CHAPTER 19-2 - THE CURSED LAMIA

1.5K 198 15
                                    

DETEKTIF BEX



"Apa tidak ada yang membawa sesuatu? Perban?"

"Percayalah, saya sendiri begitu sampai di sini sudah kehabisan harapan. Bahkan memberi kapas saja tidak, Pak Bos Dua!"

"Jangan panggil aku Pak Bos Dua, polisi amatir!"

"Hah! Setidaknya saya punya status dan bapak tidak."

"Kuturunkan pangkat kau dan kembaran kau itu!"

"Tapi darah mengucur terus, oke, begini saja, robek kutangmu dan balut lukanya dengan cepat, cepat!"

"Kenapa tidak pakai kutang Pak Bos Dua saja?"

"Lakukan!"

Kurasakan sebuah tangan membalut kakiku dengan cepat, dan dengan cukup kuat, membuat mataku langsung terbuka lebar.

"Shit, aku mau dilecehkan," kataku reflek, membuat dua orang yang ada di depanku mendadak melotot.

"Apa-apaan kamu?! Siapa juga yang sudi grepe-grepe orang tidak seksi sepertimu?!"

Aku melirik Calvin yang masih basah kuyup, tapi sudah lumayan hidup dibandingkan terakhir kali aku melihatnya tak bergerak di bawah air.

Tunggu, tadi aku ada di bawah air. Kusentuh wajahku yang sudah kering, tapi rambutku nampaknya masih basah. Sambil berusaha menyesuaikan pandanganku dengan keadaan baru di sekitarku, aku memaksa diriku untuk duduk sementara Brey, sesuai dugaanku, membalut luka tembakanku dengan kaus kutangnya.

"Kuharap kamu mandi tiga kali sehari," kataku setelah dia selesai membalut. "Trims."

"Kutangku bau vanilla, Pak Bos. Tenang saja, aku lebih suka tak memakai kutang. Rasanya lebih bebas dan dingin."

"Dasar mesum," komentar Calvin.

"Pak bos dua, kalau saja kamu bukan teman Pak Bos, bisa jadi aku sudah membuat wajahmu mirip guacamole," katanya sambil melirikku. "Darimana pak bos menemukan orang seperti ini?"

"Darimana kamu menemukan anak buah sebodoh ini, Bex?"

Tapi aku tidak memedulikan mereka.

Sekarang aku bersandar di tembok yang dingin, mungkin efek karena bajuku masih basah kuyup dan kurasakan jaketku sudah digunakan Brey sebagai alas aku tidur tadi. Kuedarkan pandangan ke seisi ruangan yang entah mengapa terlihat jelek dan datar sekali.

Komentar pertama: Ini sebuah bangsal.

Komentar lanjutan: Kami bertiga dikurung.

"Sejak kapan kita di sini?" tanyaku dengan suara serak.

"Aku terbangun lima menit lebih awal dibanding kalian berdua," kata Calvin sambil mengangkat sebelah pundaknya. "Lalu anak ini bangun, sepuluh menit kemudian baru kamu."

Aku melirik jam yang dipakai Calvin, menunjukkan pukul 10. 20. Entah sudah berapa lama kami di sini. Aku lalu memejamkan mata untuk mengingat semuanya. Terakhir kali kami berada di dalam air setelah sebuah mobil silver menabrak kami dengan tidak berperikemanusiaan, sehingga kami melayang di udara, terjatuh, dan nyaris tenggelam. Seakan belum cukup kesialan berpihak pada kami, aku ditembak oleh siapapun yang sekarang mengurung kami di sini, lalu terjebaklah kami di sini.

Aku menarik nafas, menahan emosi.

"Jadi, sekarang kita terkurung di sini."

"Dan gagal menyelamatkan anak itu," kataku pada Calvin. "Aku benar-benar harus menghabisi siapapun yang melakukan ini semua."

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora