Part 34: Terluka

2.8K 118 0
                                    

Update terakhir untuk minggu ini!!

Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya biar aku tambah semangat nulisnya!! 🙏🏻

Sorry kalo ada typo 🙏🏻

Enjoy!!

"Mas, hari ini jangan nenen dulu ya? Puting susu Mae sakit," Ucap Mae ketika Bara sudah berjalan mendekatinya. Bersiap untuk membuka baju sang pacar.

Bara terkejut. Wajahnya tampak khawatir. Ia gandeng Mae lalu mereka duduk di sofa. Mae mulai membuka kancing bajunya dan memperlihatkan puting susunya yang memang agak memerah membengkak. Bara melihatnya sedih karena dirinya lah Mae jadi kesakitan seperti ini.

"Maafin Mas ya, Sayang. Jadi kayak gini puting susumu," Ucapnya pelan. Terdengar sedih dan khawatir. Lalu Bara menunduk untuk menciumi bagian areola Mae dua-duanya dan bagian lain asal tidak mengenai puting susu.

Mae menghela napas merasakan perlakuan lembut Bara. Ia tangkup pipi pacarnya lalu ia angkat ke atas. Mae kecup bibir itu beberapa kali sebelum tersenyum. "Nggak apa-apa. Mae beli salep kok buat bengkaknya. Kalau nggak ilang-ilang, temenin ke dokter ya, Mas?"

Bara tersenyum. "Hari ini ke dokter aja." Ajaknya. Mae tertawa geli melihat ekspresi wajah Bara. Menggunakan jempol kanannya, Mae pijit-pijit kernyitan yang muncul di antara dua alis tebal Bara.

"Nggak perlu. Mae pakai salep ini dari semalam. Udah agak mendingan kok. Mulai sekarang kalau nenen hati-hati, ya, Mas."

Bara tertunduk sendu. Ia masih merasa bersalah dengan apa yang dialami Mae. "Jadi nggak bisa ditarik-tarik lagi, Yang?" Tanyanya polos.

Mae tergelak melihatnya. "Ya boleh. Tapi habis itu Mae harus lebih perhatikan perawatan puting susu Mae karena setelah nyusuin Mas, harus dijaga agar tetap steril putingnya. Biar nggak lecet."

Bara terkekeh. "Kayak saya ini bayi aja, menyusui," Canda Bara yang dibalas gelakkan Mae.

"Ya, kan, memang bayi. Sukanya narik-narik puting susu, mentil terus nggak mau disapih," Sindir Mae, tidak serius tentu saja.

Bara tidak tersindir. Ia malah menghela napas lalu merengkuh Mae ke dalam dekapannya. "Maaf, ya, Sayang. Nanti Mas bantu ngolesin salepnya. Sama kamu butuh apa aja?"

Mae menggelengkan kepalanya, tersenyum dan mengatakan, "Nggak ada. Mae udah beli bra baru yang bahannya lebih lembut, Mas."

Bara protes mendengarnya. "Harusnya kamu belinya bilang Mas dulu. Kan bisa Mas belikan, Yang!" Lalu ia melihat ke bawah. Niatnya mau lihat bra baru yang disebut, Bara malah meneguk salivanya melihat payudara ranum Mae yang masih terpampang jelas. Ingin sekali ia lahap seperti biasa tapi urung dilakukannya. Melihat Mae meringis kesakitan saat mengeluarkan dua payudaranya tadi saja sudah membuat Bara ingin merutuki diri sendiri karena menjadi penyebabnya.

Bara berdecak kecewa. "Jadi berapa lama Mas nggak bisa nenen? Hmm?"

Mae tersenyum lebar. "Ya sampai puting susu Mae sembuh nggak bengkak lagi. Seminggu mungkin,"

Sontak alis Bara menukik tajam. "Seminggu? Kok lama banget, Yang!" Protesnya.

Melihat reaksi Bara yang berlebihan, Mae tertawa terbahak-bahak. Ia cium lagi bibir Bara lembut. Setelahnya Mae meminta Bara untuk duduk dengan benar di sofa disusul olehnya yang memposisikan diri duduk di atas pangkuan Bara. Kedua kakinya membuka mengangkang sehingga Bara bisa memeluk pinggangnya erat. Mae memakai span selutut jadi agak susah. Ia harus mengangkat spannya sampai ke atas sekali. Stoking dan celana dalamnya terlihat jelas.

"Kamu sangat cantik sekali, Mae. You're so beautiful. And mine." Begitu ucap Bara sebelum melumat bibir Mae.

Pria itu begitu memuja pacarnya. Bara sentuh tubuh ramping itu dengan lembut. Dimulai dari pinggulnya yang ramping, ia rasakan lekukannya dengan kedua tangannya. Lalu ia raba punggungnya yang sempit dan terlihat rapuh, ia rasai semuanya dengan kesepuluh jemarinya. Ia dekap erat Mae kepadanya.

"Sayang... Sayangku Mae..." Racau Bara di sela ciuman dalam itu.

"Mas Bara...Mas..." Desah Mae. Dadanya penuh dengan sesuatu yang membuatnya bahagia.

Bara tersenyum menatap wajah Mae dari dekat sebelum menciumnya lagi. Kali ini lebih dalam dan lebih intens. Lidah keduanya saling mengait dan saling memberi sapaan. Ingin saling memuaskan.

Lalu Mae mendengar gumaman Bara. Gumaman yang lirih tapi jelas sekali di telinganya. "Saya cinta kamu, Mae."

Mae terkejut dengan pengakuan cinta itu. Tapi hanya sedetik kemudian ia menjawabnya dengan mantap. "Mae juga cintaaaaaaa banget sama Mas Bara," Bisiknya manja. Membuat Bara tertawa senang. Mereka kembali menyatukan bibir mereka. Mencumbu semakin dalam. Melepas segala hasrat yang ingin mereka salurkan kepada masing-masing.

Perlahan tanpa menyentuh puncak payudara Mae, Bara mulai meremas-remas bagian bawah bulatan payudaranya. Dari gerakan itu bisa Bara rasakan Mae mulai mendesah. Dari bibir, Bara mulai menciumi pipi lalu telinga pacarnya. Merambat turun ke leher dan tulang selangka. Dengan baju Mae yang masih terbuka lebar sampai ke bagian perut memudahkan Bara untuk langsung mengakses kulit lembut Mae. Saat bibirnya mencapai dada atas Mae, ia berhenti. Tidak yakin jika Mae ingin payudaranya dicium. Takut ia tidak akan tahan untuk tidak mulai nenen lagi.

Seperti mengetahui apa yang dipikirkan Bara, Mae menyentuh kepala pacarnya. Hari ini berewoknya sedikit lebih panjang dari biasanya. Ada beberapa helai warna putih juga di sana. Tapi demi apapun di dunia ini, Bara sungguh sangat tampan. Mae merasa beruntung bisa dicintai dan mencintai pria yang jaraknya cukup jauh dari usianya ini.

"Mas pengen nenen, ya?" Tanyanya dengan suara lembut. Bara tidak langsung menjawabnya tapi Mae tahu apa yang diinginkan Bara.

Mae gunakan tangan kanannya untuk menangkup bulatan payudara kanannya dari bawah. Lalu ia sodorkan puting susunya ke depan bibir Bara.

"Nih, Mas... nenen," Ucapnya sambil menempelkan ujung puting susunya di sana.

Bara sedikit ragu. Meski ingin sekali ia buka bibirnya dan mengulum puting susu itu, ia urung melakukannya.

Mae mengernyit heran. Kok diam saja? "Ndak mau nenen?"

"Nanti puting susumu tambah sakit, Mae." Gumam Bara. Alih-alih menerima suapan puting susu, ia mencium bagian tengah belahan payudara Mae dan berdiam di sana. Menghirup wangi tubuh pacarnya.

Mae tertawa pelan. Sedikit terharu karena Bara tidak hanya nafsu saja yang dipikirkan tapi juga kebaikan dirinya. "Nggak apa-apa asal jangan disedot kenceng, Mas. Mentil biasa aja diemut. Jangan digigit, ya,"

Bara mengangguk pelan. Ia mundurkan wajahnya sedikit. Mae majukan dadanya dan akhirnya Bara terima suapan nenennya.

Ahh... Mae mengela lega. Meskipun tidak sesakit yang ia kira, kehangatan mulut Bara membuat puting susunya terasa nyaman. Hanya gerakan lidah saja yang ia rasakan kini. Merangsang syaraf-syaraf sensitif dari ujung putingnya.

Karena sakit juga, tidak seperti biasa Bara tidak menggodai puting susu yang satunya. Alih-alih Bara malah meraba bokong Mae. Ia masukkan satu tangan ke dalam stoking dan celana dalam dari belakang. Dengan mudah Bara menyentuh langsung lubang an*s Mae lalu ia teruskan maju lagi sampai menyentuh lubang va**na Mae.

Tidak seperti biasa, Mae tidak menolaknya. Jika hari-hari biasa di kantor ketika Bara ingin menyentuh kewanitaannya, Mae akan menepis tangannya. Tapi ternyata tidak untuk kali ini.

"Yang..?" Tanya Bara. Seakan meminta izin Mae untuk menyentuh lebih jauh.

Mae tersenyum lalu mengangguk. "Hari ini aja, ya, Mas," Bisiknya merdu di telinga Bara.

To be continue...

Next is a another hot scene waiting yall...!! 🥵

Jangan lupa vote dan komen!! 🥺

Bara & Mae [COMPLETED]Where stories live. Discover now