• Chapter 15 - Never Hate

1.1K 47 13
                                    

HAPPY READING
VOTE

21+
















•••

Pagi hari ini Felix dan Anne beserta beberapa kawanan polisi tengah memantau kediaman rumah Veen. Setelah aksi lolosnya bersama gadis blonde tersebut, pria itu langsung melaporkan kasus ini kepada kepolisian. Namun sebelumnya ia sedikit kesusahan untuk melapor sebab tiada bukti valid yang tercantum.

Tapi setelah Anne membantunya berbicara dan
mengatakan pada mereka atas pelecehan yang sempat dirinya rasakan juga sejumlah bukti seperti luka memar dan bekas lainnya, para polisi pun percaya.

"Kita masuk sekarang!!."

Perintah sang ketua polisi tersebut. Dengan senjata pistol yang diangkat keatas, Felix dan Anne pun mengikuti mereka dari belakang. Setelah sampai didepan pintu, dengan cepat polisi itu mendobrak dengan mudahnya pintu tersebut mengunakan satu kaki. Lalu mengacungkan pistolnya sebaring berkeliling melihat seisi rumah.

"Kita harus cari Gema dan temanmu."

Saran Felix pada Anne.

"Apa lebih baik berpencar saja."

"Jangan Anne!!. Itu akan membahayakan mu ikut denganku keruangan atas saja."

Tanpa basa basi mereka berdua langsung menuju ruangan atas untuk memastikan keadaan Gema,
saat pintu tersebut berhasil ia dorong. Ruangan tempat Gema disandra itupun kosong. Hanya
menyisakan bangku kayu yang tersisa.

"GEMA, KAU DIMANA?."

Teriak Felix sedikit frustasi.

"Apa mungkin mereka tau kita lolos dan membawa Gema pergi?. Aku yakin sekali mereka sudah merencanakan hal ini."

Geruntuh Felix kesal.

"Sial, mereka cerdik juga."

Suara peluit terdengar keras dilantai bawah, Anne dan pria itu yang paham hendak segera turun untuk berkumpul. Setelah semuanya telah berkumpul dilantai dasar, sang ketua polisi itupun memberi saksi pernyataannya.

"Maaf saudari Felix, kami tidak dapat menemukan hal yang kau maksud. Ditambah lagi cctv yang sudah rusak akan semakin sulit untuk melanjutkan ini."

"Tapi kau lihat kan?. Bukti sudah nyata dan kami tidak berbohong!!."

Tegas Felix pada mereka, terlihat jelas raut marah pria itu mendominasi. Anne mencoba untuk menenangkannya.

"Jangan bertengkar."

Ucap Anne.

"Mereka tidak pantas menjadi anggota polisi Anne. Saya bisa membayar kalian sebanyak yang kalian mau."

"Maaf tapi kami tidak mendapatkan bukti sama sekali dalam kasus ini."

Anne pun merenung mendengar hal itu, lalu kembali mengingat sesuatu. Sahabatnya Geral yang masih ditahan oleh mereka.

"Geral. Iya...Geral, aku melihat temanku itu dibawa oleh beberapa pengawal kesana."

Anne menunjuk kearah kanan, seingat gadis itu saat Geral berteriak ia sempat melihat pria itu dibawa menuju ruangan bawah.

Stepfather|| END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang