20: Daddy Mark

1.6K 72 22
                                    

YOU POV

Keesokan harinya ..

Kondisi tubuhku perlahan membaik setelah mengalami hipotermia atas tindakan jahat yang dilakukan seorang anggota DERIUM padaku, semalam. Ia kesal karena aku berhasil merebut perhatian dan waktu dari lelaki yang ia cintai sampai bertindak di luar batas kewajaran untuk mencelakai diriku. Aku sadar benar, tindakan itu merupakan bentuk ancaman untukku menjauh dari pujaan hatinya. Namun, sekuat tenaga berusaha aku abaikan keberadaan lelaki yang tak lain adalah Jaemin, sekuat tenaga itu pula Jaemin mendekat padaku. Seolah tak ingin biarkan aku menjauh begitu saja dari hidupnya.

Aku tahu, lelaki tampan itu memiliki ketertarikan padaku. Begitu pula diriku yang merasa semakin terikat dengannya setelah tubuh kami menyatu dalam kenikmatan. Sialnya aku mulai menikmati seluruh kegiatan di rumah ini. Jaemin terus memelukku di sepanjang tidurnya, tak melepaskan aku barang sedetik saja padahal posisi tidur ini cukup membuatku pegal. Namun, aku sangat bahagia. Entah mengapa, melihat wajah Jaemin yang tertidur pulas dalam pelukanku sukses membuatku merasa tenang. Apalagi atas keberadaan seorang lelaki yang mulai berani mengambil sikap untuk melindungi ku.

Lelaki yang seharusnya mengayomi kami menuju akhir perkuliahan. Kini, ikut jatuh dalam pelukanku setelah kami terjebak di lingkungan yang sama. Dosen Mark Lee memang tidak tidur dalam posisi memeluk tubuhku juga, tapi lelaki itu tidur dalam posisi menghadap ku sambil memegangi tangan kananku dalam selimut yang kami gunakan bersama. Ya, kami bertiga tidur dalam ranjang yang sama dan syukurlah ranjang ini mampu menampung tubuh kami bertiga. Bahkan, masih terdapat space untuk kami merenggangkan tubuh dalam kasur ini.

Tanpa sadar, aku tersenyum bahagia saat melihat satu per satu wajah lelaki yang semalaman menemaniku melalui masa terpurukku akibat hukuman master. Ada sedikit perasaan bersalah yang muncul dari tindakan nekat ku yang meminta Nijiro menyelamatkan aku, apalagi setelah mengetahui seluruh anggota juga terkena imbasnya. Mulai sekarang, aku akan berpikir ulang sebelum melakukan sesuatu yang aku rasa dapat merugikan seluruh anggota DERIUM. Ya, perlahan tapi pasti, aku mulai menerima keberadaan ku dalam lingkungan ini.

"Eummhhh!" seseorang meracau sambil merenggangkan tubuhnya yang telah lama memeluk tubuhku. Akhirnya, aku bisa merenggangkan tubuhku dan berpindah posisi tidur menghadap Mark di samping kananku. Setelah cukup lama memposisikan diri ke arah kiri, akhirnya aku bisa merubah posisi berbaring ku berlawanan dari sebelumnya. Tanpa sengaja atensi ku bertemu dengan atensi Mark yang baru saja terbuka, lelaki itu tersenyum manis padaku sebelum menyapaku dengan suara seraknya. "Selamat pagi, Y/n".

Seketika jantungku berdegup kencang dibuatnya. Aku angkat tangan kami yang bertaut menuju area leherku lalu aku kecup pelan punggung tangan Mark sambil memejamkan mataku, "Selamat pagi juga, pak." memancing tindakan manis Mark yang kini mengusap sisian wajahku. Senyuman terus terukir di wajahku agar Mark merasa diterima berada di dekatku.

Aku tak ingin lelaki itu pergi karena aku sedang berusaha menjauhkan diri dari Jaemin dan aku butuh satu sosok yang menjadi peganganku untuk terus berdiri menghadapi segalanya dalam lingkungan ini. Dosen Mark Lee lah satu-satunya lelaki yang mampu menjadi pegangan untukku agar terus kuat menghadapi segalanya. Jika aku berpegang pada Jaemin, sama saja aku mencelakai diriku sendiri.

"Mau minum susu hangat?" tanya Mark yang aku rasa semakin mendekat ke arahku untuk membawa tubuhku ke dalam pelukannya. Terasa tak kalah nyaman dari Jaemin, tapi aku sadar benar ada benda keras yang tak sengaja bergesekan dengan pahaku. Aku tenggelamkan kepalaku pada dada Mark sambil membalas pelukan Mark tak kalah erat. Cukup lama aku tenggelam dalam kehangatan pelukan lelaki itu, hampir mengantarkan aku ke alam mimpi lagi sebelum ku rasakan kecupan Mark di dahiku. Aku pun tertawa malu yang semakin memancing kecupan lain aku dapatkan dari lelaki tampan itu. Mark mengecup seluruh sisian wajahku, mulai dari dahi, kedua kelopak mata, ujung hidung, pipi, dagu hingga bibirku.

Tanpa sadar, tanganku tergerak menuju benda keras yang bersentuhan dengan pahaku, seketika itu pula tubuh Mark menegang hebat seiring desahan pelan keluar dari bibir tipisnya. Mark sempat memejam sebelum ia bawa tangan kiriku menangkup wajahnya. "Jangan disentuh, biasa terjadi pada lelaki dewasa sepertiku, maaf jika membuatmu tak nyaman." ujar lelaki itu seolah takut aku akan merasa tak nyaman dengan ereksi yang ia rasakan. Aku paham benar, ereksi di pagi hari merupakan makanan wajib yang dirasakan hampir seluruh lelaki di dunia ini. Namun, bukankah wanita juga merasakan hal yang sama? Meningkatnya libido di pagi hari? Mungkin bedanya kami tak terlihat secara langsung dan hanya merasa sedikit basah dari sebelumnya.

Apalagi setelah bergabung dalam lingkungan ini, aku juga mulak kehilangan kendali atas hasrat seksual yang mudah sekali dibangkitkan oleh lawan mainku.

Aku lepaskan tanganku yang menangkup wajah Mark untuk kembali mengusap selangkangan lelaki itu. Senyuman penuh arti semakin aku ulaskan di wajahku, "Bukankah ice cream merupakan santapan pagi yang lezat, pak?" tanyaku semakin membuat Mark bingung dan mulai menikmati elusan tanganku di selangkangannya. Napas lelaki itu memberat seiring mendekatnya wajahku pada lelaki itu, aku sangat ingin mencium bibirnya tapi aku sadar aku belum sikat gigi saat ini. Sehingga, hanya ku kecup bibir tipis lelaki itu saat Mark mulai memejamkan matanya, menahan hasrat yang malah semakin bergejolak berkat tingkahku.

"Ayo pak! Aku ingin makan ice cream bersama bapak!" ajakku turun dari kasur ini. Dengan ragu, Mark mengikuti keinginanku bangkit dari kasur kami. Dengan mengendap, aku tarik tangan Mark yang masih bertaut dengan tangan kananku untuk keluar dari kamar ini. Aku buka dengan perlahan pintu kamar lalu menutupnya pelan, sebelum beranjak sempat aku minta lelaki itu berdiri menghadapku, "Pak, kita sikat gigi bersama dulu, yuk?" ajak ku mungkin terdengar begitu random bagi lelaki itu. Namun, Mark selalu mengikuti apapun yang menjadi keinginanku.

Aku ajak Mark memasuki kamar mandi yang terletak di samping kamarnya. Setelah masuk, aku ingin mengunci pintu kamar mandi ini namun tak terdapat kunci apapun di pintunya yang membuatku sedikit merutuki master. Mengunci pintu kamarku untuk menghukum ku bisa, tapi tak terdapat kunci untuk menjaga privasi di seluruh kamar mandi di rumah ini. Apa maksudnya semua ini?!

Tanpa kata, aku ajak Mark menyikat gigi lalu mencuci wajahku menggunakan air yang sangat dingin untuk menyadarkan aku dari kantuk yang melanda. Setelah mengelap wajah kami berdua, aku tertawa pelan yang mampu membuat Mark menaruh seluruh perhatiannya padaku. Aku pun nekat mendorong tubuh Mark agar bersandar pada dinding kamar mandi lalu menatap ke arah celana boxer yang ia kenakan, "Ice cream yang aku maksud adalah ini." ucapku, kembali memberanikan diri mengusap selangkangan Mark yang masih menegang.

Hanya sebentar, sebelum ku nekat mengecup bibir lelaki itu lalu turun untuk memposisikan wajahku tepat di depan selangkangan Mark. Sengaja aku lepaskan boxer yang ia kenakan, pemandangan indah sebuah bulge dari lelaki tampan di hadapanku menyambut pagiku penuh gairah. Aku tersenyum bahagia seiring wajahku yang mulai mendekat untuk mengendus milik Mark yang tercium sangat harum. Tangan Mark mulai memegangi kepalaku saat ku tuntun celana dalam tanggal dari tubuh Mark. Setelah menyingkirkan boxer dan celana dalam lelaki itu, senyumanku terukir semakin lebar saat melihat milik lelaki itu yang sangat menegang.

"Bolehkah aku mengambil jatah ice cream ku hari ini, pak?" tanyaku, baru ingin menyentuh milik Mark menggunakan kedua tanganku, sebelum lelaki itu dorong sedikit wajahku agar dapat ia tangkup guna membisikkan, "Jangan panggil pak lagi, panggil aku daddy!" pinta lelaki itu yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala patuh. Mark tersenyum lebar seraya berkata, "Good girl" entah mengapa, lelaki ini sangat cocok dengan karakter lelaki dominan yang bisa aku panggil dengan sebutan binal itu. Aku sangat setuju saat Mark memintaku memanggilnya dengan sebutan daddy!

TBC

DERIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang