05: Tak Berdaya

1.9K 114 30
                                    

YOU POV

"Niga useumyeon nado joa
Neon jangnanira haedo
Neol gidaryeotdeon nal neol bogo sipdeon bam
Naegen beokchan haengbok gadeukande" aku tatap pantulan diriku dari cermin saat Haechan sibuk berbanyi sambil membantuku mengeringkan rambutku. Lelaki itu telah puas menikmati kesempatan emas terjebak di lingkungan ini bersamaku, begitu pula Jeno yang hampir membuat mulutku robek berkat miliknya yang tak kalah besar dari Haechan. Kedua lelaki itu adalah definisi gila dan brutal sesungguhnya, tapi dibalik sifat menjengkelkan yang Haechan miliki, lelaki itu masih mau bertanggung jawab atas diriku.

Ia gendong tubuhku yang begitu lemas ke kamar mandi. Ia mandikan aku dengan telaten, menyabuni tubuhku, kepalaku hingga membantu aku menyikat gigi dengan mendudukkan diriku di atas meja wastafel. Aku merasa seperti boneka yang begitu ia rawat tanpa bisa mengatakan apapun maupun merespon godaan-godaan ringan yang lelaki itu berikan.

Aku sedih dan merasa hancur, namun aku tak bisa menunjukkan semua kesedihanku pada orang yang membuat luka di tubuhku. Walaupun sesudahnya Haechan memperlakukan aku dengan sangat baik, tapi aku masih menyimpan rasa kesal dengannya. Tentu saja kesal ketika para lelaki yang kamu harapkan dapat menyelematkan mu malah memanfaatkan kesempatan dengan sangat baik untuk menikmati tubuhmu. Itulah perasaan yang aku rasakan saat ini, membuat traumaku atas sosok laki-laki semakin bertambah parah.

"Itu lagu buatanku, bagus ga?" tanya Haechan menghambur lamunanku sambil menyisir rambutku yang mulai kering. Aku anggukkan kepalaku seraya tersenyum paksa ke arahnya. Haechan tata rambutku sedemikian rupa sebelum ia dandani wajahku tipis. Namun, saat Haechan mengoleskan liptint di bibirku, lelaki itu manfaatkan kesempatan lagi dengan mencium bibirku singkat. Tak ada reaksi yang aku berikan, aku hanya menatap lelaki itu datar dengan jantung yang berdegup kencang. Sungguh, perasaanku campur aduk dibuatnya.

Merasa tak nyaman saat Haechan terus memperhatikan wajahku, aku gerakkan kepalaku untuk mencari keberadaan jam dinding dalam ruangan ini. Telah menunjukkan pukul sebelas siang, pantas saja perutku terus berbunyi sedari tadi. "Makan yuk?" ajak lelaki itu kembali menggendong tubuhku untuk keluar dari kamar ini. Haechan bawa aku menuju meja makan yang telah terdapat Jeno dan Jaemin disana. Keduanya yang semula terlihat begitu mesra mulai menjaga jarak saat kami berada di dapur tersebut.

Jaemin bantu sajikan makanan untukku saat ia bertanya pada Haechan, "Keluar dimana?" aku mengerti arah pembicaraan lelaki itu sehingga aku menoleh ke arah Haechan yang tengah tersenyum penuh arti pada sahabatnya tersebut. "Dalam!" jawab Haechan tanpa rasa bersalah sedikitpun, Jaemin pun menoleh ke arahku seraya meletakkan piring berisi makananku tepat di hadapanku, "Kalau kau hamil, fiks itu anak Haechan." ucap Jaemin benar adanya. Aku hembuskan napas kasar saat seorang laki-laki memberikan aku teh hangat. "Diminum tehnya, siapa tahu bisa mengembalikan kondisi tubuhmu." ujar Jeno sebagai pemberi teh hangat tersebut.

Aku anggukan kepalaku seraya mengambil gelas berisi teh hangat itu untuk ku tiup, "Jeno juga ikut tadi!" ujar Haechan seperti memberitahu Jaemin. Lelaki berwajah tampan itu menganggukkan kepala, "Desahan kalian bertiga terdengar sampai ke teras depan. Apalagi erangan Y/n." jawab Jaemin begitu santai. Aku seruput sedikit teh hangat pemberian Jeno.

"Kau tahu, Y/n squirting sampai tiga kali berkat diriku-" ucapan Haechan tersebut langsung ku hentikan dengan, "Yak!" sedikit membentak. Bahkan, aku tak lekang memberikan tatapan tajam padanya hingga Haechan tertawa geli lalu mengecup pipiku secara tiba-tiba. "Pokoknya aku suka berada disini berkat dirimu, Y/n. Bagaimana No, nikmat bukan?" tanya Haechan yang ditujukan pada Jeno, aku tak begitu memperdulikannya dengan meletakkan teh buatan Jeno ke atas meja lalu menyantap makanan di hadapanku. Aku lapar dan menghadapi semua lelaki brengsek ini memerlukan tenaga yang besar.

DERIUMWhere stories live. Discover now