• Chapter 31 - Danger

875 34 0
                                    

HAPPY READING
VOTE














•••

"Kenapa kau menjadi lemah seperti ini?."

Brako terus mengeruntu kesal kearah Veen, pria yang masih terbaring lemah di ranjang. Sejak terakhir pasca mabuk berat yang dialami oleh pria itu, membuat Veen kembali drop. Arnold yang memang berada ditempat itu sigap menolong sahabatnya yang tengah meracau hebat kemarin, lalu memberikan beberapa obat untuk pria itu.

Pria berkacamata itu melirik sekilas raut wajah Brako, pria tua itu memang tampak sedikit mencurigakan, Arnold jelas merasakan hal itu. Brako terus saja menyalahkan sahabatnya disetiap tidurnya, membuat Arnold heran akan sifat paman dari sahabatnya tersebut.

Keponakanmu sedang sakit, kau malah membentaknya seperti itu, dasar pria tua kejam.

Batin Arnold pada sosok pria tua tersebut.

"Dimana anak itu sialan."

Lagi lagi Brako mengeluarkan suara kerasnya, membuat Arnold sedikit terkejut dibuatnya.

Pria itu terus saja mengeruntu kesal pada sosok Griel, anak semata wayangnya. Pasalnya pria itu sama sekali tidak bisa dihubungi dan hal itu membuat Brako semakin murka. Arnold yang memang dasarnya sudah tau semua ini, ia tampak sedikit cemas dengan kondisi Griel saat ini.

"Benar benar tidak berguna, cih. Cepatlah bangun Veen!!, kenapa kau jadi tidak berguna seperti ini."

Geruntuh Brako kembali.

Tampaknya Arnold tidak tahan juga mendengar semua geruntuhan bahkan makian kasar dari pria itu, kini ia memutuskan untuk pamit keluar dengan beralasan membelikan obat untuk Veen.

"Aku keluar dulu."

Brako mencegat tangan pria berkacamata tersebut, seketika tubuh pria itu terdiam kaku. Brako kini melihat mata pria tersebut dengan tajam.

"Mau kemana?."

"Saya ingin membeli obat cadangan untuk Veen."

Jawab Arnold yang mencoba untuk tetap santai.

"Cepatlah, jangan biarkan dia mati."

Terkejut, hal pertama keluar dari pikiran seorang Arnold. Paman yang tega berbicara hal kasar kepada ponakannya sendiri. Brako memang bukan paman yang baik untuk Veen dan Arnold jelas tau itu. Bahkan pria itu kini semakin yakin jika semua ini pasti ada campur tangan dari Brako itu sendiri.

"Kenapa diam?."

"Ti— tidak, baiklah aku pergi dulu."

Mata elang pria tua itu terus memperhatikan lekat sahabat dari Veen tersebut, namun ia mencoba mengabaikannya. Amarahnya masih terlihat, Brako mengeluarkan ponselnya kembali dan mencari kontak dengan nomer tujuan, lalu menghubunginya.





"Gerakan semua pengawal untuk menyebar keseluruh penjuru kota ini. Cari keberadaan Gema dan Clara secepatnya!!."

"Baik tuan."

Saut seseorang dari pangilan telfon itu.

Stepfather|| END ✔️Where stories live. Discover now