Part 43: Tak Dihiraukan

2K 112 3
                                    

Sebelum baca WAJIB untuk VOTE atau KOMEN!! Hehehe 😜

Sorry for typo!! Happy reading!!

"Nas, ini diapain nih gorengannya? Banyak banget? Lo masih ngidam emangnya?" Teriak Mae dari dapur. Tadi ia dimintakan tolong untuk menggoreng pisang. Adonannya dan pisangnya sudah dibikin oleh Nasayu. Tapi tiba-tiba saja punggungnya terasa sakit karena terlalu lama berdiri.

"Gue aja sini. Lo duduk sono!" Perintah Mae kemudian ketika melihat wanita yang ia anggap sahabatnya kini menggosok-gosok punggung mungilnya.

"Diangkat taruh piring aja, Nyah. Mas Bas ada tamu katanya!" Balas Nasayu tak kalah kerasnya dari arah ruang tengah.

"Busyet dah itu bumil teriaknya kenceng banget kayak pake toa masjid." Celetuk Mae. Ia memindahkan semua pisang goreng yang sudah ditiriskan dari minyak. Setelahnya ia bawa ke ruang tengah.

"Mau taruh mana? Rumah sini atau rumah depan?" Rumah depan adalah rumah Pakde Suryo yang dimaksud Mae.

"Taruh aja di sini, Mae. Kamu duduk sini aja," Ujar Nasayu sambil menepuk-nepuk sofa tua tempat ia duduk.

"Kalau gitu bentar. Gue mau meriksa Chacha dulu," Sahut Mae, kemudian masuk kembali ke sebuah kamar yang dari kemarin ia tempati sejak kedatangannya.

Setelah ditinggal Mae masuk kamar, tidak lama kemudian Nasayu mendengar suara gaduh dari depan rumahnya. Sepertinya Baskara dan tamunya sudah datang. Nasayu mau bangun menyambut kedatangan para tamu tersebut tapi ia kesusahan bangun. Berat sekali rasanya. Akhirnya bumil itu pasrah dan duduk saja. Capek sekali badannya.

"Ayu, dimana kamu?" Terdengar suara suaminya. Lalu tidak lama kemudian disusul sosoknya yang selalu tampak ganteng dan memesona bagi sang istri. Sungguh. Sampai sekarang masih belum bisa wanita itu percaya kalau pria yang dulu menjadi atasannya kini sudah jadi suaminya.

"Mas, maaf. Ayu nggak bisa berdiri. Agak susah," Nasayu meringis sambil mengelusi perut buncitnya.

Baskara langsung sigap. Ia bergegas mendekati istrinya. Wajah kelelahan tergambar jelas di sana. "Kamu jangan banyak gerak, Yu. Mas khawatir. Apalagi sebentar lagi kamu lahiran. Sudah di sini saja," Tukasnya yang membuat Nasayu kembali terharu. Suaminya ini sejak ia terima keberadaannya, tidak pernah tidak membuatnya semakin sayang.

Nasayu tersenyum lebar. Ia usap lembut pipi suaminya yang berjambang lalu ia kecup bibirnya lembut. "Emang yang dateng siapa sih, Mas?" Tanya Nasayu kemudian. Ia pikir kalau tamu Baskara, mungkin saja orang-orangnya dari Jakarta. Karena tidak mungkin Baskara punya tamu di daerah Klaten. Karena sebelumnya tidak pernah datang tamu yang seperti itu.

Baskara menghela napas panjang. Ia teliti wajah istrinya sebelum meminta maaf karena sudah melanggar janji. "Maafin Mas ya, Yu. Tapi kemarin Mas nelpon Bang Bara. Itu dia yang datang,"

Nasayu melotot kaget. Bumil ini langsung panik. "Aduh, Mas. Mae bisa marah ini...!" Ujarnya gelisah.

"Nggak apa-apa, Yu," Baskara mencoba menenangkan istrinya. Walau sebenarnya memang keadaan sekarang jadi lebih rumit. Tapi mau bagaimana lagi, Baskara benar-benar berhutang budi besar pada sepupunya ini.

Nasayu mendecak sebal. Ia pukul pundah suaminya itu. "Ish! Kalau Mae marah Ayu nggak mau ikut-ikutan!"

"Iya, Sayang. Mas yang tanggung jawab." Yakin Baskara kepada istrinya yang masih tidak begitu percaya padanya bahwa semua akan baik-baik saja.

"Nas, Chacha ngompolin gue, dong, habis disusuin—!" Seru Mae tiba-tiba. "Eh! Pak Baskara. Ya udah deh, saya ke belakang dulu." Pamit Mae. Tapi sebelum wanita itu beranjak, ada satu suara yang memanggilnya. Suara yang sudah lama sekali tidak ia dengar lagi. Suara yang jauh di lubuk hati paling dalam, membuatnya rindu.

Bara & Mae [COMPLETED]Where stories live. Discover now