Part 15

4.2K 441 4
                                    

Lovanna menatap langit-langit kamar dengan aneh. Ini bukanlah kamar di kediamannya, lalu dimana ia sekarang?

Perlahan ia bangun dari tidurnya, duduk dengan bersandar pada kepala ranjang. Netranya sibuk menelusuri tiap jengkal kamar yang ia tempati, tidak membiarkan setiap jengkal terlewati dari pengamatannya.

Mewah. Ruangan yang Lovanna tempati luar biasa mewah.

Tangannya perlahan mengetuk nakas yang berada di sebelahnya beberapa kali. Lovanna nampak berpikir keras, terakhir kali ia tertidur di kamarnya karena kelelahan setelah fitting gaun dengan butik utusan Duke D'Axelo.

Setelah membuka mata, tiba-tiba saja ia sudah berada di kamar asing ini. Lovanna jadi meragukan kepekaan dirinya sendiri sekarang. Ingatkan Lovanna untuk melatih kembali kepekaannya setelah keluar dari tempat ini.

"Sebenarnya ini dimana?"

"Di kamarku, Lova." Suara pintu disusul suara seseorang terdengar.

Lovanna mengangkat sebelah alisnya, menatap Morgan dengan tak habis pikir.

Pria berjubah putih bersulamkan emas itu melangkah mendekat, lalu duduk di tepi ranjang. Tangannya hendak merapihkan helai rambut Lovanna, namun ditepis lebih dulu.

"Batalkan, Lova."

Tidak menyerah, Morgan kini beralih menggenggam tangan Lovanna erat dan membawanya ke dadanya.

"Apa maksud Anda, Yang Mulia?"

"Batalkan pertunanganmu dan Duke D'Axelo! Aku tahu kamu hanya penasaran, aku bisa beritahu semua yang kutahu."

Sisi Morgan yang tidak diketahui orang lain, pria itu sebenarnya sedikit hangat ketika di depan Lovanna. Sebagai pewaris, sisi Morgan yang lemah tidak boleh diperlihatkan.

Hanya Lovanna, hanya gadis itu yang berhasil jadi pengecualian. Namun, hubungan keduanya tidak pernah bisa lebih dari raja dan bawahannya.

"Lova, aku mohon."

Dengan kasar Lovanna menarik tangannya. Matanya sudah menajam seiring amarah membakar hatinya.

"Morgan."

Kini Lovanna berbicara sebagai wanita kepada pria, bukan lagi bawahan kepada rajanya.

"Kita sudah membicarakan ini. Sejak awal kita tidak pernah bisa bersama, ingat istrimu!"

"Kamu bisa jadi selirku, Lova... Oh! Apa kamu mau jadi ratu? Aku bisa berikan padamu, jadi batalkan ya?" bujuk Morgan. Tangannya bahkan kembali menggenggam tangan Lovanna lebih erat lagi nyaris meremukkannya.

"Apa kamu gila?!"

Lovanna bukanlah gadis bodoh. Sekalipun pangkatnya adalah seorang jenderal wanita, itu tidak sebanding dengan bangsawan tingkat tinggi seperti istri Morgan saat ini, Ratu Deyora.

Bila Lovanna jadi Ratu mengganti Deyora, bisa hancur kekaisaran. Akan banyak kudeta dari pihak Ratu Deyora dan juga para Menteri, membayangkannya saja Lovanna sudah pusing. Hidup tenangnya akan hancur bila ia termakan rayuan Morgan.

"Lova, kumohon..."

Lovanna menggeleng tak habis pikir, kemana akal sehat pria di depannya ini?

"Maaf, Yang Mulia."

Morgan semakin kalang kabut. Pria itu bahkan melempar mahkotanya hingga membentur dinding. Kini tatapannya semakin tajam saja seiring deru nafasnya yang semakin memburu karena amarah.

Tangannya mencengkram kedua bahu Lovanna. "Duke D'Axelo tidak sesederhana itu, Lovanna. Pria itu mengerikan!" jelas Morgan.

"Apa peduli Anda?"

"Aku peduli, sialan! Aku takut, aku takut dia akan menyakitimu."

Kini terbongkarlah sudah kekhawatiran yang selama ini berusaha Morgan tutupi. Pria itu ketakutan setengah mati ketika mendengar Leonard melamar Lovanna, bayang-bayang kematian Lovanna menjadi mimpi buruk baginya hingga saat ini.

Tangan Lovanna terulur menyeka air mata pria di depannya seraya berkata, "Anda sendiri tahu, saya juga tidak sesederhana itu hingga mudah dibunuh."

"Tapi tetap saja! Hanya kamu yang tersisa, Lova. Aku tidak punya siapapun lagi." Morgan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Lovanna, berusaha mencari kenyamanan untuk hatinya yang kacau balau.

Apa setakut itu? pikir Lovanna.

Tak lama ketiga teman Lovanna berhasil menerobos masuk setelah melawan beberapa penjaga utusan Morgan.

"Haishhh, bocah satu ini!" amuk Jamie ketika melihat Morgan yang modus. Tanpa rasa takut pria itu menarik Morgan hingga jatuh terduduk di lantai.

Jordie ikut pasang badan menghalangi Morgan yang ingin kembali menerjang Lovanna. Sedangkan Belle berusaha menyembunyikan tawanya dibalik kipas tangannya.

"Tontonan yang menarik bukan?" tanya Belle yang hanya diangguki Lovanna.

Jamie menoleh dan bertanya, "ngomong-ngomong, apa keputusanmu sekarang, Vava?"

"Aku sebenarnya sependapat dengan Morgan," ujar Jordie.

"Jangan membuatku jadi bingung dong!" dumel Lovanna.

Belle berdecak kesal. Ia bergerak merapikan rambut Lovanna yang berantakan dan berkata dengan sinis, "salah sendiri mengambil keputusan tanpa berunding. Yang akan jadi suamimu itu bukan sembarang orang tahu!"

🍊🍊🍊

Morgan Chester

Morgan Chester

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Vote!

Sen, 26 Des 2022

600 kata nih wkwk

Be Duke Wife Where stories live. Discover now