12. Kebersamaan Lidya dan Arsya

170 22 16
                                    

"Heh, anjir! Sumpah? Bu Lidya nikah sama Arsya?"

"Anjing!"

"Gue sebenernya dari dulu udah curiga sama mereka sih, kayak mereka tuh ada hubungan gitu."

"Gue kira cuma sekedar bos dan karyawan."

"Nggak nyangka kalau Bu Lidya suka yang berondong."

"Arsya sukanya MILF."

Begitulah gosip-gosip dari keempat karyawan yang berada di ruang janitor.

"Eh, udah-udah, kerja-kerja. Gosip mulu kalian," tegur salah satu karyawan yang tidak ikut bergosip.

Saat semua karyawan mengetahui pernikahan Arsya dan Lidya, semua menghormati Arsya seperti mereka menghormati Lidya. Mulut-mulut para penggosip terus membicarakan keduanya. Namun, tetap bersikap sopan saat di hadapan Arsya dan Lidya.

Arsya dan Lidya sudah bersiap untuk pergi bulan madu. Sepasang suami istri ini berjalan menuruni tangga. Clara dan Kevin yang berdiri di belakang diam-diam, berdecih melihat ibu kandung dan ayah tiri. Rasanya risi sekali melihat pasangan yang usianya terpaut sangat jauh.

"Tidak ada yang ketinggalan, 'kan?" tanya Lidya sembari memeriksa tas jinjing.

"Tidak, Bu," jawab Arsya yakin.

"Yaudah kita kita berangkat."

Arsya menggandeng mesra tangan Lidya. Melihat demikian, Clara menjulurkan lidah dan mual-mual palsu. Sementara Kevin bergidik jijik dan akhirnya pergi karena sudah tidak tahan menyaksikan itu. Clara masih menguntit mereka dari belakang.

Arsya merangkul Lidya dan mengecup pipi kanannya. Clara menganga, menaikkan kedua bahu dengan bibir merapat yang tertarik ke bawah, lalu mengusap-usap pundak kiri dan merasa geli melihat kemesraan Lidya dan Arsya.

Siangnya Clara pergi ke rumah Raisa untuk berkumpul dengan kedua temannya, sekedar menghilangkan penat.

Nita berbaring tengkurap sambil menggesek-gesek kuku. Raisa hanya menonton Clara yang sedang berjalan gelisah bolak-balik.

"Kalian tahu, nggak sih?"

"Enggak," jawab Raisa dan Nita.

"Masa Mama sama makhluk sialan itu, mereka tuh pergi bulan madu. Ih jijik banget, tahu!" gerutu Clara protes .

Nita tertawa terbahak-bahak. "Aduh nggak bisa ngebayangin gue."

"Lah emang kenapa? Kan mereka udah sah suami istri. Ya wajar lah, namanya juga pengantin baru," Raisa mendelik ke arah Clara, "kok lo yang sirik, sih. Arsya itu udah jadi suami mama lo, panggil dia dengan namanya paling gak!"

"Ih Raisa! Gue tuh nggak sirik. Gue risih, tahu!" bentak Clara tidak terima. Kedua tangan mengepal dan menggertakkan gigi, gemas kepada Raisa.

"Yaudah kalau risih ya jangan dipikirin," ucap Raisa seolah sarannya itu akan menyelesaikan masalah dengan mudah.

Clara menginjak-injakkan kaki dengan cepat ke lantai. "Ih! Lo tuh nyebelin banget sih, Raisa!" Matanya melotot dan terdengar geraman dari mulut yang tertutup rapat.

Nita tertawa menggelegar. "Gangguin aja, bulan madunya." Ucapannya dengan percaya diri, seolah idenya itu cemerlang.

"Gimana caranya?" tanya Clara menaikkan sebalah alis.

"Ya, bikin mereka cepet pulang dari yang seharusnya," tutur santai Nita.

"Eh, jangan gitu dong, gak boleh! Kalian tuh, biarin lah mereka seneng-seneng. Lagian itu kan mama lo, Clara. Emang lo gak seneng kalau mama lo seneng? Gue aja terus berusaha bikin Mama seneng, lo malah mau gangguin mama lo yang lagi seneng-seneng. Inget, surga di telapak kaki mama lo," cetus Raisa, menasihati.

Kami yang BerdosaWhere stories live. Discover now