CHAPTER 25 : THREE MASKS, ONE REVENGE

1.6K 195 23
                                    

BEXTON ADRIANNO

Ghustof Office Center, Inverness St, Canada

January 6th, 04.15 P.M



"Bagaimana keadaan Josephine?"

"Tidak selamat. Kepalanya membentur aspal dengan keras."

"Ya, aku melihat sendiri dia jatuh dengan amat keras. Kalaupun dia selamat, pasti dia koma bertahun-tahun."

"Apa separah itu?"

"Ya, separah itu. Pihak rumah sakit akan menghubungi keluarganya. Tapi entahlah, tidak ditemukan kartu identitas di tubuhnya."

"Lalu bagaimana mereka menghubungi keluarganya?"

"Tidak sekarang," kataku sambil membuka mata dan menegakkan kursi mobilku setelah beberapa saat berebah.

"Pak Bos, sudah sadar," kata Brey bahagia.

"Brey, sudah senang," balasku datar. "Grey mana?"

"Di sini, Pak Bos," kata Grey yang muncul dari jendela mobilku dan menawarkan dua biji donat padaku, yang langsung kuterima dengan ganas. "Makasih."

"Pak Bos kita kelaparan," kata Brey sambil berbicara lagi dengan seorang polisi. "Iya, jangan ubah posisi. Kita harus tersembunyi, oke?"

Setelah menghabiskan donatku, aku segera keluar dari dalam mobil dan berderap menuju Calvin yang sedang berbicara dengan William, teman gendutku yang akhirnya muncul lagi. William tampak senang melihatku sampai dia memelukku dengan ganas.

"Bex!" katanya. "Pandai sekali langkahmu yang mencuri mobilku, kuakui, kamu lancang, hahahaha..."

"Makasih," kataku singkat. "Aku sudah menemukan pelakunya."

"Aku tahu," katanya menepuk-nepuk punggungku. "Tidak kusangka, cepat juga."

"Untung kau memanggilku. Jadi, sekarang biarkan aku menjalankan tugasku dengan bebas," kataku sambil menarik-narik mantel Calvin yang langsung mengikutiku.

"Eh, Bex," panggil William menghampiriku. "Kamu tidak mau meminta bantuanku? Dengan senang hati aku akan membantumu!"

Aku menoleh ke arah gedung bertuliskan Ghustof di depanku, lalu menggeleng.

"Tidak, William. Aku bisa melakukan ini sendiri. Lagipula, aku tidak perlu susah-susah merepotkanmu lagi," kataku pelan. "Lebih baik kamu siapkan Chinese di kantormu kalau aku kembali nanti."

"Permintaan yang, menggiurkan. Well, kalau ada apa pun, hubungi aku saja," kata William sambil mengusap-usap perutnya yang buncit. "Aku jadi kepingin bebek panggang."

Reflek, aku menelan ludah menahan lapar.

"Calvin, ayo menjauh."

Kudengar sobatku itu menertawakan aku yang lapar mendadak mendengar nama Bebek Panggang, jadi dia segera mendorongku masuk ke dalam Ghostuf. Sebelumnya, dia memerintahkan polisi-polisi itu untuk bersembunyi dan tidak menampakkan mobil mereka di depan Ghostuf. Jelas, pasti mereka akan menghindar kalau melihat polisi. Jadi aku harus memastikan agar mereka terjebak. Itupun kalau memang asumsiku ini benar.

Ghostuf hanyalah sebuah gedung yang tak seberapa besar, dan didalamnya terdapat banyak ruangan yang disewakan untuk keperluan bisnis. Beberapa businessman menyewa satu dua ruang untuk keperluan mereka di luar perusahaan mereka (disamping berselingkuh dan berjudi, tentu saja, tapi bisa jadi dua hal itu juga menjadi alasan mereka menyewa ruangan di sini).

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Where stories live. Discover now