• Chapter 42 - One time chance

1K 32 0
                                    

HAPPY READING
VOTE















•••

Setelah melihat kejadian didepan matanya sendiri, Felix bergegas dengan cepat pergi menuju bandara bersama Anne. Berharap Brako masih ditempat itu, tapi sepertinya nasib beruntung tak dimiliki oleh keduanya saat ini. Penerbangan menuju Spanyol diberhentikan sementara akibat cuaca buruk yang menyelimuti Canada saat ini, Felix pria itu berusaha memberontak pada penjaga disana.

Anne sama kacaunya bahkan gadis itu ikut memohon kepada petugas disana, keduanya mengeluarkan air mata cemas, semuanya telah kacau bercampur aduk. Para petugas bandara tidak bisa melanggar itu semua, karena keselamatan penumpang penting bagi mereka.

Felix menyerah dalam permohonannya, pria itu berdecak kesal. Dua satpam datang menarik keduanya keluar dari bandara tersebut, semua orang saat ini tertuju pada mereka tentu saja.

"Jika kalian datang hanya untuk membuat keributan, tolong pergi dari area ini!!."

"Tidak perlu ikut campur!!. Kenapa semua penerbangan ditunda?."

"Tuan, cuaca kian memburuk. Hal itu akan membahayakan penumpang yang menaikinya, kau bisa kembali beberapa hari lagi."

"Kau gila?. Selama itu?."

"Cukup Felix!!. Jangan berbicara kasar pada orang tua."

Anne menyeret tangan Felix kasar, gadis itu mencoba mengantikan posisi pria tersebut untuk berbicara.

"Maaf pak, apa penerbangan menuju Spanyol membutuhkan waktu lama?."

"Kami belum bisa memprediksi, cuaca kian memburuk. Badai akan melanda, dibagian laut selatan terjadi tsunami. Kami baru saja mendapatkan informasi itu."

"Tsunami?."

Satpam itu mengangguk.

"Kalian bisa datang 2 hari lagi atau kalian akan kami hubungi."

"Kalau begitu simpan nomor saya, hubungin kami jika kondisi sudah membaik."

Anne memberikan nomor ponselnya pada salah satu petugas satpam disana.

"Baiklah."

Balas satpam tersebut sebelum akhirnya pergi dari hadapan mereka. Mata cantik milik Anne kini menjadi senduh, gadis itu melihat raut wajah frustasi yang menyelimuti Felix, pria itu kini duduk diaspal, dengan memukul mukul sekitarnya. Anne mendatangi pria itu dengan spontan gadis tersebut memeluk tubuh Felix yang sedang bergetar hebat.

"Kita akan kembali nanti, aku yakin mereka akan baik baik saja."

"Aku tidak bisa diam saja!!. Mereka dalam bahaya Anne, kita bisa pergi mengunakan kapal!!."

"Kau gila?. Itu akan semakin berbahaya, apa kau tidak dengar apa yang dikatakan petugas tadi pada kita?. Lagi pula jika mengunakan kapal akan membutuhkan waktu yang lebih lama."

"Lalu aku harus apa?. Aku merasa sangat tidak berguna sekarang. Anne."

Lirih pria itu, tangisnya kembali pecah. Felix merasa gagal telah menjaga kedua wanita berharganya itu. Mata Anne kembali mengalir, tubuh gadis itu sama hal nya seperti Felix. Mereka memeluk satu sama lain di guyuran air hujan yang baru saja turun.

Stepfather|| END ✔️Where stories live. Discover now