24: Ingatan

939 74 34
                                    

YOU POV

Setelah kekacauan yang terjadi, Haechan seret aku masuk ke dalam kamar miliknya diikuti Renjun, Jeno dan Jaemin yang sepertinya ingin menghentikan niat jahat sahabatnya tersebut. Namun, Haechan seolah tak peduli, lelaki itu dudukkan aku di pinggiran kasur miliknya sebelum ia tangkup wajahku menggunakan kedua tangannya. Haechan sadar atas keberadaan tiga temannya, itulah sebabnya lelaki itu berkata, "Keluar, aku hanya ingin meminta maaf pada Y/n". Niat hati ingin meyakinkan ketiga sahabatnya, namun Jaemin yang selalu berpihak padaku pun mulai mengutarakan kekesalannya.

"Apakah ini yang kau sebut minta maaf? Untuk apa kau memposisikan Y/n seperti itu?! Apa kau ingin menyuruhnya memanjakan milikmu yang terus bangun itu?! Siapa yang tak berpikiran buruk dengan lelaki hyper sepertimu, Haechan!!" kesal Jaemin, berusaha melepaskan tangan Haechan di wajahku. Namun aku hanya diam sambil menurunkan pandanganku tepat ke arah selangkangan Haechan yang telah bangun, dalam hati begitu menyukai perpecahan diantara mereka. Ini momen yang sangat aku tunggu, disaat satu pihak ingin menikmati tubuhku terus menerus sementara pihak lain berusaha membelaku mati-matian. Bukankah menyenangkan melihat banyak lelaki bertengkar untuk diriku?

"Bisakah kalian percaya denganku sekali saja?! Aku ingin meminta maaf dengan Y/n karena telah memperlakukannya kasar! Apa itu salah?!" tanya Haechan mulai diselimuti amarah dalam dirinya. Tak aku sangka, lelaki bersurai cokelat yang sangat dekat dengan Haechan pun mulai membelaku, "Kau mungkin memang ingin meminta maaf, lalu setelah itu kau rayu Y/n untuk menuruti permintaanmu. Tergambar jelas niatmu itu di wajahmu Haechan!!" ujar Renjun yang langsung mendapat tindakan kasar dari Haechan berupa dorongan pada tubuhnya yang mungil. Renjun yang tak terima pun mendorong balik lelaki itu hingga hampir menimpa tubuhku.

Refleks aku bangkit lalu berdiri di antara Renjun dan Haechan yang saling menatap nanar satu sama lain guna menghentikan mereka, "Kau jangan asal bicara, bangsat! Keluar kalian!!!" bentak Haechan begitu menggelegar. Aku pun menoleh ke arah Renjun dan Jaemin yang berdiri tepat di samping kananku, "It's okay, biarkan kami berbicara berdua." ucapku akhirnya memutuskan untuk memihak pada Haechan. Aku penasaran, niat terselubung apa yang lelaki itu inginkan sampai harus bertengkar dengan seluruh temannya ini.

Renjun yang kesal pun berniat meninggalkan ruangan ini, namun sebelum itu aku nekat mengucapkan, "Benar kata master, aku sempat mencurigai kalian sebagai dalang dari lingkungan ini. Namun, mau dosen Mark atau kalian yang menjadi dalang sebenarnya, bukankah status kita sama-sama korban dalam lingkungan DERIUM? Video yang tersebar pun sama-sama merusak masa depan kita semua, jadi pikirku siapa pun master sebenarnya yang penting kita sama-sama terjun ke jurang kesengsaraan. Benarkan Haechan?" tanyaku seolah meminta validasi dari Haechan yang telah aku bela. Namun, lelaki itu hanya terus menatap ke arah Renjun penuh kekesalan hingga teman mereka yang sedari tadi hanya diam mulai angkat bicara.

"Jadi, apa kau mulai menikmati seluruh perintah master dalam lingkungan ini Y/n?" tanya Jeno yang perlahan berjalan mendekat ke arahku. Tanpa rasa takut sedikitpun aku berkata, "Master, bukankah kau juga mengatur percintaan kami? Tapi kenapa kau masih membiarkan pasangan ini menjalin kasih di lingkungan buatanmu. Membuat yang lain iri saja, apa aku juga boleh menjalin kasih dengan yang lain?" tanyaku sengaja ingin menyindir pasangan gay Jeno san Jaemin. Master pun menjawab, "Tak ada yang boleh menjalin hubungan percintaan, kau harus bersikap netral ke seluruh anggota DERIUM, Y/n!" dengan sedikit membentak ku.

Walau tubuhku sempat bergetar penuh ketakutan, tapi aku tak gentar melawan lelaki bersurai hitam di hadapanku ini. "Kalau begitu, Jaemin dan Jeno juga tak boleh menjalin kasih dong. Mereka juga harus bersikap netral pada seluruh anggota termasuk diriku, tapi apa yang dilakukan Jeno kemarin? Dia malah mencelakai ku dengan mematikan penghangat ruangan saat aku dihukum. Aku memang salah master, tapi bukankah aku selalu menjalankan seluruh hukuman darimu?" tanyaku sengaja mengatakan hal tersebut dengan nada bicara yang sangat manja. Membuat lelaki bernama lengkap Lee Jeno tersebut meremas wajahku seraya mengatakan, "Kau memang pantas mendapatkan itu, Y/n!" ucap Jeno yang langsung berusaha Haechan hentikan.

Haechan bawa tubuhku berlindung di belakang tubuhnya, "Kenapa kalian sangat membenciku, Haechan dan Jeno? Kau selalu bersikap kasar denganku, apa kalian pikir aku mau terjebak dalam lingkungan ini?!" tanyaku mulai memberontak saat Haechan remas dengan kuat pergelangan tanganku. Jeno yang masih diliputi kekesalan pun berusaha mendekat ke arahku lagi walau telah berusaha Jaemin hentikan, "Aku tak membencimu, Y/n. Aku hanya kesal karena kau terus membuat kesalahan dengan menghubungi Nijiro, apa kau pikir semudah itu keluar dari lingkungan ini? Jika kau suatu saat memang berhasil keluar, lalu bagaimana dengan kami? Kau bahkan tak memikirkan nasib kami juga, kan?" tanya Haechan sukses membuatku tersadar atas tindakanku yang merugikan orang lain. Namun berbeda dengan Jeno yang secara terang-terangan menjawab, "Ya, aku sangat membencimu karena berhasil menarik hati lelaki yang selama ini menaruh perhatiannya padaku! Aku ingin kau enyah dari kehidupan kami-" belum sempat Jeno menyelesaikan ucapannya.

Aku mendekat ke arahnya untuk mendorong tubuh Jeno secara perlahan, "Kau tak pantas mendapatkan lelaki sebaik Jaemin, Jeno. Dia ingin kembali ke jalan yang benar, jadi berhenti bersikap seperti pecundang yang haus akan perhatian! Jaemin malah akan semakin muak menghadapi mu!" ucapku tak dapat Jeno terima begitu saja. Lelaki dekatkan wajahnya ke arah wajahku sambil terus memberikan tatapan mengintimidasi padaku, "Jika aku tak pantas mendapatkannya, maka kau lebih tak pantas mendapatkan Jaemin, Y/n. Sadarlah, dirimu hanya dijadikan objek dalam lingkungan ini." terus Jeno ucapkan kalimat yang mampu memancing jiwa memberontak ku bangkit.

"Aku sadar benar kok, sama halnya denganmu. Setidaknya orang-orang tak tahu kalau aku pernah menjadi seorang lesbian, sementara dirimu sudah sangat jelas terlihat melakukannya bersama sesama laki-laki. Sadarlah Jeno, tak ada yang lebih baik di lingkungan ini. Kita semua sama, aku di DO kalian semua juga pasti akan di DO!" ucapku akhirnya memancing Jaemin yang sedari tadi hanya diam mendengarkan mulai mengambil sikap.

"Sudahlah, hentikan perdebatan ini. Benar kata Y/n tak ada yang lebih baik dan aku hanya menuruti perintah master Jeno. Kita memang harus mengakhiri semuanya hanya sampai disini!" ucapan Jaemin itu tak dapat diterima mudah oleh Jeno sehingga memancing tindakan lelaki itu menarik tangan Jaemin keluar dari dalam kamar Haechan. Diikuti Renjun dibelakang mereka dan tersisa lah aku bersama Haechan dalam ruangan ini.

Aku tatap mata Haechan yang menyiratkan banyak arti, "To the point aja, chan. Kamu mau apa?" tanyaku, sukses membuat Haechan tak nyaman tetapi berusaha ia buang seluruh pikiran buruknya. Lelaki itu berusaha meraih kedua tanganku sambil mengucapkan, "Y/n, maafkan aku atas ke-" langsung aku sela ucapan lelaki itu.

"Blowjob atau intercourse? Untuk cekikan yang tadi, jika kau melakukannya sekali lagi aku tak akan memihak padamu lagi!" ucapku semakin membuat Haechan terkejut sampai tak bisa mengatakan apapun. Aku pun mendekat ke arah lelaki itu sambil membuka ikatan di jubah mandi yang aku kenakan.

"Sungguh, aku berjanji tak akan melaku-"

"Shut!! Aku tahu kau cemburu dengan dosen Mark!" bisikku tepat di depan bibir Haechan yang aku tutupi menggunakan jari telunjukku. Refleks Haechan ulaskan senyuman menggoda di wajahnya. Tanganku pun semakin nakal mengelus selangkangan Haechan yang sangat menegang seiring lelaki itu mendesah pelan, "Apa kau menahannya sejak tadi?" tanyaku yang langsung dijawab anggukan kepala oleh lelaki itu.

Aku suka dengan tatapan Haechan yang seolah memohon untuk aku manjakan, apalagi dengan milik lelaki itu yang sangat besar. Rasanya menantang saja bermain dengan penis yang sebesar ini, "Aku merindukanmu, Y/n. Sangat merindukanmu!" ucap Haechan tentu tak akan aku percaya begitu saja.

"Rindu aku atau vaginaku?" tanyaku sukses membangkitkan sisi dominan dalam diri Haechan yang mendorongku untuk berbaring di atas kasur miliknya. Sebelumnya lelaki itu telah tanggalkan jubah mandi ku dalam sekali tarikan. "Dua-duanya Y/n, datanglah hanya padaku jika kau ingin melakukannya. Aku akan selalu ada untukmu!" ucap Haechan sungguh menggambarkan hasrat yang lelaki itu rasakan. Aku pun hanya bisa tertawa sambil memejamkan mata saat Haechan buka kedua pahaku.

Ternyata melakukan seks secara berulang kali dalam posisi kita menerima keadaanya malah memancing euforia dalam diri yaa. Mulai sekarang aku akan terus mengubah prespektif ku agar aku bisa bertahan dalam lingkungan ini. Memanjakan seluruh lelaki itu akan aku sanggupi yang penting mereka juga ikut jatuh bersamaku.

TBC

ADEGAN HAECHAN DAH SERING, JADI AKU SKIP LANGSUNG KE MOMEN YN RENJUN YAA. KOMEN DONG BIAR SEMANGATTTT

DERIUMWhere stories live. Discover now