17. Sisi yang rapuh

12.5K 1K 37
                                    

.

§

.
Typo bertebaran
.

.
Happy Reading
.

§

.

Seorang pria paru baya yang telah pulang kerja memasuki rumahnya yang tampak megah, ia adalah Antoni Adnan Agraham.

Ia disambut oleh para bodyguard dan maid di sana.

"Selamat datang tuan" Ucap salah satu  bodyguard

"Hmm"

"Dimana mereka? "

"Tuan muda Aska dan tuan muda Aksa sedang di kamar mereka tuan. Mereka baru saja selesai melaksanakan makan malam"

Tentu saja mereka baru saja selesai makan malam, karena jam menunjukkan pukul 7 malam.

Setelah mendengarnya ia pergi menuju ruang kerjanya. Ruangannya tampak bersih dan rapi, memang ia tak lelah baru pulang malah kerja lagi. Tapi masalahnya ia tak akan mengerjakan mengerjakan pekerjaannya saat ini, ia mengambil telepon di sakunya dan menghubungi seseorang.

"Keruangan kerjaku, bawa" Ucapnya singkat

Tak lama kemudian seseorang mengetuk ruang kerjanya.

Tok

Tok

Tok

"Masuk"

"Mana?" Ucapnya

"Kau pikir bisa menyembunyikannya dariku, gurumu menghubungiku. Jika hari ini ada ulang"

Anak tersebut tidak berkata apa-apa, ia menatap datar orang di hadapannya dan menyerahkan kertas ulangan yang dimaksud.

"Apa ini? Hmm"

"Bukankah aku sudah bilang dapatkan nilai sempurna"

"Memang Ayah pikir mudah mendapatkan nilai sempurna?" Ucapnya datar tampak tenang. Namun, saat ini ia menyembunyikan kegugupannya dengan wajah datarnya.

"Berani menjawab, buka bajumu"

Ia tetap diam tidak melakukan perintah Ayahnya.

"Apa salahku Ayah?" Ucapnya lirih saat ini ia tak lagi menatap Ayahnya, ia menunduk.

"Kau tanya apa salahmu, salahmu adalah karena tidak mendapat nilai sempurna"

"Kau bahkan kalah dengan anak yang lebih muda darimu Aksa" Ya, anak tersebut adalah Aksa Putra Agraham

"Bukan itu yang ku maksud, kenapa Ayah mengekang ku? Kenapa Ayah menuntutku untuk menjadi sempurna? Kenapa Ayah tidak menuntut Kak Aska juga? Apa salahku bukankan aku juga anak Ayah" Ucapnya dengan menatap mata Ayahnya, tak terasa air mata telah membanjiri wajahnya.

"Kau sudah banyak bicara sialan" Antoni membuka baju Aksa dengan kasar

"Berdiri dengan benar" Ucapnya melepaskan ikat pinggang yang ia pakai

CTAS

CTAS

CTAS

Suara cambukan yang Antoni berikan pada punggung Aksa. Aksa tidak menjerit atau meringis, ia serasa kebal pada cambukan tersebut.

"Kau bilang kau anakku? Kau adalah anak dari wanita itu dengan pria lain"

"Bisakah kau membanggakan ku dengan nilaimu itu hah?"

BerubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang