CHAPTER 26-1 - A SWORD THAT TURNS BACK

1.6K 201 62
                                    

CARLO INDIGO

Mr.X's Labyrinth, Batu, Malang

January 7th, 03.15 A.M



Aku cukup yakin aku tidak pernah kehilangan pengetahuan sebelumnya, tapi aku tidak tahu di mana letak pasti kita sekarang. Bahkan rumah milik orang yang masih misterius ini tidak kuketahui nama alamatnya. Yang jelas, kami terjebak dalam labirin buatannya yang kurasa sedikit gila, sekarang bersama dua cewek yang muncul lagi di hadapan kami dengan tatapan lapar dan beringas. Yang satu sibuk bersandar sambil menggigiti kukunya, sementara yang satunya lagi sanggup membuatku kena serangan jantung mendadak.

Sosok yang sempat tersenyum padaku.

Sekarang menatapku seakan-akan aku ini hanyalah seonggok daging tak berguna yang tinggal diumpankan pada T-Rex atau apalah.

Kulihat tatapan matanya jatuh padaku, tapi kemudian segera mengalihkannya pada yang lain.

"Kenapa bisa bertemu di sini, teman-teman?" tanya Kathy dengan suara yang terdengar jahat, samasekali tidak bisa kubayangkan akan berada padanya.

"Oh," kali ini, sudah pasti Jay yang menyahuti, "...kebetulan yang menyenangkan sekali! Bertemu dengan si pengkhianat," dia menunjuk Kathy, "dan anak yang terobsesi dengan teka-teki."

"Percayalah, kamu tidak mau mengatakan itu padaku," jawab Violet santai sambil lalu mengeluarkan sebilah pisau dari saku celananya dan bersiap melemparnya ke salah satu dari kami. "Tersesat?"

"Tidak, sedang memecahkan TTS yang susah banget gile mampus," kata Ricco bercanda. "Kamu buta atau apa? Tidak bisa melihat?!"

"Aku kan hanya memastikan," kata Violet cuek, lalu dia menoleh pada Kathy yang masih memandangi kami dengan beringas. "Kamu kenapa kelihatan bersemangat sekali sih?"

Kathy lalu terkekeh, membuat hatiku makin terasa sakit saja.

"Apa salahnya? Aku kan sudah lama tidak merasa sesemangat ini, tidakkah kamu mau mendukungku, Violet?" tanya Kathy.

Kulihat tatapan Violet yang tampaknya tidak senang sekali dibalas Kathy seperti itu, tapi dia masih menahan diri. Namun, aku yakin sekali dari balik tangannya yang menggenggam pisau dengan erat, cewek itu bisa saja menikam Kathy kalau saja dia tidak mengincar sesuatu.

Callen yang menyolekku membuatku langsung tersadar akan suatu hal.

"Carlo, mari kita bernostalgia sebentar," katanya dengan suara tenang. "Kau mengenal Violet, kan?"

Karena sudah ketahuan, aku akhirnya mengangguk.

"Yep, aku nggak nyangka dia muncul lagi," kataku sambil menarik napas. "Tapi aku lebih tidak percaya lagi kalau dia terlibat dalam ini."

Callen mengangguk. "Boleh aku kedengeran gila sebentar?"

"Dengan senang hati, aku pasti percaya," jawabku.

"Apa Violet suka denganmu?" tanya Callen, pelan tapi pasti, membuatku tidak bisa berpikir mendadak.

Apakah Violet suka denganku? Oke, jadi singkatnya, Violet adalah teman masa kecilku bersama Kathy. Kami berteman bertiga, dan pada saat itu, aku tidak terlalu memerhatikan Violet. Cewek yang terobsesi dengan warna ungu itu pendiam sekali, belum lagi dia tidak terlalu menyukai interaksi dengan orang banyak. Dia lebih suka duduk di rumah sambil menyelesaikan kasus-kasus detektif yang rumit, dibandingkan Kathy yang lebih terbuka dengan orang lain. Karenanya, aku dan Kathy lebih dekat.

Suatu hari, Violet bilang kalau dia suka denganku, tapi bodohnya, aku juga bilang kalau aku menyukai Kathy. Sejak saat itu, dia jadi semakin tertutup lagi, malah terkesan menghindariku. Bolak-balik aku berusaha mengajaknya ngobrol, bertemu setelah kami pisah sekolah, menghubunginya sebagai seorang teman, tapi dia menghindar. Sesekali, dia menanggapiku, tapi saat dia tau kalau aku menyukai Sierra, dia langsung menjauh lagi. Aku tidak tau mengapa, tapi orang-orang mengataiku bodoh karena tidak peka dengan perasaannya. Bagaimana lagi, saat itu aku masih kecil.

TFV Tetralogy [4] - Journal Of Truth (2015)Kde žijí příběhy. Začni objevovat