Kegelisahan

198 43 8
                                    

🌸Aku Merindu part 23 🌸

"Biasanya bunda Amanda ajak Reyna dan Askara jalan pagi. Sekarang sepi, Pa. Padahal Reyna suka kalau diajak jalan-jalan," rengek Reyna mencurahkan isi hatinya pada Aldebaran.

"Bunda Amanda pasti datang lagi, kan?" tanya Reyna berkaca-kaca.

"Reyna kita makan malam dulu, ya, Nak. Papa Al mau istirahat. Biar Oma temenin kamu makan, oke!"

Rosa meraih lengan Reyna dan mengajak anak itu melangkah ke ruang makan. Aldebaran menatap kepergian putrinya dengan rasa sesak di dada. Matanya mulai berkaca-kaca sebab ada perasaan gundah terasa. Saat semua sudah menerima justru Amanda dibawa pergi. Ada rasa rindu yang hadir. Setelah membuka pintu kamar, suasana terasa hening saat seluruh pandangan tertuju pada setiap sudut kamar. Bayangan sosok wanita yang sibuk merapikan tempat tidur, lalu membuka jendela kamar, kemudian membuka lemari dan meraih pakaian kemeja kesukaan Aldebaran. Mendekati lalu tersenyum dan berdiri tepat di hadapan lelaki itu.

"Aku pasti bisa membuat seorang Aldebaran jatuh cinta. Karena tekadku untuk jadi istri yang baik," ujar Amanda.

"Kalau sudah jatuh cinta jangan menangis, ya," sambungnya kemudian membalikkan badan dan melenggang pergi dari hadapan Aldebaran. Lelaki itu langsung mengerjap dan sadar jika baru saja dirinya mengingat sosok Amanda. Hati tidak bisa dibohongi lagi, rasa itu mulai menguat. Ia menatap ke arah poto yang terpampang di dinding. Photo istri pertama yang telah pergi.

"Andin ... sekarang Amanda juga pergi," lirihnya sambil memandang pekat Photo tersebut.

"Pergi dengan cara berbeda, tetapi sama-sama menyakitkan. Kalian tega pada saya. Andini karisma putri juga Amanda," paparnya lagi dengan suara bergetar.

"Apa keseharian saya harus menjadi sosok yang merindukan sesuatu yang hilang dengan sekejap? Muncul lalu menghilang lagi? Kemudian merasakan rindu tak berujung?"

Aldebaran terus merutuki keadaannya. Matanya sudah basah, keringat berganti air mata juga desah keputusan asaan.

"Apa saya harus menyerah, Ndin?" tanyanya terus memanggil.

detik waktu bergulir perlahan menjadi saksi kegundahan lelaki itu. Ia tak sadar ada rangkulan hangat yang diberikan tiba-tiba. Merasakan sentuhan itu, Aldebaran berbalik masih dengan raut wajah sendunya.

"Aku juga selalu merindukan kamu, Mas Al. Kamu cinta sejatiku. Aku bersyukur selalu ada di hatimu, Mas. Terima kasih," ucapnya lembut seraya tangan kanannya kini mengelus pipi Aldebaran.

"Andin, bawa aku bersamamu," ujar Aldebaran. Namun, sosok wanita di hadapannya menggelengkan kepala dengan senyuman khasnya, terus coba menguatkan lelaki yang begitu ia cintai.

"Mas Al harus kuat. Masih ada Reyna dan Askara. Kuyakin dia juga pasti merindukan mas Al, dia mencintai mas Al seperti halnya Aku," ungkap wanita yang masih terlihat indah di mata suaminya meskipun mereka terpisah dimensi lain.

"Apa yang harus saya lakukan, Ndin?" tanyanya dengan tatapan pasrah.

"Kejar dia, Mas. Bawa kembali ke rumah ini. Anak-anak membutuhkannya. Mereka sudah dekat dan Aku menyukai itu."

"Ndin .... "

"Perjuangkan Dia, Mas. Aku akan selalu menunggumu juga anak-anak nanti."

"Lalu dia?"

"Aku juga ingin mengenalnya. Kita pasti jadi keluarga bahagia. Jangan ragu, Amanda sama sepertiku. Mencintaimu dengan tulus," kata wanita yang sedari tadi dipanggil Andin.

"Aku mencintaimu."

"Dia juga mencintaimu, kejarlah! Demi aku, Reyna dan Askara."

Ungkapan terakhir yang terdengar dari sosok wanita yang selalu Aldebaran rindukan. Wanita itu mengangguk kemudian pergi begitu saja dari hadapan Aldebaran yang kini menarik napas dalam.

***

Amanda justru tidak dapat tidur setelah beberapa hari berada di Dubai. Wanita itu terlihat tidak nafsu makan, ia pun jarang keluar kamar membuat Hisyam sang paman khawatir. Abdullah tidak merasa tindakannya keliru, lelaki itu malah beralibi jika langkah yang diambil untuk kebaikan Amanda sendiri.

"Menurutku itu tidak tepat. Sebaiknya kita undang Aldebaran kemari," tutur Hisyam.

"Tidak. Aku kecewa Hisyam. Dia perlakukan Amanda dengan kurang baik," sanggah Abdullah.

"Bisa saja sekarang mereka sudah saling jatuh cinta Abdullah. Kamu tidak boleh memisahkan dua orang yang sudah menikah. Apalagi cinta sudah hadir. Kamu tahu itu dosa, kan."

"Aku minta Aldebaran ceraikan Amanda."

"Itu dosa, kakakku. Kamu tahu hukumnya, kecuali salah satu dari mereka yang mengajukan perceraian tersebut."

Abdullah menarik napas. Ia sadar yang dilakukannya memang berlebihan. Semua terkikis oleh rasa kecewa. Sikap Amanda memang sudah memperlihatkan jika putrinya itu jatuh hati pada Aldebaran. Pun sebaliknya saat ia di pondok pelita. Aldebaran terlihat syok bahkan belum memutuskan untuk ceraikan putrinya. Aldebaran sosok egois yang sama dengannya. Abdullah pastikan dia bisa meminta surat perceraian dari menantunya.

Hari berganti tanpa terasa. Aldebaran sempat coba hubungi Amanda. Nyatanya komunikasi mereka sengaja diputus oleh Abdullah. Beberapa kali mencoba tidak ada hasil membuat Aldebaran memutuskan datang ke Dubai di mana perusahaan Abdullah berada. Mendapati menantunya datang, Abdullah justru menolak bertemu dan hanya diwakili asisten pribadi. Aldebaran disodorkan dokumen perceraian yang harus ditandatangani saat itu juga. Kesal Aldebaran lampiaskan tanpa lagi ada rasa canggung. Asisten Abdullah pun meminta maaf dan berharap Aldebaran segera pergi dari sana. Sementara itu, Hisyam tahu kabar kedatangan Aldebaran tanpa sepengetahuan Abdullah meminta bertemu di sebuah hotel tak jauh dari perusahaan. Mereka berbincang lama.

"Saya tidak bisa bantu. Semua sudah kakak saya putuskan. Berharap kamu konsisten jika ingin mempertahankan Amanda," terang Hisyam. "Amanda putri yang baik, dia selalu ingin mengalah pada abinya. Saya merasakan ada sesuatu diantara kalian. Mungkin perasaan yang dalam sudah ada. Semoga kamu tidak menyerah, Nak."

"Tolong bantu saya, pak. Bujuklah pak Abdullah kembali. Sampai kapanpun saya tidak akan tanda tangani berkas perceraian. Saya akan tunggu Amanda," papar Aldebaran, "bahkan hingga napas terakhir saya nanti," tambahnya.

"Banyak berdoa, Nak. Tunjukkan niat baikmu ini. Saya merasa Abdullah hanya tengah emosi. Biasanya dia selalu bijak dalam menyikapi masalah. Hanya saja dia memang selalu sensitif tentang pernikahan."

"Bagaimana keadaan Amanda pak Hisyam?"

"Kurang baik. Dia juga jarang keluar rumah, tapi jangan khawatir. Amanda sosok yang kuat. Percayalah jika jodoh kalian panjang, pasti akan ada titik terang."

"Aamiin. Saya sangat berharap."

Di saat Aldebaran tengah di Dubai. Rupanya Reyna mengalami demam tinggi. Tubuh gadis kecil itu menggigil hebat sambil mulutnya menyebut nama Amanda. Bibirnya bergetar terus memanggil membuat Rosa dan Elsa yang ada di sebelah anak itu panik.  Elsa meminta Rosa hubungi Aldebaran segera. Namun, Rosa meminta Elsa bersiap mengantarnya ke rumah sakit.

"Tante .... "

"Reyna harus dibawa ke rumah sakit, sekarang juga. Nanti saya hubungi Al."

"Baiklah."

Elsa pun meminta Kiki dan Mirna menyiapkan keperluan Reyna. Menit kemudian saat tiba di rumah sakit, Reyna langsung dibawa ke ruangan IGD untuk diberikan pertolongan pertama. Semua menjadi panik dan berharap Reyna bisa melewati ini.

"Bunda ... bunda," kata itu yang sempat terdengar dari igauan mulut Reyna.

Di kamarnya, Amanda merasa gelisah. Tatapannya menerawang jauh. Ada kerinduan pada anak-anak. Ia tersenyum simpul kala bayangan Reyna juga Askara hadir. Tidak terasa air mata jatuh melesat tanda rindu yang tidak tertahan. Amanda tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Tentu saja pondok pelita memberinya banyak kenangan.

"Reyna dan Askara, semoga kalian baik-baik saja, sayang," gumamnya kemudian menyeka air mata.

Bersambung
🌸🌸🌸

Minggu ini In Syaa Allah double up, ya😊

Aku MerinduWhere stories live. Discover now