• Chapter 46 - Im sorry

1.9K 54 0
                                    

HAPPY READING
VOTE














•••

Sudah sejak sehari setelah kejadian tragis menimpa mereka, kini Gean beserta yang lainya sedang menunggu didepan ruang operasi. Clara, gadis itu mengalami pendarahan hebat pasca melahirkan kemarin. Beruntungnya golongan darah Felix sama persis seperti yang dimiliki keponakannya itu, ia bisa segera mendonorkannya untuk Clara.

Semua orang disana sedang menunggu gadis itu terbangun dari tidurnya, begitu juga Anne selaku sahabat dari Clara kini. Gadis itu terus saja berdoa tanpa henti untuk keselamatan sahabatnya.

"Apa Clara akan segera sadar, Felix?."

Saut Anne dengan raut wajah yang cemas. Felix seakan peka dengan tingkah gadis tersebut, ia mencoba menenangkan Anne dengan mengelus rambut panjangnya dengan lembut.

"Aku yakin Clara akan segera sadar, Anne."

Balas lembut Felix kepada Anne. Pria berkacamata itu menyaut, Arnold sedari tadi tengah sibuk mencari sesuatu disekelilingnya.

"Gean, dimana Veen?."

Ucap Arnold dengan sedikit berbisik, namun masih bisa didengar oleh Felix. Gean menoleh kearah sahabatnya itu, ia memberikan senyuman tipisnya.

"Dia akan kesini nanti, tapi sekarang dia sedang bersama anaknya."

Balas Gean, Arnold yang mendengar ucapan sahabatnya itu melebarkan matanya. Ia meminta agar Gean berbicara dengan perlahan.

"Veen bersama bayi itu?, baguslah bayi mungil itu ada yang menjaganya."

Balas kembali Arnold dengan mata yang sudah melirik ke arah Felix.

"Felix."

Saut Gean.

"Hmm?."

"Semua tugasku sudah selesai, aku berhasil menyadarkannya. Selebihnya aku serahkan padamu, sesuai janjiku."

"Saya pasti akan melakukannya."




Veen kini berada diruangan ikubator bayi, pria itu melihat dari kejauhan dibalik kaca kecil sesosok bayi mungil yang tengah tertidur lemah. Beberapa selang kini mengelilingi tubuhnya dan bagian hidung dari anaknya tersebut. Rasanya kian berbeda. Veen merasa sangat hancur saat melihat keadaan bayi mungil itu.

Pria itu mencoba mendekat, ia duduk disamping kaca tersebut. Mata yang berubah jadi senduh itu terus memandang lekat lekat bayi tampan yang merupakan hadiah terindah yang pernah pria itu dapatkan saat ini. Bayi mungil yang dulu dia hina, yang dulu tak diakuinya. Telah lahir dengan selamat, walaupun anaknya harus lahir dalam usia kandungan yang cukup muda.

Air matanya tidak bisa dibendung lagi, seketika menetes begitu saja secara tidak sadar. Tangan mungil kemerahan bayi itu terlihat menyiksa. Dadanya kini terasa sangat hancur.

"Maafkan aku..."

Lirih pria itu dengan suara yang bergetar.

Stepfather|| END ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt