Umroh

787 82 15
                                    

🌸Aku Merindu part 1🌸

"Andin?"
Lelaki dengan pakaian gamis menjuntai berwarna hijau itu terus memanggil wanita di hadapannya.

"Andini karisma Putri?" Pekiknya tak henti memanggil dengan tatapan sayu.

Wanita yang baru saja dipanggil itu ternganga sebab kaget karena sudah disentuh begitu saja oleh lelaki yang tidak dikenalnya. Lengannya di genggam erat oleh si pria yang rupanya Aldebaran.
"Maaf ... anda siapa?" tanya wanita itu Wanita berkerudung putih dengan setelan gamis yang senada menatap heran ke arah Aldebaran yang tidak henti memandangnya lekat.

"Tolong lepaskan tangan saya!" pintanya sembari coba menepis genggaman Aldebaran.

"Andin, bagaimana kamu ada di sini?"
Semakin gelisah, wanita yang disebut Andin itu mulai tidak nyaman. Dia pun dengan keras menarik tangannya hingga lepas. Aldebaran sempat terhenyak dengan gerakan tersebut.

"Saya bukan Andin. Anda mungkin salah orang," kata si wanita."Permisi," sambungnya lagi yang langsung pergi meninggalkan Aldebaran.

Al merasa aneh juga tidak percaya. Wanita itu begitu mirip dengan istrinya, wanita yang sudah meninggalkan dirinya tiga tahun lalu karena sebuah kecelakaan. Al berharap ini hanya mimpi sebab dia baru saja berdoa untuk almarhumah sang istri. Keberadaannya di atas Jabal Rahmah begitu membuat khusyuk ketika berdoa sehingga ia bertubrukan dengan wanita yang baru saja dia anggap Andini karisma Putri. Aldebaran menarik napas berat, ia beristighfar beberapa kali. Berharap apa yang baru saja dialaminya hanya sebuah ilusi.

"Apa kamu juga ikut bersamaku di sini, Ndin. Aku beribadah umroh karena ingin menenangkan diri dan berharap yang terbaik untuk mu di sana. Kita memang sudah beda dunia, tetapi cinta itu tetap sama istriku," gumamnya.

Aldebaran Alfahri melanjutkan langkah untuk kembali ke tempat yang lain. Setelah beberapa hari umrah dan selesai berdoa di Jamal Rahmah saatnya dia ke Masjidil haram untuk mengejar berjamaah salat magrib bersama jamaah lainnya. Tidak sendiri, dia bersama rombongan lain. Acara umroh disediakan oleh tim CEO dari beberapa perusahaan yang bekerja sama. Salah satu Aldebaran Alfahri sebagai anggotanya. Al bersyukur bisa menuju tanah suci, meski dia pun menyayangkan karena tidak bisa melaksanakan ibadah tersebut dengan sang istri dulu. Pun dengan keluarga kecilnya. Selama ini dia merasa sudah lalai pada Tuhannya.

Sibuk bekerja tanpa ingat ibadah yang satu ini. Sering berkeliling dunia, nyatanya baru sekali ini menuju tanah suci. Hal yang tidak terduga, dia justru merasakan kehadiran Andini karisma Putri bersamanya saat ini.
Tidak lama Al sampai. Waktu menunjukkan waktu magrib. Aldebaran khusyuk salat dan tidak lupa berdzikir setelahnya.

Ia terus bermunajat untuk diri juga anggota keluarga di rumah. Ia berdoa khusus untuk ibunda tercinta Rosa Alfahri agar wanita itu diberikan kesehatan, umur yang panjang serta selalu ada dalam limpahan Allah. Ia juga berdoa untuk Reyna, Askara agar kedua anaknya bisa tumbuh dengan Soleh Solehah begitu pun dengan almarhumah sang istri. Tidak pernah berhenti berdoa untuk keberkahan hidup baik di dunia dan akhirat.

***

Suasana pondok pelita disibukkan dengan keriuhan Kiki dan Mirna di dapur. Mereka tengah menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa. Waktu berbuka tinggal satu jam lagi. Bolak-balik untuk merapikan hidangan di meja sedang dilakukan. Sementara Rosa dan kedua cucunya berada di ruang keluarga.

"Oma, Papa kapan pulang dari umroh?" tanya Reyna.

"Tiga hari lagi sayang," jawab Rosa.

"Asik ... berarti papa bisa lebaran bareng kita, dong."

"Iya, tentu saja. Papa pasti lebaran di sini."
"Reyna kangen Papa, nih."

"Aska juga kangen papa," timbrung Askara dengan nada cadelnya. Bocah tiga tahun itu  berhambur ke dalam pelukan neneknya.

"Oma juga udah kangen sama papa kalian."
Suara handphone berdering. Video call dari Aldebaran masuk. sebuah kebetulan di mana keluarga sedang merindukannya.

"Papa .... " seru Reyna gembira.

"Yey ... puapa." Askara tak kalah girang.

"Assalamualaikum, Ma. Sehat?" tanya Al.

"Waalaikumusssalam, sehat Al. Alhamdulillah."

"Sudah pada buka puasa belum?"

"Sebentar lagi, Al. Kira-kira tiga puluh menit lagi," balas Rosa.

"Iya juga, ya. Papa kangen kalian, nih."

"Kita juga kangen Papa," kata Reyna antusias.

"Puapa .... "

"Iya, Nak."

"Al mereka gak sabar pengen ketemu kamu."

"Aku juga, In Syaa Allah sebentar lagi aku pulang, kok."

"Iya, yang penting kamu beribadah yang khusyuk di sana."

Obrolan itu tidak lama karena ada interupsi dari Kiki yang memberitahu jika santapan berbuka sudah siap. Tidak ingin berlama-lama Rosa dan kedua cucunya segera ke ruang makan. Kiki dan Mirna ikut   bersama. Kehangatan keluarga di pondok pelita selalu terasa. Hanya kali ini selama tiga tahun tentu saja terasa berbeda tanpa seorang Andini karisma Putri. Tak sengaja Rosa melirik ke arah Reyna yang terus saja memandangi kursi yang selalu diduduki ibunya tersebut. Rosa paham ada kerinduan yang begitu dalam pada sosok almarhumah menantunya itu.

***

Beberapa hari terlewati hingga tiba waktu Al dan rombongan kembali ke Jakarta. Semua sudah ada di bandara. Dua hari menuju hari raya idul Fitri. Semua tampak gembira karena tidak akan melewatkan lebaran bersama keluarga. Al tersenyum bahagia karena perjalanan umrahnya berjalan dengan baik. Setelah cukup lama akhirnya mereka sampai di bandara Soekarno Hatta. Al dijemput oleh Rendy dan Riza. Mereka saling bertukar kabar.

"Kalian duluan, saya harus angkat telpon dulu," ucap Al pada kedua asistennya.
Al pun berdiri di lobi dengan menerima telpon dari rekan kerjanya. Ada beberapa hal penting yang sedang di diskusikan. Al terus berbincang dengan serius, begitu pula dengan suara telpon di sana.

"Aku sudah sampai Abi, sebentar lagi ketemu abi sama Rasya juga. Aku kangen kalian." Suara perempuan terdengar lembut dari arah belakang. Tidak sadar jika dua orang yang saling membelakangi itu tengah asik berbicara di ponsel. Yang satu sibuk bahas bisnis, satunya lagi sibuk berucap rindu pada keluarga. Aldebaran akhirnya selesai menelpon, sedangkan si perempuan masih terdengar mengobrol.

"Kenapa jemputan aku lama, Bi?" tanyanya.

Suaranya samar terdengar oleh Al. Lelaki itu, berusaha menoleh namun tiba-tiba ponselnya terjatuh karena tersenggol oleh perempuan itu. Al pun kaget dan coba mengambil ponselnya di lantai lobi.

"Hei ... Rama aku di sini!" teriak si perempuan yang tidak sadar jika baru saja menyenggol Aldebaran. Al menarik napas perlahan dan menggelengkan kepalanya. Ia merasa menyayangkan dengan sikap perempuan tadi. Perempuan itu melangkah cepat sebab sudah ada orang yang datang menjemputnya, tetapi saat sadar bahwa baru saja dirinya membuat kesalahan karena sudah menyenggol seseorang. Ia pun berbalik arah dan mendekati Aldebaran.

"Maaf, mas ... barusan saya tidak sengaja. Seharusnya saya hati-hati," ujarnya sambil mengatupkan kedua tangannya.

Al membuka kacamata hitamnya. Betapa terkejutnya dia dengan seseorang yang dihadapinya saat ini.

"Andin?" pekiknya tidak percaya.

Wanita itu pun sama halnya terkejut. Ekspresinya begitu heran sambil terus mengernyitkan dahi,"Mas?"

Bersambung

Aku MerinduWhere stories live. Discover now