Tak lama setelah berbincang dan melihat April sudah bisa tersenyum kembali tidak seperti kemarin-kemarin, Clara pamit pulang.
Sebenarnya ia tidak benar-benar pulang ke rumah, ada sesuatu hal yang mengusik jiwanya. Selama ini ia selalu melihat kehidupan April nampak bahagia, memiliki kedua orang tua yang utuh ketika kedua orang tua Clara bercerai.

April selalu unggul dalam pekerjaan dan dipuji semua orang karena keramahan gadis itu sementara Clara yang selalu digunjing karena hasil pekerjaannya selalu dinilai buruk, April yang sudah memiliki kekasih tampan selalu mendapat perhatian dari berbagai lelaki di tempat kerja termasuk Mas Dian. Kini, saat Clara telah yakin April dan Om Tio sudah berpisah. Clara berniat untuk mendekati Om Tio, tapi April malah merubah keputusannya untuk kembali menjalin hubungan dengan pria yang katanya sudah menghancurkan hidupnya itu. Beberapa kali Clara selalu melirik Om Tio ketika pria itu mengantar maupun menjemput April bekerja, tapi pria itu tak pernah meliriknya.

Clara hampir kehabisan kesabaran, beberapa bulan menunggu mereka berdua berpisah nyatanya hal itu tak kunjung terwujud. Pada awalnya Clara bersikap sportif sebagai sesama perempuan, menunggu pria itu menyudahi hubungan dengan April lalu ia akan muncul dan memulai hubungan baru. Seolah tak ingin menyakiti perasaan April dan dianggap sebagai perusak hubungan orang.

Tapi kali ini, Clara sudah tidak bisa menahan dirinya.

Tok... tok... tok...

Beberapa kali mengetuk tak ada sahutan dari dalam, tapi motor sport yang biasa ia lihat terparkir manis di depan rumah. Clara tersenyum jahat, ia segera mengirim pesan teks kepada seseorang sebelum akhirnya pria itu membuka pintu.

Cekle...

"Hai, Om Tio ya?!" Ujar Clara berusaha menampilkan wajah cantik dan suara yang sedikit dibuat agar terkesan manja.
"Iya, ada apa ya?" Tio nampak kebingungan, baru saja ia pulang bekerja berniat menghubungi April yang tak kunjung menghubunginya sedari kemarin malam. Menunggu keputusan April meskipun Tio tidak perduli jika gadis itu kembali menolaknya.

Kini melihat teman kerja April berdiri di hadapannya, Tio sempat berpikir ada kabar baik dari April. Mungkin saja gadis itu tidak sempat membeli kartu baru untuk menghubunginya sehingga mengirim salah satu temannya ini memberi kabar kepadanya.
"Ini soal April!" Kata Clara bersemangat, Tio pun yang pada awalnya tak menaruh curiga juga ikut bersemangat mendengar nama gadisnya disebutkan. Berharap kabar baik dari April.

"Oh, iya iya. Ayo masuk!" Ujar Tio, salah satu kobodohan Tio adalah mempersilakan gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Jika dua orang berlawan jenis berada di dalam sebuah rumah yang sepi, tentu semua orang juga tahu bagaimana kejadian akhirnya.

"Mau minum apa?" Tawar Tio yang tak sabar menunggu.
"Enggak usah, Om." Clara mendudukan dirinya di atas sofa, sofa yang sama persis saat Tio bersama Nopa dahulu. Mungkin pria itu lupa dan tidak sadar jika masa lalu dan kesalahannya bisa saja terulang lagi.
Clara sendiri hanya bisa menegak salivanya sendiri, Om Tio terlihat shirtless mungkin sepulang bekerja tak sempat berganti baju. Peluhnya pun masih terlihat mengkilap. Clara tak seperti April yang polos, gadis itu terbiasa bergonta-ganti pasangan dan yang menjadi salah satu fetishnya adalah mengencani kekasih atau suami orang lain. Godaan terbesar seorang pria ketika hubungannya dilanda masalah adalah gadis lain yang terlihat menarik.

"Jadi, gimana?" Om Tio menarik kursi duduk berhadapan dengan Clara, masih setia menunggu kabar dari April.
"Hmm, maaf sebelumnya Om. Tapi April pesen kalau Om Tio jangan ganggu hidupnya lagi!" Bohong Clara, tentu saja ia tak mau kedua orang itu bersatu lagi. Clara sudah menunggu momen ini selama berbulan-bulan.

Tio yang mendengar hal itu tiba-tiba terdiam, tak terkejut. Sifat April memang seperti itu, gadis itu sebentar lagi pasti akan luluh. Perasaan April hanya labil, Tio berusaha berpikir positif dan yakin jika hubungannya masih bisa diselamatkan.
"Bukan karena masalah kemarin, tapi April sekarang sudah menjalin hubungan sama Mas Dian."

Deg-

Perasaan Tio mulai tidak enak, ia berusaha mencerna kalimat Clara barusan. Apakah ini ada hubungannya dengan kejadian beberapa hari lalu saat pria itu mengantarkan April pulang ke rumah? Tio mulai berpikir keras, sayangnya emosi Tio membuatnya tak bisa berpikir jernih.

Clara dapat melihat kepalan tangan Om Tio di atas pahanya menguat, Clara menyunggingkan senyum. Tak sulit menyulut emosi dari pria seperti Om Tio karena Clara memiliki banyak pengalaman dari kedua orang tuanya yang bercerai, Om Tio hanya diam. Tak tahu harus berbicara apa, melihat wajah Clara sepertinya gadis itu serius. Ditambah lagi kejadian beberapa hari lalu menjadi pendukung bahwa April memang mau meninggalkannya bersama pria itu.

"Om?" Panggil Clara, di saat kepala Tio mulai terasa sakit entah mengapa suara Clara terdengar seperti suara April yang memanggilnya dengan nada manja seperti biasanya.
"Hm, iya?" Sahut Tio.
Clara tak mau membuang kesempatan ini, memberanikan diri dengan modal nekat ia berdiri dari duduknya menuju ke arah Om Tio yang ada di hadapannya.
Perlahan tapi pasti, Om Tio hanya diam kebingungan di saat dadanya ingin meluapkan amarah kepada April dan Dian.
Clara menduduki paha Om Tio, membuka kedua kakinya dan menempelkan tubuhnya di dada bidang pria itu.

"Kamu ngapain?" Tio memegangi bahu gadis itu, namun sepertinya Clara tak mau beranjak dari paha Om Tio yang empuk.
"Om nggak mau sama Clara aja? April sudah nggak mau sama Om!" Ujar Clara, Tio bertambah bingung melihat  jemari lentik Clara perlahan satu per satu membuka kancing kemeja kerjanya.

Baru saja Clara ingin beraksi, terdengar suara motor yang tak Tio kenali. Berhenti tepat di depan rumahnya, suara langkah kaki menuju pintu utama. Menampilkan sosok gadis yang ia rindukan seharian ini namun saat ini menjadi benci setelah mendengar bahwa gadis itu telah menjalin hubungan dengan pria lain.
Seolah de javu, kali ini April menyaksikan sendiri dengan kedua bola matanya. Jika dahulu ia hanya mendengarnya lewat telinga dari ucapan Nopa, kali ini April melihat sendiri Om Tio tengah berhimpitan dengan perempuan lain yang tak lain adalah teman kerjanya sendiri. Wajah Clara nampak tersenyum kepada April, seolah bangga menampilkan tubuhnya yang kini sudah setengah telanjang dada tengah duduk nyamannya di atas pangkuan Om Tio.

****

To be continued

18 Agst 2023

Om TioWhere stories live. Discover now