CHAPTER 1 - AIN'T SUPPOSE TO BE A FUNERAL

3.1K 262 35
                                    

JAVIER LIEM

Mountain View Cemetery, Vancouver

January 2nd, 2014

07.30 A.M





Kenapa harus dia yang menjadi korban?

Sekarang apa yang harus kukatakan pada Paman Howard?

Permintaan maaf? Sudah jelas beliau tidak bisa menerimanya. Aku sudah berjanji kalau aku mengajak Belle, aku harus menjamin keselamatannya.

Belle adalah anak satu-satunya di keluarga mereka, pewaris tunggal keluarga itu. Sekarang aku menghancurkan harapan mereka satu-satunya. Sebagai seorang yang lebih tua darinya, bagaimana bisa aku gagal menjaganya?

Jauh-jauh mereka menyekolahkan Belle di Amerika, dan ini yang harus mereka dapatkan? Kehilangan anak mereka satu-satunya? Di tangan sepupunya sendiri?


Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar semua isi pikiran kedua kakak beradik itu. Karena bukan bagian dari keluarga, aku dan Ethan hanya berdiri jauh dari peti yang memuat tubuh dingin dan kaku Belle. Sesi penghormatan terakhir hanya diperuntukkan bagi keluarga dekat saja. Sejak tadi, kulihat Sierra menangis sementara Sam menenangkan saudarinya itu sambil berusaha keras menahan tangis yang membuat wajahnya berubah merah. 

Air mata yang sudah memenuhi rongga matanya itu mati-matian ditahannya, berusaha keras agar imejnya sebagai cowok keren yang berbodi badak tidak jatuh. Padahal menurutku, tidak masalah kalau Sam mau menangis. Siapa juga yang mau menertawainya? Ini kan momen sedih, kenapa harus malu-malu? Kalau Bri sampai menertawainya, aku sendiri yang akan menjadikannya sandwich tuna.

Tapi memang Sam memiliki ketegaran hati yang luar biasa. Walaupun pikirannya sedang banyak, dia  tetap berusaha tenang sambil terus mengusap punggung adiknya yang tampak terpukul sekali dengan kehilangan Belle.

Pihak keluarga Sierra memutuskan untuk menguburkan Belle di pemakaman keluarga mereka, di Mountain View Cemetery. Yep, kalau kalian berpikir kami sedang tidak ada di Surabaya sekarang, kalian benar. Kemarin, kami berangkat ke Kanada, tepatnya ke Vancouver untuk menghadiri pemakaman Belle. Ketika mendengar kabar anaknya terlibat dalam baku tembak, ayah dan ibunya langsung berangkat ke Surabaya, jauh-jauh dari New York, untuk mendampingi anak tunggal mereka. 

Belle sempat bertahan hingga tiga hari semenjak dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma, tapi menjelang hari keempat, dia menghembuskan napasnya yang terakhir ketika sedang bersama Sam, membuat cowok itu jelas terpukul setengah mati. Keesokan harinya mereka langsung berangkat kemari, sementara kami menyusul. Bukannya kami semua tidak simpatik, tapi beberapa di antara kami tidak tahu soal kematian mendadak Belle. 

Callensy dan Ricco baru saja pulang berlibur dari Bali. Jay dan Pierre pun kabarnya terlibat dalam aksi kemanusiaan yang produktif di masa liburan mereka.

Ethan bilang, Ernest harus kembali ke Singapura karena ada keperluan dengan kelompok rahasia yang kemungkinan besar berhubungan dengan sosok penggemar rahasia mama yang sampai saat ini masih kulacak identitasnya. Ditambah lagi, mereka harus memenuhi panggilan beberapa polisi yang membutuhkan informasi mereka di sana. Bri dan Ethan sempat ke sana sebelumnya, lalu keesokan harinya mereka berangkat kemari.

Kematian Belle sungguh membuat semua orang kaget, terutama Bri. Cowok itu tidak berhenti mogok makan sejak kedatangannya di sini, padahal kita semua tahu kalau selera makannya sebesar gorila, tapi sejak dia tahu kalau Belle tidak akan bernapas lagi untuk selamanya, dia jadi murung dan diam. Bahkan, kuperhatikan tubuhnya sedikit lebih kurus dari sebelumnya. Tidak ada yang menduga ini semua. 

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Where stories live. Discover now