Part 25

2.3K 234 60
                                    


Pada akhirnya acara tidak benar-benar terlaksana, karena setelah kabar itu tersebar di antara para tetua. Sang Bibi dari Leonard rela datang jauh-jauh untuk menasehati keponakannya itu. Kini, wanita paruh baya bernama Adeline tengah berbincang dengan Lovanna di taman belakang.

"Maaf telah membuat kekacauan, Bibi." Rasa malu Lovanna sudah tidak terbendung lagi, untungnya hanya keluarga besar Duke yang baru tau bukan seluruh rakyat.

Berbeda dengan Lovanna yang terus menunduk malu, Bibi Adeline justru terlihat senang. Pasalnya keponakannya yang sekaku dinding mansion itu kini telah menemukan calon istrinya, ketakutannya yang mengira Leonard tak suka perempuan kini sirna sudah.

Rasanya lega luar biasa begitu tau dugaannya tentang Leonard salah, Bibi Adeline merasa siap bertemu dengan kakak perempuannya di alam baka jika tuhan mencabut nyawanya saat ini juga.

Tangan Bibi Adeline terangkat menyentuh pundak Lovanna. "Santai saja, Lovanna. Aku justru senang Leonard telah memiliki calon istri, aku kira dia akan terus melajang hingga tua."

"Tapi sebagai gantinya, pesta pertunangan kalian akan diadakan malam ini juga," sambung Bibi Adeline.

Itu adalah solusi yang dapat Bibi Adeline tawarkan pada Leonard, mengingat pria itu sangat keras kepala. Sudah syukur pria itu menerima meski tak rela, bisa jadi masalah jika pesta pernikahan yang malah dilaksanakan malam ini juga.

Lovanna menggeleng pelan, sudah bagus Duke D'Axelo mau menuruti permintaan bibinya itu. Tidak bisa ia bayangkan jika malam ini benar-benar pesta pernikahannya, itu akan menggemparkan seluruh kerajaan.

"Tidak apa-apa, Bibi. Aku sudah sangat berterima kasih."

Berbeda dengan Lovanna yang berseri-seri karena pesta pernikahan tidak benar-benar terjadi, sosok Leonard malah terlihat murung di ruang kerjanya. Suasana bertambah suram dengan kabut-kabut hitam yang mengelilingi seluruh tubuh Leonard, membuat Gustav dan Kylo yang berada di dalam ruangan merasa tertekan.

BRAK

Tiba-tiba saja Duke D'Axelo memukul meja dengan sangat keras hingga membuat dua ajudannya mundur selangkah. Pria bertubuh tegap itu bangkit dari kursi kerjanya dengan kasar, lalu berbalik menghadap jendela. Pepohonan tinggi nan rindang tak jua membuat suasana hatinya membaik, kini yang ia butuhkan sepertinya adalah aroma tubuh Lovanna.

"Sial," gumam Leonard

Membayangkan ia dan gadis itu menikah mengobati kegelisahannya, namun mengingat itu tak benar-benar terjadi justru semakin membuatnya kesal. Meski begitu, acara pertunangan sepertinya cukup untuk saat ini. Setidaknya para bangsawan tidak akan ada yang berusaha merebut miliknya.

Karena rasa kesalnya yang tak kunjung hilang, ia butuh pelampiasan. Dan objek pelampiasannya kini berada tepat di belakangnya. Pria itu tersenyum ketika sebuah ide muncul di kepalanya, langsung saja bibirnya tersenyum misterius, yang kontan menimbulkan seribu tanya pada kedua ajudannya.

"Suruh semua orang untuk turun ke lapangan," titah Leonard

Kylo langsung memperbaiki postur tubuhnya, berdiri tegak seraya berkata dengan tegas, "siap laksanakan, Yang Mulia." Setelah pamit, pria itu segera beranjak pergi menuju barak ksatria untuk melaksanakan perintah Duke D'Axelo.

Kini tatapan Leonard menghunus tajam pada satu-satunya manusia yang tersisa selain dirinya, Gustav, si tangan kanan. Sebelah alis Leonard sontak naik melihat keterdiaman Gustav, pria yang telah mengabdi padanya itu hanya diam sejak tadi entah tengah memikirkan apa.

"Tunggu apa lagi?" Suara Duke D'Axelo yang memang berat terdengar semakin menyeramkan di pendengaran Gustav, sehingga membuat kakinya melemas takut. 

"Pelayan dan tukang kebun juga, Yang Mulia?" Dalam hatinya Gustav berdoa semoga hanya ksatria yang diminta turun ke lapangan, karena para pelayan beserta yang lain sama sekali tidak diberi perbekalan bela diri.

Be Duke Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang