Part 36: Tinggal Bersama

3.9K 105 2
                                    

Tinggal beberapa chapter lagi ak masih mau menceritakan kedamaian di hubungan Bara dan Mae sebelum asa konflik.

Sorry for typo!!

Jangan lupa VOTE dan KOMEN!!

Happy reading!!

Mulai minggu ini, Bara meminta Mae untuk tinggal sementara di apartemennya. Yudha, kakak laki-laki Mae sudah menjemput sang nenek dan mengatakan ingin neneknya di sana selama paling tidak tiga bulan. Meskipun keberatan, Mae terpaksa membiarkan neneknya tinggal sementara di sana karena permintaan beliau juga. Beliau mengatakan kalau senang sekali bisa masih hidup saat sang cicitnya lahir. Yah. Mau bagaimana lagi kalau neneknya sendiri juga tidak menolak?

Bara menjemputnya sehari setelah Yudha datang untuk menjemput sang nenek. Ia meminta Mae untuk mengepak cukup banyak baju karena pria itu ingin selama neneknya di Pontianak, Mae tinggal bersamanya. Yang berarti paling tidak tiga bulan!

Ini mah kumpul kebo nggak, sih? Mana gue mau-mau aja lagi. Sumpah, ini Si Bara Bere melet gue pasti!

"Itung-itung latihan, Yang," Ucap Bara sambil menyetir.

Mae mengernyit heran. Ditengoknya Bara yang duduk di sampingnya. "Latihan apaan?" Tanyanya.

"Latihan berumah tangga lah!" Jawab Bara dengan seringaiannya yang khas.

Mendengar ucapan seperti itu, bohong kalau Mae tidak baper. Ia langsung memalingkan wajahnya yang merona merah di pipi. Takut ketahuan. Malu sekali.

Tapi secepat ia merona, secepat itu juga ketidakpercayaan dirinya muncul.

Rumah tangga. Pernikahan. Adalah hal yang sama sekali tidak pernah mereka singgung sama sekali. Tentu saja sebagai seorang wanita, kedua hal tersebut sangat penting jika sedang berhubungan dengan seorang laki-laki. Apakah hubungan Mae dan Bara juga akan berakhir pada kedua kata tersebut?

Jujur saja, Mae tidak tahu.

Hubungan fisik di antara mereka berdua bisa dibilang sudah terlalu jauh. Mereka pun sudah mengatakan saling mencintai. Lalu apa lagi?

Selain pernikahan diam-diamnya yang gagal, Bara tidak pernah menceritakan apapun tentang keluarganya. Sedangkan Bara mengetahui seluk beluk keluarga Mae. Apakah pria itu memang tidak ingin Mae mengetahui tentang orang tuanya? Keluarga intinya?

Ditambah lagi, meskipun klise karena sekarang kita hidup di jaman modern, strata sosial Bara dan Mae yang cukup menukik tajam. Kata 'cukup' pun tidak bisa melukiskan seberapa jauh perbedaannya. Sangat menukik tajam!

"Sudah sampai, Yang. Kamu langsung ke lift aja. Tasnya biar Mas yang bawa," Ujar Bara setelah melepas sabuk pengaman Mae dan dirinya sendiri. Keduanya keluar dari mobil. Sesuai perintah Bara, Mae menuju lift di basement gedung apartemen mewah Bara. Tidak lama kemudian kekasihnya menyusul membawa tas Mae.

Dengan lift mereka berdua menuju lantai apartemen Bara. Mae juga sudah diberikan access card cadangan supaya ia bisa keluar masuk dengan leluasa. Kartu akses itu sudah ia pegang semenjak Bara mengajaknya ke apartemennya pertama kali dulu.

Setelah pintu terbuka, mereka melewati lorong menuju ruang tamu. Setelah itu mereka berjalan lagi lebih ke dalam menuju ruang tengah yang luas. Di sebelah kanan adalah pintu kamar utama yang akan Bara dan Mae pakai sebagai kamar tidur mulai malam itu.

Sebenarnya Mae meminta kamar sendiri. Tapi Bara menolak memberikannya. Ia menginginkan tidur di ranjang yang sama dengan Mae. Tentu saja gadis itu tahu maksud di balik keinginan Bara. Tapi entah kenapa ia menurut saja. Gaya pacaran mereka selama ini membuat Mae tidak lagi gengsi untuk bersikap intim dengan Bara. Di luar ranah pekerjaan, keakraban mereka berdua memang sudah tidak tertolong lagi sepertinya.

Bara & Mae [COMPLETED]Where stories live. Discover now