Restu

292 78 15
                                    

Aldebaran dan Amanda akhirnya sepakat dengan rencana pernikahan mereka. Namun, keduanya membuat sebuah janji di atas kertas. Janji yang harus kedua belah pihak sepakati. Bukan kontrak tapi janji. Ya mungkin istilahnya begitu karena mereka berdua tidak ingin dibilang kawin kontrak, tetapi karena memang sudah kesepakatan.
Sepulang dari diskusi tersebut ia bertemu Angga dan Michelle. Mereka saling bertukar kabar dan bahagia bisa kembali bertemu. Semua memberi waktu pada Angga dan Aldebaran untuk berbincang di taman.

"Gue seneng akhirnya bisa balik lagi ke Jakarta dan ketemu Lo, Al," ucap Angga.

"Gue pikir Lo bakal jadi orang Amerika. Masih ingat pulang juga ternyata," balas Al.
"Kasian juga Michi, sama usaha kita yang ada di sini. Apa lagi, saudara, temen-temen ada di sini. Di sana kemarin kita kan lagi ikhtiar. Meski hasilnya belum terlihat."

"Tapi Gue salut. Lo mau ngelakuin apa pun buat Michi. Gue doain semoga kalian bisa segera punya anak."

"Aamiin, thanks bro!"

Sesaat mereka terdiam karena fokus pada pemandangan langit yang begitu terang. Angga melirik sahabatnya dengan penuh rasa penasaran. Pasti ada hal yang tengah dipikirkan lelaki di sampingnya itu.

"Oh ya, Gue udah denger kalau Lo mau nikah lagi. Lo serius, Al?" tanya Angga akhirnya.

Al mengangguk sambil menghela napas kasar. Angga mengerucutkan bibirnya dan ikut mengangguk.

"Pastinya tuh cewek spesial. Bisa membuat Aldebaran Alfahri akhirnya luluh juga," kata Angga sedikit menggoda. Namun, Al tidak merespon perkataannya.

"Yakin, Lo mau cepet nikah lagi?" Terakhir Gue pergi, Lo justru terlihat parah Al. Lo masih syok dengan kepergian Andini karisma Putri," sambung Angga lagi.

"Seharusnya seorang sahabat memberi dukungan, ini malah ingin menjatuhkan."

"Sorry, Gue cuma penasaran. Gue juga punya kabar tentang Andini karisma Putri yang pasti pengen Lo tahu."

Al menatap sahabatnya dengan rasa heran. Angga memberi isyarat seolah dia akan mengatakan sesuatu yang rahasia.

***

Abdullah dan Hisyam diskusi tentang persiapan pernikahan. Amanda tengah melamun karena ragu dengan keputusan yang sudah di ambil. Namun, Rasya yang sedari tadi melihatnya coba menghibur.

"Aunty, ajarin aku main ini," kata Rasya memperlihatkan permainan di depan mereka. Amanda tersenyum dan mengiyakan. Abdullah sempat melirik dan ikut tersenyum dengan sikap putrinya itu. Hisyam justru melihat kegelisahan pada keponakannya yang seperti sedang tidak begitu bergairah.

"Ya aunty ... kok tumpah, aunty salah. Yey ... aku yang menang," ucap Rasya girang.

Amanda mengangkat kedua jempolnya untuk memberikan ekspresi atas kemenangan Rasya.

"Baru diajarin sudah bisa. Bahkan Rasya bisa kalahin aunty Manda, yey."

"Good job," balas Amanda yang setelah itu justru kembali murung.

Tidak lama wanita itu izin meninggalkan keponakannya menuju kamar. Amanda mengambil laptop dan membuka sosial media. Entah kenapa dia ingin cari informasi tentang Aldebaran Alfahri yang kini jadi calon suamiku. Dia dapat banyak informasi baik yang lama dan terbaru tentang gosip mereka. Meski Amanda tidak diketahui oleh orang-orang nyatanya berita itu cukup membuat risih. Setelahnya dia pun membaca info Aldebaran dan keluarga besarnya. Tiba pada satu gambar di mana ada sosok perempuan tanpa kerudung berada di samping Aldebaran dengan senyuman manis juga keduanya terlihat mesra. Amanda mengernyitkan dahi.

"Ini pasti istrinya. Sekilas memang mirip denganku. Ya Allah ... bisa begini, ya?" pikirnya tidak henti dan takjub.

Pintu kamar terketuk membuat Amanda terkejut lalu membukanya. Hisyam rupanya, lelaki itu membicarakan tentang kesiapan menikah dari keponakan tersayang. Amanda memasang wajah merenggut.

"In Syaa Allah ini keputusan terbaik dari Abi kamu," ucap Hisyam.

"Harusnya Abi Hisyam kasih saran yang lain ke Abi," gerutu Amanda.

"Tadinya ada. Justru Abi Hisyam punya calon yang lain buat kamu. Lelaki yang sepertinya sangat baik karena dia ramah, pekerja keras. Sayangnya, abimu keburu minta lelaki bernama Aldebaran itu untuk jadi suami kamu dan ini karena ada gosip yang ingin menjatuhkan keluarga kita."

"Kalau soal perjodohan pasti kalian ahli."

"Ya, bisa dibilang begitu. Aku punya rekomendasi, tapi sudah terlambat."

"Belum tentu juga Amanda mau sama lelaki yang Abi Hisyam bilang."

"Namanya juga usaha. Orangnya memang terlihat baik, biarpun baru bertemu sekali."

"Tuh, kan .... "

"Mungkin bukan jodoh kamu."

"Abi Hisyam, bisa digagalkan, gak?"

"Mau bikin kacau? Gak takut Abi kamu kenapa kenapa?"

Amanda berpikir sejenak dan langsung menggelengkan kepala dengan ucapan sang paman.

"Gak tega juga. Semoga ini memang langkah terbaik. Meskipun tidak ada cinta dari kita berdua," ujar Amanda.

"Belum ada cinta, itu yang betul. Bukan tidak ada cinta," kekeh Hisyam menggoda keponakannya.

Amanda semakin mengerucutkan bibirnya yang tipis berwarna merah jambu itu.

***

Aldebaran penasaran dengan keterangan dari Angga. Sahabatnya itu memberi tahu tentang sesuatu yang berhubungan dengan Andini karisma Putri. Entah apa yang akan dibicarakan sebab perbincangan mereka sempat terpotong tadi siang. Namun, ia yakin itu bukanlah hal yang mengejutkan karena dirinya menebak jika itu ada kaitannya dengan pesan yang belum tersampaikan.

"Apa mungkin kamu berpesan sesuatu pada Angga untuk disampaikan padaku, Ndin?" gumamnya perlahan.

Ia pun menuju ranjang dan berusaha tidur. Namun, hatinya sangat gelisah memikirkan tentang perkataan Angga juga rencana pernikahan. Al berharap semua keluarga tidak syok saat melihat wanita yang akan menjadi istrinya karena mirip dengan Andin.
Saat mata mulai terpejam dan menuju alam mimpi. Ia terbangun dengan keadaan sedang berdiri di sebuah taman indah dengan bunga-bunga yang bermekaran. Pandangannya merasa heran sebab ada di tempat yang asing. Netranya tidak henti menelusuri setiap yang ia lihat. Pun dirinya yang memakai pakaian putih. Tidak lama ada tangan yang mengelus pundaknya lembut. Aldebaran membalikkan badan dan terkejut dengan siapa dia bertemu.

"Andin?" sahutnya.

Wanita yang dipanggil justru tersenyum manis. Senyum yang sudah lama Aldebaran rindukan. Dua garis bibir yang tak pernah luput dari perhatian ketika ia dan anak-anak bersama wanita itu. Kini, ia berhadapan langsung dengannya.

"Aku merindukanmu," ujar Al penuh haru.

"Aku juga merindukanmu, Mas," kata si wanita yang kemudian meletakkan kepalanya di dada Aldebaran.Terasa hangat karena sudah lama tidak merasakan hal ini. Namun, perlahan ada rasa dingin menjalar hingga wanita itu kembali tersenyum sembari mengelus pipi Aldebaran.

"Jangan ragu, aku ikhlas dengan semua keputusanmu. Kita pasti bertemu lagi nanti," ucapnya.

"Andin ... aku sangat mencintaimu."

"Jaga anak-anak, Mas. Mereka pasti senang." Tiba-tiba wanita yang ternyata Andin itu melangkah cepat menghindari Aldebaran dan pergi ke arah cahaya yang menunggu sedari tadi.

"Andin ... jangan pergi! Andin!"

Keringat membasuh wajah kala Aldebaran bangun dari tidurnya. Mimpi bertemu sang istri seolah sebuah firasat atau restu untuknya. Lelaki itu mengusap wajahnya perlahan dan beristighfar. Untuk pertama kalinya ia kembali bertemu dengan istrinya meski di alam mimpi.

"Kamu tetap cinta pertamaku, Ndin. Aku sudah melanggar janji untuk tidak menikah  lagi. Tapi ini karena keadaan darurat," gumamnya pelan.

Bersambung
🌸🌸🌸

Minal aidzin walfaidzin haluwers. Maaf ya luammma nunggunya. Alhamdulillah bisa up lagi sekarang meski author sibuk dengan tugas lainnya 🙏

Aku MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang