Mami Datang

438 48 3
                                    

Tio terbangun dengan sakit kepala yang luar biasa..
Tak heran mengapa ia terbangun dengan keadaan tanpa busana karena ia memang sering membawa wanita pulang ke rumah ini, hanya saja mengapa ada sobekan kain dan wadah yang berisi air tumpah ke atas lantai di dekat ranjangnya.
Tio mengambil sebuah obat dari laci nakas, mengegaknya bersama air mineral yang ada di atas meja nakas lalu beranjak ke kamar mandi guna membersihkan diri.
Perutnya terasa lapar seusai mandi, Tio langsung turun ke dapur dan entah mengapa dapur menjadi terasa sepi. Terdengar suara motor dari halaman rumah, Mbak Tuti ternyata baru pulang mengantar Theo ke sekolah.

"Maaf Yah, sarapannya belum saya buat!" Ujar Mbak Tuti yang baru melepas helm, langsung menuju dapur membuatkan sarapan.
Tio duduk di kursi makan, Mbak Tuti terlihat kerepotan sendiri. Ia mengedarkan pandangan, mencari sesuatu yang hilang yang biasanya selalu ada menghiasi rumah ini.
"Bunda mana?" Tanya Tio.
"Bunda lagi sakit, tadi pagi minta bikinin bubur." Jawab Mbak Tuti yang sedang memasak.

"Sakit apa?" Tanya Tio lagi, Mbak Tuti terdiam sejenak. Bertanya-tanya dalam hati apakah suaminya itu tidak ingat kejadian semalam sampai membuat wajah April lebam dan pakaiannya sobek?
"Nggak tau, Yah. Coba Ayah lihat sendiri aja! Kayaknya wajahnya Bunda ada lebam." Kata Mbak Tuti seolah tidak tahu.

Kening Tio berkerut bingung, ia langsung beranjak dari duduknya menuju kamar April. Perlahan ia memasuki kamar tersebut, melihat wanita itu tertidur dengan sebagian tubuhnya tertutupi oleh selimut tebal. Tio mendekati April, melihat ada kebiruan di sebelah pipinya dan juga kedua mata yang lebam seperti sehabis menangis.

Sontak Tio kebingungan, ia memeriksa kamar April memastikan tidak ada rampok atau maling yang masuk ke rumah ini. Tapi yang ia dapati di kamar mandi di dalam kamar April, ada piyama tidur yang sudah sobek di dalam keranjang pakaian kotor. Tio yang tidak ingin membangunkan April, segera keluar kembali menghampiri Mbak Tuti.

"Mbak, tadi malam ada yang masuk ke rumah?" Tanya Tio, wajahnya mulai berubah marah. Mbak Tuti sampai menunduk dan tidak berani menatap ke arah Tio.
"Nggak ada, Yah!" Jawab Mbak Tuti.
"Terus itu kenapa baju Bunda sobek semua?!" Suara Tio mulai meninggi, awalnya Mbak Tuti tidak ingin bilang karena ia pikir Tio sadar akan perbuatannya semalam. Namun akhirnya, Mbak Tuti menceritakan kejadian semalam meski dengan kalimat yang tergagap.
"Semalam, Ayah diantar Mas Surya pulang karena mabuk. Terus kata Bunda, dia mau ngurusin Ayah di kamar. Tapi nggak lama, saya dengar Bunda jerit-jerit dari kamar Ayah.."

"..terus, Bunda keluar dari kamar Ayah dengan keadaan kayak gitu. Pipinya memar kayak habis ditampar, sama bajunya sobek-sobek. Sama saya ada lihat, bahu dan tangannya Bunda kebiruan." Jelas Mbak Tuti panjang lebar, seketika itu juga Tio terdiam mendengarnya. Tubuhnya terasa lemas dan segera kembali ke dalam kamar April.

"Pril, bangun!" Tio mendekati April berusaha membangunkan wanita itu, samar-samar April terbangun meski masih merasa perih di sekujur tubuhnya.
"Apa?" Suara April terdengad serak, mungkin karena terlalu banyak menangis semalam. Seolah mimpi, tiba-tiba saja Tio memasuki kamarnya dan memeluknya.
"Kita ke dokter ya?" Tio mengelus pelan wajah April.

Seolah perih di hatinya ia menyakiti wanita itu lagi sama persis seperti dulu ia mengurungnya di rumah ini.
"Ngapain ke dokter?" Kesadaran April belum sepenuhnya kembali, ia masih merasa ngantuk yang luar biasa. Karena semalam penuh ia tidak tertidur dan hanya menangis di kamar mandi.
"Urus aja perempuan-perempuanmu, aku masih mau tidur." Kata April lalu kedua matanya kembali tertutup berusaha kembali tertidur.
Tio memeluk April dengan erat sembari mengecup rambutnya, seolah tak ingin kehilangan wanita itu.

Tak lama kemudian, suara kendaraan berhenti di halaman rumah Tio. Mami datang bersama dengan Surya langsung menuju ke kamar April.
Di dalam sana Tio mengurus April sembari mengobati lebam di sekitar wajah dan juga tubuhnya.

"Kamu ngapain lagi, Tio?!" Bentak Mami, Tio hanya diam menunduk sembari memegangi tangan April yang masih membiru. Di belakang Mami ada Surya yang mengekori Mami.
"Ayo langsung dibawa ke dokter, lama-lama dibiarin kayak gitu nggak sembuh-sembuh!" Mami tak henti-hentinya mengomel.
"Orangnya nggak mau dibawa ke dokter, masih tidur." Sahut Tio, Mami menghela nafas kasar lalu mengajak Tio untuk berbicara di luar.
"Ayo keluar, Mami mau bicara sebentar!" Mami keluar disusul oleh Tio dan juga Surya, membiarkan April beristirahat di kamarnya.

Sesampainya di teras depan, Mami duduk di kursi sementara Tio hanya berdiri dan Surya hanya duduk di sofa ruang tamu mendengarkan percakapan antara Mami dan Tio.
"Kamu tuh maunya apa sih? Kemarin kamu minta Mami nikahin kamu sama April, Mami bantu. Sekarang, malah kamu sakitin terus anak orang." Tio hanya diam mendengarkan, ia pun tidak punya jawaban untuk Mami. Mungkin hanya mentalnya Tio yang sedikit terganggu.
"Kamu punya istri baik-baik, dari keluarga baik-baik. Nggak pernah keluar rumah, nggak pernah ke klub atau yang aneh-aneh. Kurangnya dia dimana?" Mami masih melanjutkan omelannya.
"Sekarang Mami mau kamu ceraikan dia!" Tio tersentak dan tentu saja tidak akan menceraikan April.

"Apa hak Mami nyuruh aku ceraikan dia? April itu istri aku kok." Suara Tio mulai meninggi, ini kali pertama ia berani mengangkat suaranya dengan tinggi jika berbicara dengan Mami. Surya yang mendengar hal itu langsung berdiri menghampiri Tio.
"Istri tapi kamu bikin bonyok anak orang!" Bentak Surya, Tio yang sudah kehabisan kesabaran karena Surya selalu ikut campur urusannya dengan April akhirnya melayangkan pukulannya ke wajah Surya.

Bugh!

Sontak Mami berteriak berusaha melerai kedua anak lelakinya itu sebelum Surya yang jatuh tersungkur ke atas lantai membalas pukulan Tio.
"Kamu mau sama April, 'kan? Kamu naksir sama dia, 'kan? Makanya kamu jadi adu domba Mami!" Cecar Tio.

"Kalau iya kenapa? April berhak bahagia kok!" Kata Surya memegangi sebelah pipinya yang dipukul Tio.
"Laki-laki tempramen kayak kamu mau sama April? Pernikahanmu sama Widya aja kandas gara-gara kamu sering main tangan!" Tio benar-benar mengungkapkan semua kekesalannya terhadap Surya.

"Sudah! Sudah! Kalian ini bersaudara loh!" Mami hampir menangis, Mbak Tuti yang melihat kejadian itu tak berani berbuat apa-apa, hanya bisa melihatnya dari arah dapur.
"Almarhum Papi juga tempramental, jadi jangan pernah kalian ngerasa sok suci!" Bentak Tio, suaranya benar-benar menggema hingga penjuru ruangan.

"Keluar kalian! Nggak ada gunanya juga kalian di sini!" Tio kembali ke kamar April, mengabaikan Mami dan Surya yang hanya mengganggu rumah tangganya.

***

To be continued

21 Sept 2023

Om TioWhere stories live. Discover now