Part 41: Kitty Rambo

2.6K 96 2
                                    

Kalau baca cerita ini WAJIB untuk VOTE atau KOMEN!!!🙏🏻

Sorry for typo!!

Happy reading!!

Enam bulan kemudian.

Sejak Mae pergi, Bara tidak pernah lagi mempunyai sekretaris. Meja di balik pintu ruang kerjanya tetap kosong tanpa ada seorang pun yang mengisi. Bahkan barang-barang yang Mae tinggalkan, Bara larang OB untuk membereskannya. Semua ia tinggal sama seperti ketika Mae meninggalkannya. Hanya membiarkan mereka untuk membersihkannya agar tidak ada debu yang menumpuk di sana.

Sebagai seorang direktur, tentu saja sangat tidak mungkin bekerja tanpa sekretaris. Apalagi sebagai seorang CEO. Mau tak mau memang harus ada seseorang yang membantunya di dalam pekerjaannya. Seorang PA yang merangkap sebagai sekretaris. Kali ini adalah laki-laki. Lulusan universitas swasta elite ibukota yang bernama Abrisam. Berusia 22 tahun. Masih muda dan harus Bara akui, memang bisa bekerja. Tapi tetap tidak ia izinkan Abrisam menempati meja kerja Mae. Ia letakkan pemuda itu di kubikel lain bersama dengan staff lain. Bara juga memutuskan untuk tidak memindahkan kantornya ke ruang kerja CEO di lantai teratas. Ia tetap memilih kantornya sendiri.

Begitulah. Sejak tiga bulan lalu Bara juga menjabat sebagai CEO dari Wajendra Group. Baskara meninggalkan posnya sebagai CEO dan juga sebagai pewaris utama setelah keluarganya menolak kehadiran Nasayu sebagai istri sahnya dan sebentar lagi mereka berdua akan menyambut kehadiran seorang bayi. Sungguh sebuah kehidupan yang sangat ideal, bukan?

Tidak hanya itu. Sampai sekarang Bara masih tidak percaya bahwa Baskara memilih untuk hidup di sebuah desa di Klaten bersama dengan keluarga kecilnya daripada tinggal di ibukota dengan segala kekayaan yang melimpah. Sampai sekarang pula ibu kandung Bara masih terus mencoba untuk meluluhkan hati orang tua Baskara agar menerima putranya kembali beserta istri dan calon bayinya. Calon penerus keluarga Wajendra. Tapi nihil. Pakde dan Budenya masih tidak mau menerima.

Kini semua tanggung jawab dilimpahkan pada Bara. Satu-satunya cucu laki-laki dari keluarga Wajendra yang masih bisa diserahi kepemimpinan perusahaan keluarga. Beban yang tak bisa dibilang mudah karena ia menjabat dua jabatan sekaligus.

Siang itu Bara masih menekuni beberapa dokumen kontrak kerjasama dengan perusahaan rekanan ketika Abrisam mengetuk pintunya. Tanpa mengucap apapun, Bara bisa langsung tahu kalau yang datang adalah PA barunya. Ada dua hal yang membuat Bara sebal tak ketolongan tentang PA barunya ini. Yang pertama adalah caranya mengetuk pintu. Suara ketukannya begitu khas. Isam, begitu pemuda itu memanggil dirinya, akan terus mengetuk tanpa jeda pintu kantornya sampai Bara membiarkannya masuk. Benar-benar PA kurang ajar!

Lalu yang kedua adalah cara Abrisam berbicara.

"Bapaaaakkk! Aduh, lama banget sih bilang suruh masuknya? Isam capek ngetukin pintu terus, ih!" Ujar si pemuda kemayu itu dengan suara agak melengking.

Sejak kapan gue jadi bapak lo? Sebal Bara dalam hati. Tapi tidak pernah ia suarakan.

Saat pertama kali Bara mendengarnya setelah terpilih menjadi PA, meskipun sungguh tidak etis, tapi ingin sekali ia batalkan kontrak kerja Abrisam saat itu juga. Bagaimana bisa pihak HRD meloloskan anak ini?!

Mengacuhkan Abrisam, pria itu tetap menunduk menekuni kontrak. Tapi tak lama kemudian melirikkan matanya ke atas. Menatap PA nya yang ajaib itu dengan tatapan tajam. "Duduk, Sam!" Bara menunjuk kursi depan meja kerjanya.

Si pemuda ajaib itu mendengus sebal. Tapi tetap menuruti perintah atasannya.

Huh! Biarin, dech! Kasihan Pak Bara sudah tuir masih saja jomblo! Itung-itung sedekah sama yang tua!

Kalau kalian pikir lagi penampilan Abrisam sama seperti cara bicaranya, maka kalian salah. Ini juga adalah salah satu yang membuat tim HRD terkecoh awalnya saat wawancara. Abrisam di waktu wawancara benar-benar lakik! Karena Bara mengajukan syarat harus laki-laki jika ingin memberikannya seorang PA. Ia tidak ingin ada wanita lain di sekitaran hidupnya sebelum Mae ditemukan.

Perawakan PA baru ini begitu kontras jika si empunya sudah membuka mulut untuk bicara. Tangan kanan Abrisam dari pergelangan tangan sampai pundak dan dadanya dipenuhi tato. Entah lah tato apa saja. Karena penuh sekali. Badannya tinggi dan berotot meskipun tidak setinggi dan seberotot Bara. Tujuh tindik di kedua telinga masing-masing empat di kiri dan tiga di kanan. Wajahnya tampan, meskipun tidak sama seperti ketampanan Bara atau Baskara yang menjurus ke tampan pria dewasa yang macho dengan berewoknya dan juga tatapan mata mereka yang tajam. Abrisam bisa dibilang perpaduan wajah hello kitty berbadan Rambo. Wajahnya tampan dan imut dengan kulit wajah glowing ala selebgram. Tapi kalau lihat leher ke bawah seperti preman. Yah. Bisa dibilang Abrisam ini setipe dengan idol Korea Selatan KW dengan wajah oriental jawa.

Isam mengulurkan tas selempangnya di meja lain. Kemudian ia ambil laptopnya sebelum menyamankan diri di atas kursi dengan satu kaki di atas kaki lain. Bara menaikkan satu alisnya melihat cara PA nya duduk. Entah bagaimana bisa mahkluk Tuhan paling rancu ini nyangkut di perusahaannya.

"Gimana pencarian kamu minggu lalu? Dapet info baru?" Tanya Bara tanpa memindahkan fokusnya dari kontrak-kontrak itu.

Abrisam mengerlingkan matanya. Pemuda ini selalu gemas dengan sikap bosnya yang tsundere kalau kata para wibu. "Isam udah cari, Pak. Orang yang Isam bayar bilang katanya nggak ada di sana masa? Tapi nggak ada laporan kalau doski pindah ke tempat lain, sih. Mungkin Mbaknya lagi jalan-jalan kali?" Lapornya dengan nada sebal yang dibuat-buat manja.

Bara menahan geraman frustrasi. Tidak ada yang tahu jika diam-diam Bara juga menugasi Abrisam untuk mencari keberadaan Mae. Ternyata selain bisa diandalkan dalam pekerjaannya, Abrisam juga bisa melaksanakan tugas sampingan, yaitu membantu Bara mencari keberadaan Mae.

"Kamu sebar lagi orang lebih banyak ke tempat yang sekiranya didatangi Mae!"

"Siap, Bapak!" Abrisam berhormat di depan Bara.

"Saya bukan bapak kamu!"

"Terus Bapaknya siapa, Pak?" Ledek si idol KW.

"Bukan bapaknya siapa-siapa." Ketus Bara acuh tak acuh.

Isam mengerling manja. "Ya udah, sih. Jadi Daddy ketemu gedenya Isam aja gimana, Pak?"

"Apa kamu bilang?"

Bukannya takut, si PA kitty rambo ini malah terkikik. "Galaknya, Pak! Gemes saya! Ih!"

"Keluar!"

"Galaknya ngangenin, Pak..."

"Astaga! Isam!" Bentak Bara. Rupanya kali ini kesabaran Bara sudah terkuras habis untuk menghadapi anak buah barunya yang ajaib ini.

"Siap, Ndan!" Seru Abrisam dengan suara laki-lakinya.

Kabur duyuuuu~!!

Melihat PA nya yang hancur-hancuran itu keluar, Bara merasa sepuluh tahun usianya hilang begitu saja. Bagaimana mungkin ia harus bertahan dengan PA seperti ini? Sampai kapan?

Ya Tuhan, Mae...
Mas kangen, Sayang!

To be continue...

Jangan lupa VOTE atau KOMEN!! 🙏🏻

Bara & Mae [COMPLETED]Where stories live. Discover now