21. Pengakuan

10K 865 12
                                    

.

§

.
Typo bertebaran
.

.
Happy Reading
.

§

.

Hari mulai Sore, matahari akan digantikan dengan bulan. Alvin saat ini sedang perjalanan menuju rumahnya setelah puas bermain dengan teman-temannya.

Alvin memberhentikan motornya dihalaman rumah, sebenarnya ia malas untuk pulang. Tapi mengingat Agam akan mengakui kesalahannya hari ini ia pulang untuk melihat sebuah drama. Seharusnya ia tadi membeli cemilan.

Saat ia membuka pintu rumahnya hawa dingin dan ketegangan yang ketara ia rasakan. Para maid dan bodyguard menunduk takut.

Alvin melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga, dapat ia lihat keluarganya? Ada di sana. Tapi ada sesuatu yang membuatnya tertawa dalam hati.

Agam yang duduk bersimpuh di lantai dengan kedua kakaknya serta Daddynya duduk di kursi dengan menatap datar dan dingin Agam yang sedang menangis. Pemandangan yang langkah pikiranya.

"Aku akan mulai darimu Agam Franza Smith atau Xander Agam Garsia, aku akan menghancurkan kalian semua hahahaha" Batin Alvin tertawa jahat

"Ada apa ini?" Tanya Alvin dengan mendekati keluarganya, membuat mereka menegang dan menoleh kepada Alvin.

Tatapan keluarganya tampak campur aduk, kecewa, sedih, takut, dan merasa bersalah. Dengan santai Alvin duduk melewati mereka.

"Lanjutkan, kenapa berhenti?" Tanya Alvin sedikit kesal padahal ia ingin melihat drama tapi mereka malah berhenti dan menatapnya cukup lama.

Mendengar perkataan Alvin  terdengar helaan nafas dari seberang sana.

"Siapa yang menyuruhmu?" Edgar mulai membuka suara, dengan suara dingin ia bertanya pada Agam.

"MAGASA XANDER GARSIA" Jawab Agam yang mulai sedikit tenang. Mereka yang mendengarnya cukup terkejut sebenarnya hanya Endra, Gana dan Edgar saja yang terkejut. Karena Magasa adalah salah satu sahabat Edgar yang telah lama tak mengabarinya.

"Siapa dia?"

"Dia Ayah ku, mungkin" Jawab Agam dengan lirih diakhir tapi mereka dapat mendengarnya.

"Apa yang dia inginkan darimu?"

"Memasuki zona keluargamu, mendapatkan perhatianmu dan membuat bungsu keluarga ini tersingkir. Menghancurkan keluargamu secara perlahan dan merebut hartamu. Itu yang dia suruh padaku" Mendengar jawaban Agam membuat mereka geram tapi mereka menahannya untuk saat ini.

"Apa yang dia tawarkan padamu hingga kamu berani mengusik keluargaku?"

"Hanya sesuatu yang sederhana tapi tak dapat dibeli dengan uang.... Perhatiannya, kasih sayangnya. Aku ingin itu, tapi hal itu sangat mustahil untuk ku dapatkan darinya" Ucap Agam dengan terkekeh pelan diakhiri.

"Tapi aku malah mendapatkan kasih sayang dan perhatian itu dari kalian saat ini, aku bersyukur bisa mendapatkan kasih sayang dari kalian. Tapi aku tidak terlalu menikmatinya, karena harus bahagia di atas penderitaan orang lain. Aku minta maaf. " Lanjutnya.

"Dari perkataanmu bukankah kau sangat menyesal?"

"Sungguh aku menyesal akan hal ini, aku minta maaf"

"Lalu apa yang akan kau lakukan untuk menebus penyesalanmu itu hmm?" Tanya Edgar dengan menyeringai, dari beberapa pertanyaan itu ia bisa menyimpulkan untuk memanfaatkan anak ini.

"Dasar pak tua licik, dia ingin memanfaatkan Agam. Sudah kuduga" Batin Alvin melihat drama didepannya ini.

"Tapi apa yang bisa dilakukan orang yang pernah berkhianat, menusuk lawan dari belakang?" Lanjutnya.

"Aku akan melakukan semua yang anda minta, jika aku bisa"

"Jika kau tak bisa?"

"Terserah anda ingin bagaimana"

"Baiklah, jadi anak baik selanjutnya"

"Kembali ke kamarmu, dan aku ingin kau melakukan satu hal. Kita bahas nanti di ruang kerjaku"

"Baik tuan"

"Panggil aku Daddy dan bertingkah seperti biasa, agar musuh tidak curiga"

"Ah baik Daddy"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
______________________________________

Disebuah kamar terdapat dua orang remaja yang sedang duduk bersama, ia adalah Agam dan Alvin. Lebih tepatnya Agam duduk lesehan disamping ranjang Alvin dan Alvin duduk di depan balkon membelakangi Agam. Susananya hening sampai salah satu dari mereka memecahkan keheningan itu.

"Aku sudah melakukan apa yang kamu minta Alvi" Ucap Agam melihat Alvin yang membelakanginya.

"Jadi?"

"Aku minta maaf, aku salah, aku bodoh"

"Iya, lo bodoh sampai sekarang pun tetep bodoh"

"Lo tau mereka hanya manfaatin lo?" Lanjut Alvin menatap lurus ke depan, melihat bodyguard yang berlalu-lalang di bawah.

"Aku sadar kok" Ucap Agam menampilkan senyum bodohnya.

"Bahkan kamu juga sama seperti mereka Alvi, kamu gak akan diem aja sama perlakuan mereka dulu sama kamu karena aku"

"Aku penyebabnya Alvi, jadikan aku pionmu untuk menghancurkan mereka yang menyakitimu" Alvin tersenyum sinis mendengar ucapan Agam. Lalu berdiri dan menghampiri Agam, menepuk pundak Agam pelan.

"Ini rencana lo?"

"Mungkin, hehe"

"Rencana aku itu, buat Alvi jadi adek aku. Habis ini pasti kita tidak akan bertemu lagi. Entah kenapa, tapi firasat aku kayak bilang gitu."

"Aku pingin kamu jadi saudara aku, aku juga gak tau rencana kamu itu apa Alvi, yang terpenting kamu tau aku minta maaf dengan tulus ke kamu"

"Aku mau jadi kakak terbaik buat kamu, untuk menebus kesalahan aku ke kamu" Ucap Agam panjang lebar dengan memeluk Alvin, Alvin diam saja mendengarkan Agam dengan seksama.

"Aku minta maaf sama kamu"

"Kamu tau kan kak kata maaf aja gak cukup buat aku bisa ngelupain apa yang telah terjadi" Ucap Alvin membalas pelukan Agam dan menekan kata kak dalam ucapannya.

Agam yang mendengar ucapan Alvin terdiam sesaat. Tak terasa air mata Agam jatuh tanda izinnya.

"Aku butuh tindakan bukan sekedar kata, kata maaf itu gampang diucapkan. Tapi tidak dengan perbuatannya, jika ini tetap berulang bukankah sama saja"

"Menurutku kata maaf saja itu tidak berguna"

"Aku akan melakukan seperti yang kamu mau Alvi, aku salah, aku minta maaf sama kamu hiks" Ucap Agam terisak, melepaskan pelukannya dan menatap Alvin dalam.

"Udah sono mewek aja, keluar sono" Usir Alvin

"Apaan sih kan lagi sedih hiks" Balas Agam mengusap air matanya dengan kasar.

"Gue gak mau punya kakak cengeng kayak lo"

"Udah ah, mau ke kamar aja"

"Tetep panggil aku kakak" Ucap Agam mengelus kepala Alvin sebelum pergi

"Ogah"

"Biarin" Ucap Agam tertelan dibalik pintu

"Tanpa lo minta, lo udah jadi pion gue tanpa lo sadari. Gue bakal hancurin semuanya nanti. Gatau gue bakal sanggup atau enggak." Batin Alvin

"Gue benci semua ini, Entah rencana gue bakal berhasil tau sia-sia"

BerubahWhere stories live. Discover now