Part 19

3.4K 313 4
                                    

🍊🍊🍊

Istana kerajaan adalah tempat yang indah dan penuh dengan gemilang harta, seluruh rakyat memimpikan diri mereka bisa datang kesana atau menghabiskan satu malam di tempat tersebut. Tanpa tahu, intrik politik para bangsawan penjilat nan serakah.

Morgan duduk malas di kursi ruang kerja seorang diri, pelayan dan ksatria sudah ia usir keluar sejak beberapa saat lalu. Menyisakan dirinya yang benar-benar merasa kesepian dan sendirian.

Di tengah suasana sunyi itu, Morgan teringat perkataan sang raja terdahulu. Ayahnya sendiri, Raja Dwira.

"Morgan." Panggil Raja kepada Morgan yang sudah berdiri di hadapannya.

"Ya, Yang Mulia."

"Aku berpesan padamu, Nak. Jangan usik kediaman Duke D'Axelo sedikitpun, jangan buat ia tersinggung dimasa pemerintahanmu. Ingat itu!" tekan sang raja.

Morgan yang beranjak remaja hanya mengangguk, meski beribu tanya hinggap di pikirannya yang mulai kritis. Secara diam-diam ia selalu berusaha mencari tahu ada hubungan apa mendiang raja dengan kediaman Duke D'Axelo.

Morgan remaja mengira, Raja Dwira tertarik dengan sang duchess yang menjadi ibu dari Leonard. Namun, sebuah fakta menamparnya ketika ia tak sengaja mencuri dengar pembicaraan raja dan ratu.

"Yang Mulia, kita harus buat Duke D'Axelo berada di pihak kerajaan." Keduanya merasa aula adalah tempat yang aman tanpa tahu Morgan bersembunyi di sudut paling gelap.

Matanya senantiasa menatap pada pasangan itu tanpa diketahui siapapun, sang raja yang tengah memangku istrinya dan sang ratu yang bergelayut manja dileher suaminya.

"Aku sedang mengusahakannya, Ratu. Cukup sulit menjinakkan bangsawan seperti mereka, mereka punya Artefak kuno naga suci."

"Kenapa tidak kita curi saja artefak kuno itu, Yang Mulia? Dengan begitu, kita bisa dengan mudah menguasai benua dan menyingkirkan mereka setelahnya," ujar sang ratu dengan mata berkobar obsesi.

Keserakahan membuat keduanya gelap mata, hingga tanpa sadar membawa petaka pada diri mereka. Malam itu juga, pembantaian terjadi tanpa kecurigaan rakyat.

Namun Morgan remaja tahu, penyebab kematian kedua orang tuanya pasti bukan karena penyakit yang tabib umumkan di hadapan rakyat. Ada alasan lain yang berusaha pihak kerajaan tutup-tutupi dari publik.

Tanpa sadar, hingga beranjak dewasa Morgan memiliki obsesi yang sama. Menaklukkan seluruh benua, dan kuncinya ada pada artefak kuno naga suci milik Duke D'Axelo.

Tak lama lamunannya buyar ketika seseorang datang dari arah balkon. Meski posisi Morgan membelakanginya, pria itu dapat menebak dengan benar siapa yang datang. "Sudah datang?"

Morgan bangkit dari duduk malasnya, ia melangkah menghampiri sang anjing setianya. Meneliti dari ujung kepala hingga kaki, pria itu menatap takjub bercampur geli melihat kostum aneh di depannya.

"Pakaian apa yang kamu kenakan, hmm?" tanya Morgan.

Mendengar nada geli bercampur mengejek sang raja, membuat gadis itu mengepalkan tangannya seraya menggerutu.

Dasar kuno!

"Diamlah, Morgan!" Habis sudah kesabaran Lovanna, sudah susah-susah dirinya request kostum malah ditertawakan.

Memangnya apa yang salah? Lovanna hanya memakai celana ala pria, dibalut baju ketat yang sudah termasuk dengan baju pelindung. Ditambah kepalanya tertutup jubah hitam yang senada dengan kostumnya, dan sebuah kain yang menutup hidung hingga leher.

Padahal Lovanna sudah senang bukan main begitu Belle bilang kostum yang ia rancang sudah jadi, Lovanna jadi tak perlu berpikir baju apa yang cocok untuk misinya di masa depan.

Be Duke Wife Kde žijí příběhy. Začni objevovat