Part 18: Menyebalkan

6.1K 181 0
                                    

Sorry for typo 🙏🏻

Jangan lupa VOTE dulu dan komen ya guysss 🙏🏻

"Habis ini mau kemana kalian? Nanti malam jangan lupa ya dateng ke Villa aku. Jaraknya nggak jauh kok dari Villa kamu, Bar. Aku pengin ngenalin kamu sama calon suamiku!" Ujar Nenni dengan semangat. Sejak tadi perbincangan memang lebih banyak dikuasai oleh Nenni dan Meilia. Bara dan, apalagi Mae, lebih banyak diam dan menjawab pertanyaan seperlunya. Gadis muda itu bahkan sebenarnya sangat heran bagaimana mungkin ada orang yang bisa selalu in high tension ketika berbicara, membuat Mae megap-megap sendiri karena lelah sekali mengikuti keceriaan Nenni. Bagi orang yang tidak terlalu suka dengan kerempongan, siang ini saja sudah sangat melelahkan sebenarnya. Entahlah masih ada tenaga yang tersisa untuk shopping atau tidak.

"Boleh," Jawab Bara singkat. Ia memang tahu mengenai pesta nanti malam di tempat Nenni. Tidak ada pesta-pesta lajang ternyata. Hanya acara berkumpul biasa dengan para teman dekat kedua pengantin sebelum pernikahan keesokan harinya.

"Kalian belum jawab pertanyaan aku yang pertama." Ucap Nenni sebal. Walaupun tidak kentara sekali, tapi wanita itu merasa ada yang aneh dengan keadaan sekarang.

Mae melirik Bara dan mendapat anggukan darinya. "Kita mau nyari baju buat nanti malam, Mbak." Jawab Mae tersenyum canggung.

Huh! Benar-benar berat sekali harus bersikap sok ramah di situasi seperti ini. So awkward!

Dan kenapa sih Bu Meilia ngeliatin gue kayak gitu banget? Batin Mae sebal. Soalnya sejak datang tadi tatapannya sama sekali tidak santai. Rasanya seperti kalau itu laser, mungkin Mae sudah tinggal nama.

"Eh! Barengan aja, yuk! Kita berdua juga mau belanja-belanji niihhh!" Seru Nenni sekali lagi, yang sama sekali tidak menyadari bahwa ajakannya terdengar cukup seram di telinga Mae dan juga mantan suaminya saat ini.

Mae lagi-lagi, untuk kesekian kalinya, melirik Bara dan berharap telepatinya ditangkap sinyal otak atasannya.

Plis, jangan mau! Plisss! Kalo sampai lo bilang mau, sumpahlah anjir gabakalan gue kasih jatah! Gue pulang Jakarta, Anjiiirrr!!!

"Kayaknya nggak dulu, Nen. Aku mau pergi dulu sama Mae ke tempat lain dulu," Tolak Bara langsung yang membuat Mae tak urung bernapas lega. Gadis ingin sekali merekahkan senyumnya tapi tidak jadi karena melihat wajah masam Nenni dan dengusan dari Meilia.

Meilia berdecak sebelum menanyakan, "Emangnya mau kemana, Mae? Kalau belanja bukannya paling enak bareng sesama cewek. Iya, kan?"

Sumpah, ya! Sejak kapan sih Bu Meilia jadi kompor mbleduk kek gini?

Mae memicingkan matanya, menatap Meilia hati-hati sebelum menjawab, "Saya kan cuma ngikut aja, Bu!" Ketus Mae membuat Meilia mengeraskan rahang karena terhasut dengan ketidaksopanan Mae.

Bagi Meilia bisa melihat Bara lagi sekarang seakan sebuah kesempatan emas lagi dan ia tidak rela jika pria itu begitu mudahnya melepaskan diri lagi darinya. Apalagi dengan gadis kampung seperti Maesaroh!

Mungkin dikarena sudah jengah dan tidak ingin diganggu oleh siapapun, Bara tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. Lalu ia melihat ke arah Meilia dan berkata, "Kemana kami mau pergi bukan urusan kalian." Lalu berganti menatap Nenni. "Aku pastikan akan datang ke tempatmu nanti malam dengan Mae,"

Setelah itu Bara menarik lengan Mae dan mengajaknya pergi. Tidak jadi makan siang sama sekali.

***

"Mas, saya masih lapar, lho!" Rutuk Mae di dalam mobil begitu Bara menghidupkan mesin mobil.

"Maaf, Sayang. Saya nggak tahu kalau mereka bakal datang," Sahut Bara dengan ekspresi wajah yang datar dan membuat Mae jadi mengkhawatirkannya.

Bara & Mae [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora