Putriku

210 61 10
                                    

🌸 Aku Merindu part 6🌸 hari kerja

"Hai Al," suara Elsa terdengar dan membuat Aldebaran terhenyak. Wanita itu duduk di sebelahnya. Elsa memasang senyum sebagai awal pertemuan mereka agar tidak canggung.

"Elsa," ujar Al dengan tatapan heran.

"Kok, mandangin akunya begitu? Maaf pasti kamu kaget. Aku gak ganggu, kan?" tanya Elsa khawatir.

Al hanya diam sambil tersenyum kecut. Biarpun begitu Elsa lalu menarik napas perlahan dan mengembuskannya. Dia sedang bosan, ketika melihat Al sendiri sengaja ingin menyapa sekadarnya. Namun, ia juga penasaran karena Al melamun sendiri.

"Aku gak ganggu kamu, kan?" Elsa kembali menyunggingkan senyuman. Aldebaran hanya menatapnya saja sebentar.

"Lihat Reyna dan Askara, mereka asik bermain dengan opa juga Oma nya. Kamu pasti senang juga lihat mereka."

"Iya, mereka harus selalu dihibur. Beruntung mama dan pak Surya selalu ada." Al merespon sambil menoleh ke arah anak-anak di taman.

Elsa mengembangkan kedua bibirnya,"Aku juga senang melihat dua keponakan yang sudah mulai besar. Tidak terasa, ya," kata Elsa.

"Sepertinya aku mau istirahat sebentar. Permisi dulu, Elsa," ucap Al pamit dengan cepat.

Elsa mengerutkan dahi dan merasa aneh dengan sikap Aldebaran. Namun, dia memaklumi sebab itulah sikap Al yang memang selalu tertutup padanya. Malah Elsa sedikit takut jika Aldebaran tidak menyukai kehadirannya di pondok pelita. Ia sadar jika dirinya bukanlah orang penting di sana, hanya sebatas ipar saja. Namun, akhir-akhir ini perasaannya tidak menentu jika bertemu kakak iparnya tersebut. Elsa harap itu bukanlah cinta, tetapi sebuah kekaguman di mana Al adalah sosok lelaki yang begitu setia terhadap Andini karisma Putri.

***

Setelah beberapa hari dari hari raya saatnya kembali beraktivitas. Al dan para karyawan termasuk Rendy sibuk bertemu investor baru membahas kontrak kerja. Mereka meeting di sebuah hotel ternama. Al dan Rendy begitu antusias mengikuti meeting. Apa lagi, investor kali ini adalah Abdullah Ahmad seorang pengusaha brand muslim yang sudah mendunia. Abdullah akan inves dalam produk di PT sejahtera. Ia akan memberikan dana awal yang cukup besar dan membuat Aldebaran begitu takjub sekaligus puas. Keduanya lalu saling menandatangani kontrak secara bergiliran.

"Semoga sukses dan berkah," ucap Abdullah sambil menyalami Aldebaran.

"Aamiin," balas Aldebaran.

Kedua pengusaha itu berada di hotel hasil rekomendasi asisten kepercayaan yaitu Rendy. Abdullah senang dengan suasana hotel, dia pun ingat jika putrinya Amanda berada di hotel yang sama. Benar, Amanda sedang rapat dengan staf barunya yang hanya beberapa orang saja. Sekitar empat orang, dia mulai mendiskusikan tentang butik baru yang akan dibuka minggu depan. Mulai dari tempat, rekrut karyawan sampai marketing sudah dipersiapkan. Tinggal peresmian saja. Semua sudah terencana dengan baik. Amanda bersyukur karena timnya begitu mengerti dengan deadline yang diberikan olehnya sebelum dia tiba di Jakarta. Selesai meeting mereka pun lanjut makan siang di bagian restoran.

Tim Aldebaran berjalan menuju restoran begitu juga tim Amanda. Mereka satu lantai dan akan menuju bawah. Rupanya tim Amanda lebih dulu masuk lift, setelahnya baru tim Aldebaran. Ketika sampai di ruang restoran semua bersiap duduk di tempat yang sudah disediakan. Giliran tim Aldebaran yang sampai. Asisten Abdullah melihat sosok Amanda dan memberitahu atasannya. Abdullah tersenyum.

"Pak Aldebaran, sepertinya saya harus menemui seseorang. Apa anda bersedia makan siang bersama saya?" tanya Abdullah

Aldebaran sebetulnya agak sungkan, dia meminta tim yang lain melanjutkan acara, sedangkan dia akhirnya menerima tawaran Abdullah. Mereka langsung menuju ruang VVIP lainnya.

"Anda sudah ada janji lain rupanya."

"Tidak, hanya saja saya ingat seseorang sedang berada di sini juga. Saya harus menemuinya."

"Apa rekan kerja anda?"

"Nanti anda tahu. Maaf jika membuat anda menunggu."

Sementara itu, Amanda yang mendapat panggilan telpon dari asisten sang ayah bergegas untuk menemui Abdullah. Dia senang jika ayahnya juga berada di sana. Dia pun meminta timnya untuk makan siang lebih dulu, sedangkan dia akan bersama sang ayah.

Amanda pun diberitahu ruangan di mana sang ayah akan makan siang. Dia menuju ke sana dengan cepat hingga tanpa sengaja berpapasan dengan Rendy yang baru saja dari toilet. Rendy termangu sebab ada perempuan yang begitu mirip dengan seseorang yang dia kenal.

"Bu Andin?" pekiknya.

Amanda mendengar samar, tetapi dia terus melangkah cepat ke arah ruangan ayahnya.
hingga dia sampai dan menyapa sang ayah.

"Assalamualaikum Abi?"

"Waalaikumusssalam, Nak."

Al yang sibuk merapikan jasnya langsung menoleh ke arah suara yang tidak asing baginya. Dia terkejut sekaligus tidak percaya jika wanita itu memanggil Abdullah ayah. Hampir sama, Amanda menganga ketika melihat ada lelaki yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya justru duduk di samping sang ayah.

"Dia?" gumamnya dalam hati.

Kedua orang yang pernah bertemu itu saling diam dan seperti ada kekakuan yang membuat mereka kikuk. Abdullah justru sebaliknya, lelaki itu dengan bangganya memperkenalkan Amanda sebagai putrinya.

"Kenalkan ini Amanda Ryana Ahmad, putri sulung saya." Abdullah menunjuk Amanda.

"Aldebaran Alfahri." Aldebaran menjulurkan tangannya. Namun, Amanda mengatupkan kedua tangan tanda tidak bisa bersalaman.

"Maaf," kata Al dengan menelan saliva.

Amanda menjadi geregetan rupanya sang ayah mengenali lelaki itu. Mereka akan makan siang bersama satu tempat. Ada rasa risih sebab Aldebaran selalu saja meliriknya dengan penasaran.

***
Di balik pintu ruangan, Rendy masih ragu dengan apa yang baru saja dia lihat. Lelaki itu terus meyakinkan diri jika baru saja ia tidak salah lihat. Ada wanita yang mirip dengan almarhumah istri atasannya Aldebaran. Dia tidak ingin fokusnya saat ini terganggu sehingga ia kembali menepis prasangka tersebut. Sementara di dalam suasana makan sedikit canggung. Abdullah tidak peka dengan dua orang yang sedari tadi hanya diam saja. Lelaki itu terus saja merekomendasikan Amanda dan produk muslimah milik putrinya. Aldebaran hanya tersenyum tipis mendengarnya. Ia pun selalu memberikan tanggapan kagum pada pria yang sudah menjadi investornya itu.

"Jadi wanita ini putri semata wayangnya," gumamnya dalam hati.

"Abi lebay banget sih ngenalinnya. Aku jadi gak enak," gumam Amanda pula dalam hati.

"Dia begitu mirip dengan Andin. Kenapa bisa?"

"Dia lihatin aku terus lagi. Dasar mata nakal. Belum pernah lihat wanita cantik apa?"

"Tidak Al, berbeda. Lihat saja sikapnya kurang bersahabat, dia juga berhijab dan agak kurusan."

"Astagfirullah ... kenapa sih, tuh orang lihatin aku begitu amat?"

Kedua orang itu sibuk dengan dugaan dan isi hati masing-masing. Berbeda di mana Abdullah justru tengah lahap menyantap hidangan yang disediakan. Setelah itu, dia membuat kedua orang yang sedari tadi hanya fokus pada pikiran sendiri menjadi terkejut secara bersamaan.

"Saya bersama paman Amanda sedang mencari jodoh untuknya, apa anda bersedia membantu atau mungkin memiliki teman yang sekiranya pantas untuk putri saya?" tanya Abdullah penuh harap. Aldebaran dan Amanda hampir saja tersedak. Namun, itu justru jadi pemandangan yang membuat Abdullah ikut terkejut dengan ekspresi keduanya.

"Abi?" pekik Amanda.

"Jodoh?" pekik Al tak mau kalah.

"Iya, jodoh untuk putri saya, Amanda," kata Abdullah meyakinkan.

Bersambung

Aku MerinduOnde histórias criam vida. Descubra agora