31: Nafsu

1.3K 87 47
                                    

YOU POV

Aku tak pernah menyangka, lelaki bernama Lee Jeno ini memiliki kekuatan yang luat biasa. Jeno bisa menggendong tubuhku ala koala menuju kamar mandi setelah berhasil melepaskan diriku dari pelukan Haechan yang ingin menghabiskan pagi bersamaku.

Aku lingkarkan erat kedua tanganku pada pundak lelaki itu dan perlahan mengangkat tubuhku saat Jeno ingin menuntunku duduk di atas meja wastafel. Aku tertawa malu saat lelaki itu singkirkan helaian surai yang menutupi wajahku. Posisinya Jeno saat ini aku duduk menghadap Jeno sementara lelaki itu berdiri di antara kedua kakiku dan berada sangat dekat dengan tubuhku.

"Yang mana yang sakit?" tanya Jeno sambil memperhatikan wajahku yang masih babak belur berkat pukulan Renjun. Aku pun menunjuk daerah hidung, tepat ke arah sebuah luka yang kembali terbuka berkat terkena jemari Jeno.

Jeno tampilkan ekspresi kasihan sambil mengelus wajahku penuh kasih sayang. "Maaf yaa." ucap lelaki itu begitu manis dengan senyuman yang pertama kali ia berikan untukku. Senyuman Jeno sangat manis dan menenangkan, berbeda jauh dari gambaran seorang Jeno yang selama ini aku kenal. Aku anggukkan kepalaku dengan senyuman malu yang tak bisa aku sembunyikan dari wajahku, rasanya senang saja melihat semua laki-laki dalam lingkungan ini mulai berpihak dan bersikap baik padaku.

Jeno ambil kotak obat yang berada dalam kamar mandi ini, berniat mengobati luka di wajahku, tetapi sebelum melakukannya Jeno bertanya, "Mandi dulu baru kita obati wajahmu ya?" tanya lelaki itu bahkan dengan nada bicara yang terdengar berbeda dari sebelumnya. Langsung aku anggukkan kepalaku, berniat meminta bantuan lelaki itu untuk turun dari meja ini, namun Jeno malah menanggalkan satu persatu pakaian di tubuhnya.

Sontak, aku alihkan pandanganku ke arah lain lalu bertanya dengan ragu, "Kok kamu buka baju?". Dapat ku dengar kekehan dari lelaki bersurai cokelat itu seiring tubuh Jeno yang mendekat ke arahku. Jeno bawa wajahku agar menatap wajahnya yang lagi-lagi mengulaskan senyuman manis untukku. "Katanya mau mandi?" tanya Jeno balik seolah ingin memberikan godaan padaku. Aku yang malu pun kembali mengalihkan pandanganku dari lelaki itu. "Iyaa, kan aku yang mandi.." gumamku begitu pelan, sukses memecah tawa Jeno yang begitu bahagia.

"Kita mandi berdua, Y/n." Jeno sepertinya mulai terpesona atas diriku dan sikap malu-malu yang berusaha aku berikan senatural mungkin untuknya. Lelaki itu usap puncak kepalaku dengan lembut lalu menuntun diriku untuk turun dari meja tersebut. Saat Jeno ingin meninggalkan boxer yang mencetak kejantanan miliknya, aku hentikan niat lelaki itu dengan ucapan, "Aku bisa mandi sendiri Jeno". Bukan tanpa alasan aku menolak diperlakukan manis oleh lelaki itu, karena aku sadar atas perubahan gila yang terjadi pada tubuhku berkat lingkungan ini. Aku menjadi lebih mudah horny melihat ketampanan dan berbagai hal seksi yang Jeno miliki di tubuhnya.

Fuck! Ingat Y/n, Jeno adalah lelaki yang ingin membunuhmu kemarin dengan mematikan pendingin ruangan saat kau dihukum master!

Setelah boxer miliknya tanggal dari tubuh Jeno, lelaki itu tuntun diriku membuka satu per satu baju di tubuhku sambil berkata, "Walaupun kau bisa mandi sendiri, aku tetap ingin menemanimu". Sukses memancing jantungku berdegup semakin kencang. Walau bibirku seolah menahan mu untuk tidak melakukan itu, bukan berarti tubuhku tak menyukai sikap agresif yang kau berikan padaku, Jeno.

Setelah seluruh pakaian tanggal dari tubuh kami berdua, Jeno ajak aku menyikat gigi terlebih dahulu sebelum berjalan menuju bilik shower untuk membersihkan tubuh kami bersama.

Aku biarkan lelaki itu menyabuni sekujur tubuhku, mulai dari memberikan shampoo di rambutku, menyabuni sekujur tubuhku, sesekali bermain dengan kedua payudaraku, bahkan aku biarkan lelaki itu meletakkan penisnya yang mulai bangun di antara kedua kakiku. Posisi kami saat ini tengah berdiri sambil menyabuni bagian belakang tubuh kami satu sama lain. Posisi tubuh Jeno dan tubuhku sangat berdekatan yang membuat payudaraku dapat bersentuhan langsung dengan dada Jeno yang kekar. Pinggang Jeno sangatlah kecil dan bokong lelaki itu sangatlah kenyal yang membuatku tak henti mengelus daerah tersebut disela kegiatan menyabuni tubuh satu sama lain.

Setelah kami rasa cukup, Jeno nyalakan shower untuk membasahi tubuh kami berdua. Perlahan tapi pasti, tangan Jeno yang semula meremas kedua bokongku mulai naik untuk melingkar di pinggangku sambil memintaku untuk, "Tatap mataku Y/n" dengan suara yang berat dan terdengar seksi untukku.

Aku turuti pinta Jeno dengan menatap mata indah miliknya. Perlahan tapi pasti, Jeno dekatkan wajahnya ke arahku. Lelaki itu berniat menyatukan bibir kami sebelum pintu kamar mandi ini terbuka paksa oleh seseorang. Lelaki itu berdiri mematung sambil memandang diriku dan Jeno yang tengah memeluk tubuh satu sama lain. "Jangan mandi lama-lama, No. Y/n harus banyak beristirahat!" setelah mengatakan itu. Haechan tutup kembali pintu kamar mandi ini tanpa ekspresi di wajahnya.

Tak begitu aku pedulikan gangguan yang Haechan berikan pada kami berdua. Namun, Jeno sepertinya sukses dibuat tak enak oleh kehadiran sahabatnya tersebut. Lelaki itu lepaskan pelukan kami guna mengelus tengkuknya sendiri. "Hampir aku lupa! Yuk!" ajak Jeno berniat menagajakku meninggalkan bilik shower ini dengan mematikan shower yang membasahi tubuh kami. Namun diriku malah memeluk tubuh Jeno begitu erat, "Nanti aja." pintaku yang tidak dapat Jeno mengerti dengan mudahnya.

Aku dongakkan kepalaku agar dapat menatap mata Jeno yang membalas pelukan di tubuhku. "Nanti kamu masuk angin." ujar lelaki itu dengan kekehan pelan yang terdengar sangat lembut. Aku yang kesal pun menggerutu pelan, "Haechan mengganggu aja ih! Kapan lagi aku mendapatkan seorang Lee Jeno yang bersikap manis seperti ini!" sambil meletakkan kepalaku lagi dalam pelukan lelaki itu. Dapat ku dengar Jeno terkekeh pelan seraya berkata, "Niat Haechan bagus, dia ingin menyelamatkanmu dari diriku yang hampir menerkammu tadi!" ucap lelaki itu. Jeno bawa wajahku untuk ditangkupnya menggunakan dua tangannya.

Dengan sengaja, aku bawa milik Jeno yang telah menegang ke antara kedua kakiku lagi. Sukses bersentuhan dengan perlukaan milikku saat aku himpit menggunakan kaki milik Jeno tersebut, "Loh, emang seorang Lee Jeno bisa menerkamku?" tanyaku seolah tak mempercayai lelaki itu. Jeno pun tertawa sambil membawa tangan kananku menuju kejantanannya yang berada di antara kedua kakiku. Jeno mendekat ke arah telingaku untuk berbisik, "Kau pikir, aku gay sejati? Jika aku gay sejati, penis ini tak akan berdiri hanya dengan melihat tatapanmu yang lemah seperti ini!" sukses membuat sekujur tubuhku menegang saking hebatnya getaran yang Jeno berikan menggunakan suara beratnya.

Aku pun tertawa sambil menggesekkan jari jempolku pada ujung kejantanan milik Jeno yang sangat kekar luar biasa. Semakin mengeratkan tangan Jeno yang menahan tubuhku untuk tidak pergi darinya. "Berarti kau bisexual, sama seperi diriku dan Jaemin. Lalu kenapa kau tak menikmati berada dalam lingkungan ini Jeno? Aku juga bisa memanjakanmu, tak kalah dari Jaemin." ucapku terdengar begitu nakal dan binal sampai membuat Jeno tertawa pelan.

Lelaki itu ajak aku dengan sedikit paksaan untuk keluar dari kamar mandi ini. Sempat Jeno ambil handuk untuk mengeringkan tubuh kami sekalian membungkus rambut panjangku, tapi lelaki itu tak biarkan tubuhku tertutup sehelai benangpun saat ia tuntun tubuhku duduk di atas pangkuannya dalam sofa ini. Jeno bawa miliknya bersentuhan dengan milikku di atas pangkuan Jeno, setelah itu Jeno bawa tubuhku ke dalam pelukannya erat. Jeno bawa kedua tanganku ke belakang guna ia tahan menggunakan tangan kanannya. Sementara bibir lelaki itu mulai membisikkan kata-kata kotor di telinga kiriku, semakin membangkitkan hasrat dalam diriku semakin menjadi-jadi hingga tanpa sadar menggerakkan pinggangku pelan agar bergesekan dengan penis Jeno di bawah tubuhku.

"Kau manis sekali Y/n, jadilah gadis penurut apalagi saat bersamaku. Aku tak akan mengasarimu setelah ini karena aku sudah sadar atas kecemburuanku. Jaemin bisa saja mendapatkan hatimu, tapi aku bisa membuatmu bersujud dikakiku dengan permainanku. Jika kau tak sabar merasakanku menghentak tubuhmu, mendesah yang kencang! Aku tak bisa melayangkan pukulan atau tamparan ke wajahmu Y/n, padahal aku ingin sekali melakukan itu. Aku ingin kau patuh dan berpihak padaku. Kau dengar? Kau harus berpihak pada?" bisik Jeno tak henti memukul bokong sambil menjilati bibirku disela kalimat yang ia ucapkan tersebut. Hingga pada pukulan terakhir yang Jeno berikan di bokongku, aku menjawab, "Jeno daddy!" dengan suara yang terdengar begitu menjijikkan.

Tiba-tiba, ku rasakan pinggulku yang diangkat oleh Jeno seiring lelaki itu yang menyatukan tubuh kami berdua tanpa pemanasan apapun! "Fuck, daddy!!!" teriakku tak karuan saat Jeno tekan tubuhnya agar semakin dalam masuk di tubuhku. Detik itu juga, Jeno bawa tangannya untuk menyingkirkan bibirku sendiri yang ku gigit saat miliknya semakin menekan masuk di tubuhku. Jeno tahu diriku lemah atas persatuan tubuh kami sehingga lelaki itu gunakan seluruh dirinya untuk, "Jangan gigit bibir bawahmu sendiri. Lukamu bisa tambah parah nanti. Kamu gigit bibirku saja ya, baby!" fuckkkk Lee Jeno!! Lu seksi banget, tau ga?

TBC

BISA AKU GAMBARIN JELAS SCENENYA SIH TAPI TAKUT ADA YANG GA NYAMAN SAKING BRUTALNYA😭🤣

DERIUMWhere stories live. Discover now