CHAPTER 29-1- A CODE TO SAFE ZONE

1.6K 203 39
                                    

SIERRA LANEY

Arima Base Quarters, Mountain View Cemetery, Shaugnessy

January 6th, 05. 30 P.M



Sepertinya kejutan akan menjadi teman baikku setelah ini.

Memandangi papaku berdiri di sana, di sebelah Jacqueline Mo yang masih hidup sampai sekarang dan tidak kelihatan bersalah samasekali? Bisakah kusebut itu kejutan yang kebetulan?

Apa pula yang dia lakukan di sana?

Setelah permainan menguras emosi yang dilakukan pria tua bernama Malcolm di luar tadi, yang membuat hubunganku dengan Javier mendadak jadi tidak enak, aku benar-benar tidak bisa bernapas sekarang. Bahkan untuk berpikir apa yang terjadi di sini saja aku tidak sanggup. Dan bisa kurasakan, hal itu juga terjadi pada Sam di sebelahku.

Dia dekat dengan papa, aku tau itu. Dan melihat papa berada di kubu yang bukan kubu kita, dia tampak kecewa. Bisa kupastikan, dia tidak tau apa yang sedang terjadi di depan sana. Sementara itu, di depanku, Ethan dan Javier serta Bri masih memandangi dua orang lainnya tidak percaya, terutama Ethan.

"Ivan Laney," kata Jacqueline sambil memandang tajam ke arahku. "Jody Ray, dan Howard Lanf. Rupanya kalian tidak terlambat datang kemari."

Kulihat, papaku mengangguk sambil merangkul tubuh ceking Jac dengan penuh rasa sayang. RASA SAYANG. Aku tidak habis pikir melihatnya. Rasanya seperti ditembak oleh ribuan basoka, dan kakiku seperti mati rasa. Dengan panik kupegang tangan Sam yang juga menggandengku begitu erat, lalu menahan air mata yang sudah nyaris keluar dari sini.

"Apa yang kamu lakukan di sana?" tanya Ethan kali ini, memandang lurus ke arah papanya, om Jody.

Sama dengan reaksi papa, om Jody juga tertawa ringan menanggapi pertanyaan anaknya.

"Maafkan papa, Ethan, papa tidak memberitahumu selama ini," katanya tenang. "Kalau kamu berhasil kembali ke Indonesia nanti, sampaikan salam papa pada mama."

"Jangan sebut dirimu papa lagi," kata Ethan menggeram menahan emosi, dan entah kenapa, kulihat tangan Javier menenangkan temannya itu untuk tidak bertindak gegabah. "Aku tidak percaya kamu melakukan ini semua."

"Aku hanya bergabung dengan mereka, apa salahnya?" tanya Om Jody memandangi anaknya dengan tatapan yang samasekali bukan seperti tatapan seorang ayah. "Ingat dengan rencana yang papa bicarakan padamu?"

"Kamu melakukan ini untuk uang? Demi perusahaanmu?" tanya Ethan dingin.

"Kamu sudah kuajak, nak, tapi kamu menolak mentah-mentah. Padahal kamu belum mendengar lengkapnya," kata om Jody tersenyum palsu. "Kamu satu-satunya pewaris di keluarga kita. Dan aku ingin kamu melanjutkan ini bersama Samuel kelak. Tapi kalian berdua menolak."

"Sebagai anak laki-laki, sudah seharusnya meneruskan bisnis yang dirintis orang tua. Apa kamu tidak mau, tinggal menerima jadi dan mengurus perusahaan yang sudah ada dan merasakan hasilnya dengan keluarga kecilmu kelak?"

"Kalau aku memang suka dengan jalan ini, aku tentu akan setuju," sambar Ethan tidak terima. "Tapi kenyataannya aku menolak."

"Kalian benar-benar dibutakan oleh uang atau apa sih?" tanya Sam tidak percaya. "Kalau hanya karena masalah perusahaan kami dibawa-bawa, aku tidak bisa terima."

"Percayalah." Harrison buka mulut kali ini. "Ini bukan sekedar urusan perusahaan. Kami hanya memanfaatkan kalian."

"Untuk apa?" tanya Javier berani. "Kenapa harus melibatkan ini pada anak SMA yang inosen?"

"Inosen?" Kudengar tiga orang yang berada di barisan terdepan itu tertawa. "Kami sudah diberikan tanggung jawab perusahaan saat umur kami setara dengan kamu, Samuel. Zaman sekarang, anak seumur kalian tidaklah inosen lagi."

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Where stories live. Discover now