Pernikahan

483 57 1
                                    

Akad diadakan di rumah Tio..
Rumah kayu dua lantai yang dulu pernah April tinggali, atau lebih tepatnya pernah dikurung di sana. Hanya dihadiri oleh keluarga besar Tio dan kedua Orang Tua April, tidak ada resepsi dan sama sekali tidak mengundang orang lain termasuk tetangga. Semua pihak keluarga telah sepakat untuk tidak memublikasikan pernikahan ini kepada orang banyak, yang terpenting adalah mereka berdua menikah secara sah dan memiliki catatan sipil yang juga sah.
Sebenarnya April juga tidak perduli dengan pernikahan mewah, dulu ia sempat bersemangat dengan yang namanya pernikahan. Namun ia dibohongi mentah-mentah, dan sekarang April hanya berusaha menjalankan tugasnya sebagai Ibu.

Di sepanjang perjalanan menuju rumah Tio perasaan April seolah kosong, tak seperti pengantin pada umumnya yang sangat bersemangat di hari yang begitu spesial. Yang April pikirkan hanyalah bagaimana kelak ia akan tinggal bersama dengan pria itu dan juga Theo.
"Jangan gugup, biasa aja!" Ujar Surya di balik setir kemudi yang mengejutkan April dari lamunannya, kini wanita itu nampak cantik di balik balutan kebaya berwarna putih dengan rambut digelung, memperlihatkan leher jenjangnya.
April hanya tersenyum menanggapinya, tak ingin terlalu banyak bicara apalagi tertawa dan menghancurkan riasan yang susah payah dibuat oleh Kak Widya. Sampai di sana, ternyata sudah banyak anggota keluarga Tio termasuk Mami yang juga baru sampai menjemput kedua Orang Tua April.

Ibu dan Ayah April nampak gembira melihat anaknya yang sangat cantik, Theo juga terlihat rapih mengenakan jas berwarna hitam dipadukan dengan kemeja berwarna putih di dalamnya.
"Ayo masuk, penghulunya sudah nunggu dari tadi!" Ajak Mami, semua orang menuntun April. Termasuk Surya yang berada di barisan paling belakang dengan wajah yang tidak dapat diartikan.
Menggandeng tangan Ibunya, April memasuki rumah yang dulu banyak menyimpan kenangan pahit. Tapi anehnya perasaan April hanya datar sekarang ini, tidak merasa takut ataupun rindu, hanya kosong..
Di sana sudah ada banyak orang duduk bersila, Mami dan juga penghulu sudah duduk rapih menunggu April. Tak terkecuali pria itu..

April tak mau melihat ke arah wajahnya meski ia tahu pria itu duduk di sana, tepat di hadapan penghulu. Terdapat tempat duduk kosong di sebelahnya, dan itu adalah tempat duduk milik April. April sebenarnya ingin menghembuskan nafas kesal, namun ia berusaha menjaga perasaan semua orang yang ada di sini termasuk kedua Orang Tuanya. Apalagi melihat Theo yang sangat bersemangat, bocah itu kini terlihat sangat dekat dengan Ayahnya, karena memang dia adalah Ayahnya, itu adalah hal yang wajar bagi April.
April mengambil duduk tepat di sebelah pria itu..

Rasanya lain, seolah duduk bersama dengan orang asing yang saling berdiam dan tak menyapa satu sama lain. Tio sendiri pun tak ingin menyapa terlebih dahulu dan hanya bisa diam saja meski kali ini ia benar-benar akan memiliki April seutuhnya, tanpa ada paksaan, tanpa harus mengurung wanita itu, kini April telah benar-benar merelakan dinikahi oleh Tio.
Akad pun dimulai, terdengar Tio dengan tegas mengucapkan akad tanpa terhenti sedikitpun. Di saat semua saksi mengatakan 'sah', ada perasaan yang aneh di menusuk dada April bercampur perasaan lega karena kini anaknya telah memiliki seorang Ayah.
Theo langsung memeluk Tio dan juga April, hal itu tentu saja mengukir senyum di bibir April yang tidak ia sadari diperhatikan oleh Tio.

Begitu rasanya bahagia meski pada awalnya hanya sebuah keterpaksaan...

Selesai akad semua orang terlihat makan bersama sekaligus bercengkrama, April pun langsung menghindari Tio dan pergi entah kemana. Menghindari kontak mata dan segala pembicaraan yang menurut April tidak penting, sementara Theo masih bergelayut manja dengan Tio dan menjelaskan bahwa sebentar lagi ia akan sekolah. Mami tanpa henti-hentinya tersenyum dan tertawa, berkata dalam hati bahwa dirinya sudah menang dan akhirnya Tio menikah dengan wanita yang paling sempurna bagi Mami, "akhirnya kita besanan juga ya?!" Seru Mami, Ibu April hanya tersenyum kikuk tak tahu harus bagaimana menanggapinya.

Di dalam hati Ibu April hanya berdo'a semoga Putrinya dalam keadaan baik-baik saja setelah pernikahan ini.
Tak lama sesi foto pun dimulai, ini adalah hal yang tidak ingin April lakukan setelah akad. Karena pasti akan ada sentuhan fisik dengan pria itu. Dengan terpaksa itupun karena arahan dari Mami, April menyentuh pundak kokoh yang dibalut dengan jas berwarna hitam. April menelan salivanya sendiri karena gugup, pria itu duduk di kursi sementara April harus berdiri dan memegang bahunya. Jantung April pun rasanya berdetak cukup kencang dan berharap sesi foto ini segera selesai.

Tak sampai di situ, ada satu sesi foto yang paling tidak April sukai. Saat mereka berdua harus berdiri bersama dengan satu tangan Tio merangkul pinggul April hingga menyebabkan mereka berdua terlalu menempel, beruntung April mengenakan heels tinggi meski hal itu tidak dapat menyamai tinggi Tio.
"Aduh, cantiknya menantuku!" Tak henti-hentinya Mami memuji April yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Tio. Seolah Tio hanya sebuah robot yang diatur oleh Ibunya, kembali membuat April berkecil hati dan percaya jika Tio memang tidak menghendaki pernikahan ini.
"Sudah, Mam?" Tanya April yang mulai gerah dan panas, apalagi semua orang terlihat memandang mereka berdua.

"Ya belum, kita mau foto bareng keluarga juga." Sahut Mami.
Beruntung sesi foto keluarga tidak terlalu ekstrim seperti tadi, hanya berdiri di sampingnya berusaha tidak terlalu dekat.

Selesai dengan sesi foto, akhirnya April bisa bernafas lega. Ia mengambil segelas minuman lalu duduk cukup jauh dari kerumunan orang-orang yang sibuk berfoto, April bahkan sudah tidak tahu dimana Theo berada. Anak itu pasti bersama dengan Ayahnya.
"Kok sendirian?" Tanya seseorang yang berhasil membuat April terkejut, seseorang itu lalu mengambil duduk di sebelah April. April hanya tersenyum sembari membenarkan duduknya.
"Kak Surya nggak ikut foto?" Tanya April.
"Aku bukan tipe yang suka difoto." Jawab pria itu, bahkan seingat April, Surya tidak ikut foto keluarga bersamanya tadi.

Di dalam kegerahan dan ramainya orang-orang, beruntung ada Surya yang mengajaknya mengobrol dan bercanda. April sampai tertawa terbahak dan tak sadar suaranya makin keras.
Tak sadar jika sedari tadi Tio terus memerhatikan dua orang itu sembari memangku Theo di pahanya, terlihat April begitu bahagia bercengkrama dengan Surya. Kebahagiaan yang bahkan tidak pernah Tio lihat selama wanita itu bersamanya, terbakar api cemburu tentu saja. Tio berusaha keras menahan diri apalagi di depan anaknya, lagi pula ia sudah menikahi April. Tak ada lagi yang bisa mengambil wanita itu darinya.

***

To be continued

14 Sept 2023

Om TioOnde histórias criam vida. Descubra agora