27: Dokter

753 63 19
                                    

YOU POV

Kesadaranku perlahan kembali saat ku rasakan sakit yang teramat sangat dari luka di ujung bibirku. Tak hanya luka itu, bahkan sekujur tubuhku rasanya seperti remuk tak berbentuk yang membuatku tanpa sadar menangis hingga tersedu-sedu. Aku meringis kesakitan dan terus menangis karena tak sanggup menahan rasa sakit yang terukir di tubuhku. Aku bahkan sampai tak sanggup membuka kedua mataku padahal aku begitu penasaran dengan yang terjadi saat ini.

Yang aku ingat ketika pintu kamar dibuka secara paksa oleh Mark, Jaemin dan Haechan saat Renjun terus melampiaskan kekesalannya padaku. Ia pukul wajah dan tubuhku seperti orang kesetanan. Tak sampai disitu, Renjun bahkan ingin membunuhku dengan menutup wajahku menggunakan bantal tidurnya. Sungguh kejadian itu membuatku sangat trauma dan merasa begitu ketakutan sampai membuatku tanpa sadar menghindar saat kembali merasakan perih di kelopak mata kananku.

Aku tahu, ada yang sedang berusaha mengobatiku. Tapi aku tak mengenal suaranya dan rasanya aku benar-benar tak sanggup hanya untuk membuka mata. Tangisku semakin pecah saat merasakan seperti ada sebuah benda yang menusuk lenganku. Detik itu juga, aku kuatkan diri untuk membuka mataku. Pandanganku kabur, namun aku benar-benar tak mengenal lelaki yang tengah memasang infus di tanganku.

Tanpa sadar aku memanggil, "Mark.." karena hanya dia yang aku rasa dapat menyelamat ku dalam situasi ini. Rasanya begitu sakit sampai di batas yang tidak bisa ku tahan lagi. Lelaki asing itu pun seperti menyampaikan panggilanku pada seseorang yang tengah duduk di sofa dalam kamarku. "Mark! Y/n mencari mu!" Syukurlah, Mark berada dalam ruangan ini. Aku berusaha menjauh dari lelaki berkemeja biru tersebut sebelum Mark datang dan mendudukkan dirinya di atas tempat tidurku, tepat di sebelah kiri tubuhku.

"It's okay, Y/n. Dia dokter. Dia yang akan mengobati lukamu." Mark memang sangat memahami ku, beliau tahu aku merasa ketakutan atas keberadaan lelaki asing berkaca mata itu. Itulah sebabnya Mark berusaha menenangkan ku dengan perkataan tersebut. Lelaki itu tersenyum sambil menggenggam tanganku. Sungguh, aku merasa sangat terbantu atas kehadiran Mark dalam ruangan ini. Setidaknya aku memiliki satu orang yang dapat aku andalkan jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Dokter tampan itu pun kembali membujuk agar aku mau diobati lagi olehnya.

Ya, dokter tampan karena rupanya memang sangat mempesona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, dokter tampan karena rupanya memang sangat mempesona.

"Aw!" pekikku saat dokter itu mulai mengobati luka di kelopak mataku. Mata kananku memang terus mendapat pukulan dari Renjun, sehingga tak heran jika mata kananku sampai bengkak dan terluka parah saat ini. Aku hanya bisa pasrah atas segala yang aku dapatkan dalam lingkungan DERIUM, berharap Renjun mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya dari master. Namun saat aku mengingat kejadian itu, malah membuat tangisku kembali pecah hingga dokter tampan itu pun angkat bicara.

"Sakit?" tanya beliau begitu khawatir. Aku anggukkan kepalaku sambil mengeratkan genggaman tanganku pada Mark.

"Saya masih tak habis pikir, bagaimana bisa seorang lelaki memukul wanita!" ucapan dokter itu akhirnya memancing Mark mengutarakan perasaanya juga.

DERIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang