CHAPTER 30 - "MY LAST POV", said Bexton.

1.9K 207 19
                                    

BEXTON ADRIANNO

Mountain View Cemetery, Shaugnessy

January 6th, 05.55 P.M



Di hadapanku, berdiri seorang wanita berwajah campuran dengan terusan berwarna putih yang dilapisi dengan blazer berwarna merah muda pucat. Bisa kulihat, di pergelangan tangan wanita itu ada sebuah tato yang tampak mencurigakan, tapi kurasa itu hanya untuk mempercantik penampilan saja. Pasalnya, jam tangan Gucci yang dia kenakan tampak sangat manis dipadukan dengan tato bergambar panah yang disilangkan itu.

Wanita itu memiliki rambut kecokelatan yang diurai ke samping, dan senyuman di wajahnya mengingatkanku pada si nona Sierra yang pasti sekarang berada di bawah sana.

"Kenapa kamu tidak pernah muncul selama ini?" tanyaku pada Liana, nama wanita itu.

Liana tersenyum sambil menoleh ke samping, dia lalu menggelengkan kepalanya.

"Kecelakaan itu merebut ingatanku," katanya dengan suara yang lembut, sama seperti anaknya. "Lebih tepatnya, itu bukan kecelakaan, tapi percobaan pembunuhan."

Aku mengangguk."Ivan."

Dia balas membenarkan. "Aku tidak tahu kenapa dia begitu berambisi untuk merebut perusahaan yang kubangun dengan Gerald. Suatu hari dia memancingku ke tengah jalan, dan sebuah mobil melintas begitu saja. Tubuhku terpental cukup jauh, dan kepalaku membentur trotoar dengan amat keras. Dokter mengatakan aku kehilangan ingatanku."

"Amnesia?"

"Ya," jawab Liana. "Kejadian itu berlangsung satu bulan setelah aku pulang dari Kanada. Aku menitipkan Sierra dan Samuel pada teman, lalu saudaraku. Sebelum aku sampai di rumah, insiden itu terjadi."

Aku mengangguk lagi. "Jadi, kamu kehilangan ingatanmu selama berapa lama?"

"Berapa angka yang bagimu lama?" tanya Liana balik.

"Lima?" tebakku.

"Empat," jawabnya. "Selama itu aku tidak pernah tahu, siapa itu Sierra, siapa itu Samuel. Semuanya seakan hilang begitu saja dari ingatanku. Baru saat ingatanku mulai kembali, saudaraku memberitahuku soal Sierra dan Samuel, dan semuanya seakan dikembalikan ke dalam otakku."

"Jacqueline," aku menyebut nama keramat itu dengan cepat, "... apakah benar dia adikmu?"

"Iya," jawabnya jujur. "Tapi hubungan kami tidak pernah akur sejak kecil." Liana mengubah posisi berdirinya. "Kami selalu berselisih karena dia selalu iri denganku. Dia pernah dikeluarkan dari sekolah, dan sejak hari itu, dia semakin menjadi-jadi terhadapku. Tidak pernah satu hari pun kami lewati dengan damai, selayaknya kakak dan adik. Orangtua kami bahkan sampai bertengkar, saling menyalahkan karena dua dari tiga anaknya selalu bertengkar."

"Apa kamu melakukan sesuatu yang membuatnya dikeluarkan dari sekolah?" tanyaku cepat.

Aku melihat seulas senyuman di wajah Liana.

"Bagaimana bisa kamu tahu?"

Aku mengangkat pundakku cuek. "Biasanya anak kalau dikeluarkan dari sekolah karena bukan salahnya tidak mungkin bertindak seperti itu, apalagi ke saudara sendiri. Lagipula kalau kuperhatikan, sejak pertama kali aku bertemu denganmu, tujuh tahun yang lalu, kamu selalu menanggapi perkataan Jac dengan sinis. Dia tidak suka diperlakukan seperti itu, karena dia anaknya insecure. Kamu seperti tidak suka dengan kehadirannya, dan berhubung dia orang yang peka, jadilah dia bersikap waspada, termasuk pada kakaknya sendiri, maaf kalau aku blak-blak an."

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang