01: Harga Diri

2.4K 138 83
                                    

YOU POV

Setelah tubuhku diangkat oleh Jeno dengan perlahan ke atas kasur itu lagi, Mark mendekat ke arahku untuk menyingkirkan helaian surai yang menutupi wajahku. Tak banyak kata yang ia ucapkan, sementara Jeno, Jaemin dan Renjun masih berusaha mencari jalan keluar. Air mata tak bisa berhenti mengalir membasahi wajahku, tubuhku juga susah sekali digerakkan saat Mark mendekat ke arahku untuk membisikkan, "Maafkan bapak, Y/n. Bapak harus melakukannya." malah memecah tangisku semakin kencang.

Sekuat tenaga aku berusaha menggerakkan tubuhku pasca setruman yang aku dapatkan, hingga aku berhasil menyentuh wajah Mark untuk mengatakan, "Jika hanya itu jalan keluarnya, baiklah, lakukan dengan perlahan pak". Aku sadar benar atas situasi yang menimpa kami, apalagi saat melihat Jeno, Jaemin dan Renjun yang berusaha terlalu kuat untuk melepaskan diri dari ruangan ini.

Jika memang kuncinya ada padaku dengan menuruti perintah master, maka akan aku lakukan. Tapi melihat kondisi tubuhku saat ini rasanya seperti tidak memungkinkan untuk aku melakukan seks. Apalagi setelah mendapat dua kali listrik bertegangan tinggi mengalir di sekujur tubuhku, aku hanya takut listrik itu meninggalkan residu buruk yang mempengaruhi kinerja organ tubuhku.

"Y/n, saya ingin dosenmu ini melakukannya dengan kasar! Tak ada kelembutan. Cepat lakukan dalam hitungan ketiga, jika kau tak ingin saya setrum ketiga kalinya, Mark!!" desak master membuatku berpikir. Awalnya aku ikhlas melakukan ini, jika hanya melakukan sex bersama Mark adalah satu-satunya jalan keluar, tapi jika didesak dan diperintah aneh seperti itu membuatku merasa ketakutan. Dapat ku dengar Mark yang mengumpat kasar sebelum tatapannya tertuju padaku.

Mark dekatkan wajah tampannya ke arahku, berniat menyatukan bibir kami sebelum, "Ada pelumas dibelakang kursi listrik yang Haechan duduki. Kau bisa menggunakan itu, Mark!" master kembali memberitahu mengenai letak benda-benda yang ia sembunyikan di ruangan ini. Refleks aku bertanya, "Kondom?" pada master.

"Tidak ada kondom di rumah ini, Y/n." oh tuhan, habiskan aku.

Mark beranjak untuk mencari pelumas yang sebelumnya master sebutkan. Setelah menemukannya, lelaki itu kembali menghampiriku yang hanya bisa terbaring lemah di atas kasur ini dengan air mata yang tak bisa berhenti mengalir membasahi kasur ini. Sungguh, bukan aku tak ingin berusaha kabur, tapi berkat setruman kedua yang master berikan, tubuhku menjadi susah sekali untuk digerakkan walau rasanya tak begitu sakit seperti setruman yang pertama.

Mark letakkan botol pelumas itu di bawah kasur lalu membawa tubuhnya mendekat ke arahku. Mark raih wajahku, mengajakku saling bertukar tatap seiring wajahnya yang semakin mendekat ke arahku. Aku diliputi rasa gugup karena tatapan mata Mark terasa begitu intens dan mendalam. Beliau berhasil membawaku tenggelam dalam tatapannya hingga tidak menyadari jarak wajah kami yang sudah sangat berdekatan. Bahkan, aku dapat merasakan hembusan napas Mark yang menerpa wajahku.

Mark gesekkan hidung kami dengan senyuman manis yang terukir diwajahnya, sebelum lelaki itu satukan bibir kami dalam kesan yang lembut. Mark bawa tangannya menangkup wajahku seiring ia posisikan tubuhnya di atas tubuhku. Tanganku tanpa sadar mengelus lengan lelaki itu sambil berusaha membalas setiap lumatan yang Mark berikan.

Mark sangat pintar mengatur napasnya saat berciuman, sehingga tak menimbulkan kesan tergesa-gesa dan penuh nafsu dalam setiap lumatan yang ia berikan. Lelaki itu bahkan memiliki ritme ciuman yang sama. Tak ada kesan ingin mendominasi, seolah Mark berikan aku kesempatan juga untuk mengeksplore bibirnya. Mark sukses meninggalkan kesan manis dalam ciuman kami hingga tanpa sadar membuatku ingin merasakannya terus menerus. He's such a good kisser.

Cukup lama kami tenggelam dalam kegiatan mencium bibir satu sama lain. Tangan Mark bahkan begitu lihai membangkitkan hasrat dalam diriku dengan meremas kedua payudaraku, sesekali ia cubit puting payudaraku hingga menariknya cukup keras. Aku begitu menyukai ciuman Mark sampai tak menyadari lelaki itu yang telah membuka kedua pahaku. Mark posisikan tubuhnya di antara kedua pahaku lalu mengambil pelumas yang sebelumnya ia letakkan di samping kasur.

DERIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang