11: Kesabaran

1.1K 96 33
                                    

AUTHOR POV

"Bagaimana keadaan Y/n?" tanya seorang laki-laki pada Haechan yang tengah mencuci piring kotor bekas makanmu di dapur. Lelaki itu adalah Mark Lee yang baru saja bangun dari tidur panjangnya dan berniat meminum segelas air putih. Haechan menjawab tanpa menoleh ke arah lelaki yang mengajaknya berbicara, "Sudah mendingan, panasnya sudah turun. Bapak tak perlu khawatir".

Mark teguk air putih yang ia ambil sampai habis sebelum berkata, "Berhenti memanfaatkan kesempatan, Haechan. Kita sama-sama korban, jadi lebih baik kita cari jalan keluar bersama. Bukan malah menuruti semua pinta master." Mark berusaha menasehati anak bimbingnya tersebut. Namun, Haechan yang memang pada dasarnya adalah bagian dari terbentuknya lingkungan ini berkata, "Master tak pernah memintaku melakukan itu, pak. Bahkan dari awal, aku yang menawarkan diri untuk melakukannya. Jadi, aku sungguh hanya ingin memanfaatkan kesempatan dengan baik." Haechan berkata demikian sambil menoleh ke arah Mark yang tengah berdiri sambil melipat tangannya di depan dada.

"Apalagi Y/n sangatlah cantik dan nikmat. Aku sangat menyukainya, sehingga aku tak akan membuang kesempatan begitu saja. Selama masih berhubungan dengan seks, bukan kah master tak akan menolaknya? Sama seperti situs yang bapak sebutkan kemarin bernama NEORUM!" ucap Haechan sambil membuka sarung tangan cuci yang ia kenakan.

"Asal kau tahu, Haechan. Kau dan teman-temanmu itu terlihat sangat mencurigakan-" belum selesai Mark berbicara. Haechan langsung menampiknya dengan, "Asal bapak tahu, kami semua malah menaruh curiga pada bapak. Kenapa yang terjebak dalam lingkungan ini hanya kami, para anak bimbing bapak? Lalu, kenapa harus bapak yang menyentuh tubuh Y/n saat kita terjebak dalam rumah ini?" tanya Haechan yang langsung Mark jawab, "Itu karena master yang memintanya!!".

"Jika benar demikian, bapak tak boleh marah dong saat aku juga ingin melakukannya. Toh master tak mempermasalahkannya. Berhenti berpura-pura pak! Kami tahu, kami merupakan kelinci percobaan bapak ka-" ucapan Haechan terhenti oleh bentakan master yang meminta, "HAECHAN, MARK!! BERHENTI BERTENGKAR, SAYA TAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN SIAPAPUN DI ANTARA KALIAN! JIKA SUDAH SELESAI DENGAN PEKERJAANMU, KEMBALI KE KAMAR Y/N, HAECHAN!" terdengar begitu menggelegar sampai membuat Mark sedikit terkejut.

Haechan pun langsung beranjak pergi meninggalkan Mark yang mematung sendirian, dipenuhi dengan kecurigaan mengenai identitas master sebenarnya. Mungkin memang benar, master yang menjebak kalian tak memiliki hubungan apapun dengan sanderanya. Namun, gerak gerik Haechan yang ingin selalu terikat denganmu sukses melunturkan prasangka tersebut. Apalagi berkat bentakan itu, Jaemin, Jeno dan Renjun keluar dari kamar yang sama. Ketiganya terlihat khawatir, hingga Jaemin yang merasa tak enak perasaan pun nekat membuka paksa pintu kamarmu. Begitu terkejutnya Mark saat melihat tubuhku kembali ditindih oleh Haechan.

Mark kesal bukan main, namun masih ada rasa ragu yang menghambat pergerakannya untuk menghentikan Haechan. Sementara Jaemin yang takut atas ancaman master pada dirinya pun ikut menghentikan niatnya untuk menolong mu. Hingga terdengarlah desahan mu yang menyebut nama Haechan begitu kencang. Mark terus berusaha untuk tidak peduli dan lebih memilih masuk ke dalam kamarnya untuk berendam air hangat. Sementara Jaemin yang begitu mengkhawatirkan keadaanmu mulai meracau pada sahabatnya bernama Lee Jeno.

"Jen, kau tak tahu betapa perihnya saat harus melakukan intercourse terus menerus. Tolonglah, bantu Y/n!" bujuk Jaemin pada sahabatnya itu. Jeno yang mulai luluh pun mendekat ke arah Renjun yang terus tersenyum sambil mendengarkan dengan seksama desahan tersiksa yang terdengar dari arah kamarmu. Jeno raih kerah baju Renjun sambil berbisik di depan wajah lelaki itu, "Bisakah kau hentikan dia?! Jangan seperti ini, kau malah akan membuat Mark menaruh curiga pada kita." bisik Jeno terdengar sedikit mengancam pada Renjun.

Sempat Renjun menoleh ke arah kamar Mark untuk sekedar memastikan. "Bukan kita, tapi Haechan saja. Aku sudah menasehatinya tadi, agar mengubah metode pendekatan tanpa harus melakukan intercourse terus menerus. Tapi ia tak bisa menahannya, aku tak bisa berbuat banyak." ucap Renjun sukses menempatkan Jeno dan Jaemin dalam posisi merasa bersalah. Jaemin bergumam kesal seolah menyalahkan nafsu dalam diri Haechan yang tak bisa dikendalikan, namun Renjun buru-buru memberitahu kenyataannya.

DERIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang