Part 27: Pengakuan

4.4K 146 0
                                    

Yuhuuu!! Gimana kabar kalian??

Aku seneng banget banyak yang mulai baca cerita ini. Kalau ada komen atau nemuin hal yang aneh di cerita ini bisa langsung kasih tau aku yahh... Ak juga pngen banget dapet kritikan membangun yang bisa membantu aku utk nambah skill nulis aku.

Jangan lupa kasih VOTE dan Komen juga yahhh~!!🙏🏻🙏🏻

Sorry for typo and happy reading!! 😝

Mae mendapatkan pesan di ponselnya dari Bara. Pria itu sudah menunggunya di basement dan meminta Mae untuk turun ke bawah.

"Ini masih jam empat sore, lho!" Gerutu Mae sambil melihat ke langit yang masih terang.

"Ngajakin gabut nih orang?" Tambahnya lagi.

Tadi setelah ditinggal oleh Bara, dengan cepat Mae mengirimkan pesan pada Nasayu. Tentu saja mereka saling bercerita dan karena tidak ingin dilihat oleh Meilia ataupun Bobby yang masih sering mereka temui di kantor, keduanya memutuskan untuk makan siang di luar.

Reaksi Nasayu adalah reaksi orang normal yang setelah mendengar apa yang terjadi pagi tadi. Kaget buangett!!

Kawannya itu bahkan sampai menanyakan apakah puting susunya Mae tidak copot setelah dimainkan sampai seperti itu. Seperti merasakan ngilu di putingnya sendiri, Nasayu mendekap dadanya erat dan membuat Mae tertawa geli melihatnya.

Ngomong-ngomong, Meilia dan Bobby masih sering mondar-mandir di sekitaran ruang kerja Bara dan Mae. Untuk Meilia tentu saja karena ia adalah salah satu staff senior di divisi yang sama dan Bobby, sebagai salah satu manager yang dipercayai oleh Baskara, ia juga sering bertemu dengan Bara dan Mae. Meskipun frekuensinya tidak seintens dulu, Bobby tetap masih ingin mendekati Mae meskipun tahu ada sesuatu di antara gadis pujaannya itu dengan direktur pemasaran mereka.

Setelah turun ke basement seperti permintaan Bara, Mae mencari mobil direkturnya yang di tempat parkir khusus para direktur. Tentu saja mudah menemukannya.

"Bapak ngapain ngajak pulang sekarang? Ini masih sore banget. Noh! Langit masih terang benderang. Bapak ngajakin saya gabut ini? Ndak kasian sama yang lainnya?" Mae tak henti-hentinya menyerocos dan membuat Bara yang mau menyapanya jadi diam.

"Udah?" Tanya Bara setelah Mae menyelesaikan semburan kalimatnya.

"Apaan?"

"Itu bibir lama-lama makin lemes aja, Mae? Kamu kok jadi cerewet banget akhir-akhir ini?"

"Bapak nggak suka saya jadi cerewet?" Tanya Mae kesal. Seperti merasa disalahkan.

Mendengarnya, Bara hanya memutar bola matanya.

"Ya nggak apa kamu cerewet. Saya biasa saja, tuh." Bara mengendikkan bahunya enteng.

Setelah memastikan Mae dan dirinya sudah mengenakan sabuk pengaman, Bara menjalankan mobilnya meninggalkan kantornya.

"Jadi ini Bapak mau ngantar saya pulang atau gimana? Ini bukan jalan ke rumah saya, Pak? Bapak mau nyulik saya ya?" Mae menyerocos lagi yang membuat Bara menghela napasnya.

"Ya Tuhan, Mae. Saya kangen kamu yang dulu pelit ngomong deh jadinya,"

"Ih! Suka-suka saya, Pak!"

"Iya. Iya. Suka-suka kamu. Saya mah sukanya nenen kamu." Kekeh Bara yang membuat Mae sewot.

"Jadi cuma suka itu doang?" Cibirnya kelepasan yang langsung disesalkan oleh gadis itu.

"Apa, Mae?" Tanya Bara ingin mendengar sekali lagi perkataan gadis itu.

Bara & Mae [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt