Part 18

3.8K 341 8
                                    

Begitu melihat kedatangan Lovanna, pria yang masih mengenakan penutup wajah itu sontak meletakkan cangkir tehnya. Membuat Lovanna berpikir, apa pria itu benar-benar menikmati teh atau hanya sekedar berpose layaknya seseorang yang menikmati teh? Dilihat dari segi manapun wajah pria itu tertutup sejak tadi.

Mia yang mengikuti Lovanna sampai mengernyit tak suka, melihat seseorang yang bukan bangsawan dengan angkuhnya tetap duduk tanpa menyapa orang lain yang statusnya lebih tinggi.

Baru saja ingin menegur, Lovanna sudah mengkode untuk tetap diam. Mau tak mau Mia menurut.

Lovanna sendiri tidak mempermasalahkan pria di depannya, meski hatinya memendam rasa jengkel karena kini bertambah lagi manusia kurang ajar di hidupnya setelah Pemimpin Guild.

Baru saja Lovanna mendudukan dirinya di kursi, pria yang duduk tepat dihadapannya itu dengan santainya langsung berbicara.

"Aku benci ditanya," ujar pria itu tiba-tiba.

Belum apa-apa pria itu sudah mengeluh, Lovanna rasa-rasanya sudah sangat pusing bahkan sebelum mulai sesi interogasinya.

Karena pria itu sendiri tidak mau ditanya, Lovanna akan membuat pria itu memberitahukan namanya sendiri. Dengan santai Lovanna berseru, "hei, budak!"

"Isac!" geram pria itu. Kesal juga dipanggil budak, kalau bukan karena perintah tuannya, sudah ia buang bangsawan itu ke hutan terlarang.

Diam-diam Lovanna tersenyum penuh ejekan sebelum kembali berwajah datar.

"Kau lebih pantas jadi budak," balas Lovanna tak mau kalah.

"Aku ini ksatria bayangan tahu!"

Lagi dan lagi Lovanna berusaha memendam rasa gelinya, sepertinya Duke tidak benar-benar mengirimkannya ksatria yang tangguh. Pria di depannya jelas masih kekanak-kanakan dan terlalu mengedepankan emosi pikirnya.

"Oh ya? Ku pikir kau anak gelandangan."

Geraman kesal semakin terdengar, namun sebanyak apapun Isac mengeluarkan aura intimidasi nya, sebanyak itu pula Lovanna tetap tenang tanpa terprovokasi sedikitpun.

Sebenarnya wanita seperti apa yang akan tuan nikahi? pikir Isac.

"Nah, Isac. Tugas pertamamu adalah melatih para ksatria," perintah Lovanna seraya menyeruput teh melati kesukaannya.

Isac sepertinya bertambah kesal, Lovanna seolah bisa melihat dua tanduk banteng diatas kepala pria itu yang siap menyeruduknya kapanpun.

"Aku ini pengawal pribadimu, mana sudi aku jadi master prajurit."

Keras kepala, batin Lovanna.

Lovanna cabut kata-katanya tadi, Duke pintar sekali memilihkan bawahan untuk mengawasinya, pria seperti Isac pasti akan tetap kekeuh dengan keinginannya. Cukup sulit menghadapi pria sejenis Isac, bagaimanapun pria itu pasti jadi mata-mata Duke D'Axelo.

Dan Lovanna tidak akan membiarkan kegiatannya dimata-matai.

"Syutttt! Jangan membantah, Budak." Setelah itu Lovanna pergi meninggalkan Isac yang mengamuk dan membalikkan meja.

"Aku akan ikut apapun yang terjadi," gumam Isac pelan seraya menatap tajam punggung sempit Lovanna.

Seperti yang sudah Lovanna katakan, ia dan Mia akan pergi menuju butik Belle. Saat pertama kali datang pada saat peresmian, Lovanna pikir ia tengah berada di dunia modern. selain bentuk pakaian, bangunan dan interiornya pun memadukan dua zaman –kerajaan dan modern– sekaligus.

"Belle pasti menyiksa para pendesain interior untuk mendesain ruangan modern seperti ini," gumam Lovanna seraya terkekeh pelan.

"Vava!" Dari arah tangga muncul Belle yng terlihat begitu semangat.

Be Duke Wife Where stories live. Discover now