Part 20

3.2K 310 6
                                    

🍊🍊🍊

Ditengah lapangan, berdiri sosok Lovanna dengan pakaian ciri khasnya. Celana hitam yang dipadukan kaos senada dan ada sebuah pedang digenggamannya.

Sosoknya begitu superior di mata para pelayan, karena sangat jarang seorang ksatria dari kalangan wanita. Apalagi Lovanna pernah menempati posisi sebagai komandan dan ajudan setia Raja Morgan.

Mia yang berdiri di sisi lapangan saja masih belum terbiasa melihat nonanya yang bercucuran keringat di bawah teriknya matahari, ia berkumpul bersama para pelayan hanya untuk mengagumi visual Lovanna yang sangat bertolak belakang dengan gadis-gadis di kerajaan yang mayoritas begitu menjaga penampilan.

Sedangkan Lovanna yang baru saja berhasil menangkis pedang lawan bertarungnya, tidak tahu menahu memiliki fans hampir seluruh pelayan yang bekerja di kediaman.

"Mia!" teriak Lovanna.

Mia yang berada cukup jauh dari posisi nonanya segera berlari tergopoh-gopoh, tidak peduli dengan gaunnya yang kotor. Yang terpenting ia harus menghampiri idolanya!

"Ada yang Anda butuhkan, Nona?"

"Dimana babi pemalas itu?"

Mia memiringkan kepalanya ke kiri, otaknya sedikit berpikir siapa kiranya yang di juluki seekor babi oleh Lovanna?

Isak? Sebuah nama muncul di otak Mia.

Lovanna menyeka keringat di dahinya dengan lengan baju, lalu tanpa aba-aba langsung membuka bajunya di depan umum. Hanya menyisakan baju tanpa lengan yang sangat pas ditubuhnya.

Seluruh bawahan Lovanna terkejut, tanpa terkecuali Isak yang baru saja datang dengan cangkir teh di tangannya yang kini telah terjatuh ke tanah dengan mengenaskan.

"Wanita tak tahu malu!" gumam Isak.

Ada sorot marah dan takut di kedua matanya. Marah karena Lovanna benar-benar liar, dan takut jika tuannya tahu perangai calon tunangan bisa-bisa Isak di penggal karena tidak becus mengemban tugas.

Dengan lantang Isak berteriak, "Bersujud!" Membuat seluruh pelayan dan ksatria yang ada di tempat merobohkan tubuhnya ke tanah begitu saja.

Meski Isak dikenal seenaknya, namun aura intimidasi seorang ksatria dalam tubuhnya tidak bisa berbohong. Sekali berteriak, membuat para ksatria bahkan bergetar ketakutan.

"Hei, kuda liar!"

Isak dengan langkah pasti menghampiri Lovanna, begitu sampai di hadapan gadis itu. Tanpa diminta ia langsung menyampirkan jubah yang biasanya ia gunakan untuk menutup kepalanya ke kedua bahu gadis itu. Daripada kepalanya digantung di gerbang mansion, lebih baik mengorbankan jubah kesayangannya untuk menutup tubuh setengah telanjang Lovanna.

"Kau ingin telanjang, hah!?"

Bukannya merasa bersalah, Lovanna justru terkekeh dan merasa orang-orang di dunia ini benar-benar kuno. Meski sudah bertahun-tahun berada di dunia aneh ini, Lovanna masih saja tak terbiasa dengan lingkungan yang terlalu ketat.

"Apa pantas seorang wanita nyaris telanjang di depan umum? Kau itu calon tunangan tuanku! Pergilah minum teh atau menjahit!" murka Isak.

Ia kira mengurusi bangsawan merepotkan, ternyata menghadapi mantan Komandan kerajaan jauh lebih menjengkelkan bagi Isak. Jika nona bangsawan sangat berisik, maka Lovanna sangatlah tidak tahu malu.

Tanpa menanggapi ocehan Isak, Lovanna menanggalkan jubah pria itu begitu saja dan pergi entah kemana. Bahkan hingga malam tiba, sosoknya hilang bak di telan bumi. Mia dan Isak bahkan sudah menyerah mencari wanita itu.

"Apa kau akan terus minum teh seperti wanita?" sarkas Mia.

Netra gadis itu menyorot penuh dendam pada sosok Isak yang tengah santai duduk di kursi taman, ditemani segelas teh dan beberapa kue kering yang terhidang apik di atas meja.

Isak menuang teh ke dalam cangkir. "Berisik sekali," protesnya.

Asisten Lovanna itu semakin menatap Isak seperti menatap hal paling aneh di dunia. Ksatria pribadi nonanya itu tanpa peduli siang atau malam, tetap minum teh sendirian di tengah taman. Hal yang tentu saja begitu menjengkelkan bila dilihat orang lain secara terus menerus.

Julukan seekor babi memang cocok untuk Isak yang pemalas, pikir Mia.

"Segera cari Nona, dan berhenti minum teh seperti wanita!!" sungut gadis yang menjadi asisten Lovanna itu.

"Diamlah, bodoh! Aku sedang berusaha melacaknya sekarang."

Ucapan Isak sontak membuat Mia menutup mulutnya rapat-rapat, ia bahkan dengan perhatian memerintah beberapa pelayan dan ksatria untuk menjaga jarak agar Isak bisa lebih fokus.

Tapi memangnya bisa melacak hanya berdiam diri? Pria itu hanya minum teh, bukannya menyusuri hutan belantara. Hati mungil Mia seperti merasa tertipu setelahnya.

"Kau hanya diam sejak tadi, Tuan!"

"Wanita lemah sepertimu mana tahu!" Ada nada pongah disetiap ucapannya.

"Kalau begitu, berduel denganku besok pagi."

🍊🍊🍊

Next update ✨
50 vote + 10 Comment

Lovanna

Lovanna

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.
Be Duke Wife Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum