24. Apakah Mungkin?

73 17 20
                                    

Clara melihat Arsya berjalan berlawanan arah. Laki-laki itu mengenakan kemeja dan celana jeans. Hingga berpapasan, Arsya memberikan senyuman ramah kepadanya, begitu juga dengan Clara. Menoleh ke belakang dan terus memperhatikannya.

Clara buru-buru naik lantai dua dan berdiri di depan kaca jendela. Melihat Arsya berjalan menggandeng mesra sang istri, keduanya berjalan menuju tempat parkir. Clara terdiam dan penasaran.

"Mereka kencan lagi, ke mana ya?" guamam Clara.

Setiap ada kesempatan, Clara selalu ingin tahu apa yang Lidya dan Arsya lakukan atau ke mana mereka pergi. Si gadis kembali mengintip dua sejoli yang sedang menaiki tangga dengan beberapa shopping bag. Keduanya tertawa berwajah berseri-seri.

Tak hanya di rumah, saat di kampus, Clara juga diam-diam mencuri pandang si laki-laki beristri itu. Terus memandangi Arsya yang sedang mengobrol dan tertawa bersama Rifki. Clara terdiam, melihat senyuman di wajah laki-laki yang bukan miliknya.

Arsya, kenapa gue seneng banget mandangin lo, apalagi waktu lo ketawa atau senyum kek gitu, batin Clara. Mata sendu, sadar bahwa seharusnya tidak boleh terua memandanginya.

Saat hari Minggu pagi, seperti biasanya keluarga Lidya berada di rumah. Arsya tengah menyirami tanaman. Ia melihat serangga merayap di badan, sontak tangan kiri menyingkirkan serangga itu. Tangannya terus bergerak hingga tidak sengaja membasahi Kevin yang sedang berjalan di belakang. Seketika lelaki itu naik pitam, langsung mendekat

"Heh lo apa-apa-"

Kevin belum selesai membentak, Arsya tidak sengaja menyemprot Kevin lagi. Arsya terpekik dan segera mematikan air.

"Lo sengaja banget! Dasar lo emang ya!" bentak Kevin yang semakin terlihat urat di wajahnya.

"Maaf, Kak Kevin, tidak sengaja. Tadi benar-benar tidak sengaja."

"Halah, alasan aja lo! Cari ribut ama gue hah, ayok!" Kevin menantang, membusungkan dada.

"Tadi tidak sengaja." Arsya terus meyakinkan cowok yang mudah marah itu.

Kevin mencengkeram kaus Arsya, tangan satunya mengepal siap untuk memukulnya. Arsya pun bersiap, saat Kevin melayangkan pukulan, Arsya berhasil menepis dan melepaskan kaus dari cengkramannya.

"Oh, sekarang lo udah mulai sok jagoan, hah! Sini maju lawan gue!" Emosi Kevin semakin memuncak.

Clara yang sedari tadi memperhatikan mereka, mengempaskan napas dan bergegas menghampiri.

Kevin terus mengajak Arsya untuk berkelahi.

"Kak Kevin, udah dong!" Clara melerai.

"Nih orang cari masalah sama Kakak!" bentak Kevin masih tidak terima.

"Saya tidak sengaja dan saya minta maaf!" sahut Arsya bersikukuh.

"Halah, alesan!" Kevin terus menggebu, tetap mengira bahwa Arsya sengaja.

"Kak Kevin, udah dong, Arsya kan nggak sengaja." Clara mencoba meredakan emosi kakanya.

"Loh! Kok sekarang lo belain orang ini daripada kakak lo sendiri!" Sang kakak tak terima.

"Kak Kevin, bukan gitu, Arsya nggak sengaja."

"Oh, gitu. Sekarang adek gue lebih ngebalain orang ini daripada kakaknya sendiri." Jengkel, Kevin mendengkus dan mendelik sebelum menghentakkan kaki.

"Kak Kevin! Kak!" Clara berbalik badan menghadap Arsya. "Lo nggak pa-pa?"

Arsya terheran pada Clara yang membela dirinya. "Hah-ya tidak apa-apa."

Kami yang BerdosaKde žijí příběhy. Začni objevovat