Part 26

2.4K 272 43
                                    

Di dalam kamar utama kediaman D'Axelo, Lovanna tengah dirias oleh penata rias rekomendasi Belle. Atas perintah dari sang Duke, dua puluh pelayan bahkan turun langsung hanya untuk membantu merias Lovanna. Tak hanya itu, ada sekitar sepuluh penjaga di depan pintu untuk memastikan keamanan calon tunangannya tersebut. 

Berbeda dengan Lovanna yang masih harus menata rambutnya, di sisi lain ruangan Bibi Adeline dan Belle terlihat tengah serius mendiskusikan jenis gaun apa yang bagus di gunakan Lovanna. Karena ini juga membawa serta nama baik kediaman Duke, Belle butuh beberapa pendapat serta saran dari Bibi Adeline untuk gaun Lovanna. 

Belle tidak mau sahabatnya akan dijadikan bahan gosip, atau lebih parahnya bisa merusak citra Duke D'Axelo. Bisa-bisa kepalanya menggelinding setelah acara selesai. 

"Kau ingin pakai yang mana, Vava?" Belle menghampiri Lovanna dengan beberapa gaun yang di pegang oleh masing-masing pelayan di belakangnya, gaun-gaun mewah yang dirancang langsung oleh gadis itu dan tentunya sudah melewati seleksi Bibi Adeline terlebih dahulu. 

"Tertutup lebih bagus," pinta Lovanna tanpa repot-repot membuka matanya. 

Belle sontak membalas tatapan Bibi Adeline yang juga tengah menatapnya, "sudah aku bilang dia tidak masalah," bisik Belle. Akhirnya keduanya mengangguk puas tanpa Lovanna sadari. 

"Baiklah, sekarang ayo kita ganti bajumu," ajak Bibi Adeline. 

Di tempat lain, di ruang kerja Duke D'Axelo yang lain. Lebih tepatnya ruang rahasia pria itu yang terletak di ujung menara mansionnya. Tempat itu tak terjamah dan dijaga ketat meski terlihat seperti bangunan terbengkalai, menara dengan dinding batu yang kuno dan terpencil jauh dari jangkauan para pelayan. Hanya orang-orang tertentu yang tahu jalannya dan dapat masuk ke dalam menara.

Leonard terlihat tengah duduk di kursi kerjanya, mengangkat kedua kakinya untuk bertumpu pada meja kerja yang hanya terdapat lilin sebagai satu-satunya sumber penerangan setelah jendela. Sosoknya terlihat begitu megah dan kejam, sesuai dengan rumor yang di katakan oleh seluruh rakyat kerajaan. 

Sosok lain Leonard yang kejam inilah yang tak pernah ditampilkan pria itu di hadapan lovanna, sosoknya yang berdarah dingin. 

Kini di hadapan pria itu, berdiri lima pria yang tak kalah gagah dari Duke D'Axelo. Masing-masing dari mereka menutup wajah dan hanya menyisakan mata tajamnya, dengan pedang maupun selaras panjang yang ada di balik punggung tegap mereka.

"Kami siap menerima perintah, Tuanku."

"Perketat keamanan disekitar Lovanna."

"Baik, Tuanku!" balas mereka berbarengan.

Tangan Duke D'Axelo mengkode mereka untuk pergi, sesegera mungkin mencari posisi paling dekat dengan calon duchess selanjutnya. Dengan patuh kelimanya membungkuk lalu pergi tanpa jejak. 

Leonard beranjak dari duduknya, membawa tubuhnya ke jendela yang terbuka. Jendela yang menghadap langsung ke gerbang mansionnya, dari atas menara ia bisa melihat banyaknya bangsawan yang datang. Entah berapa banyak yang bibi nya undang, mengingat ini adalah acara pertama setelah sekian lama kediaman D'Axelo tak lagi menjadi tuan rumah pesta semenjak mendiang duchess meninggal.

"Tuanku," sebuah suara berat nan rendah membuat Leonard berbalik.

"So sexy," gumam Lovanna. Gadis itu terus saja berputar-putar demi melihat punggung telanjangnya yang terpampang indah. 

Tak hentinya Lovanna mengangumi maha karya sahabatnya itu, entah sudah berapa kali ia dibuat berdecak kagum dengan gaun buatan Belle. Gadis itu benar-benar niat sekali ingin menjadikan Lovanna sebagai pemeran utama di acara malam ini. 

Lihatlah potongan gaun yang memperlihatkan bahu polosnya dan juga punggungnya yang indah, serta belahan gaun setinggi dengkul yang mampu menegaskan kakinya yang jenjang. Kulitnya yang memang tak seputih para gadis bangsawan menjadi nilai tersendiri, berkat gaun Belle gadis itu merasa kulitnya jadi lebih menonjol. 

Suara ketukan pintu mengintrupsi kekaguman ketiga bangsawan itu, selang berapa detik muncul Leonard yang mengenakan setelan hitam. Tatapannya langsung terpaku pada sosok Lovanna yang memang tengah berdiri di tengah-tengah ruangan, menilai dari atas kepala hingga kaki penampilan gadis itu. 

"Terlalu berani," ujarnya.

"Aku anggap itu sebuah pujian, Tuan." Tak ada sorot takut dalam mata Lovanna, gadis itu seakan punya ilmu kebal dari aura Leonard yang memang mirip dengan binatang buas. 

Sementara itu Belle malah beringsut memeluk Bibi Adeline, kedua wanita itu bergeser pelan-pelan dan berlindung di balik punggung Lovanna, berusaha sebaik mungkin menghindari tatapan Leonard yang seperti ingin memakan mereka berdua. 

"Aku tak suka," aku Leonard. 

Lovanna menarik sebelah sudut bibirnya, tangannya bersedekap dada. "Kalau begitu batalkan saja acaranya." 

Sontak suhu ruangan menurun drastis, para pelayan bahkan langsung bersujud takut. Bertindak tak peduli dengan Leonard yang tengah menahan kesal, Lovanna dengan percaya diri mengangkat gaunnya untuk mendekati pria itu. 

"Baiknya Anda membantu saya berjalan," ujar Lovanna ketika sudah berada di hadapan Leonard. Gadis itu menyerahkan sebelah tangannya untuk Leonard genggam. 

Mengalah, akhirnya Leonard membantu Lovanna berjalan. Memperhatikan tiap langkah gadis itu ketika menuruni tangga dan menatap tajam nyaris semua tamu undangan yang datang.

Acara sialan! Batin Leonard.

Spam next disini 👉

Be Duke Wife Where stories live. Discover now