Jangan Sampai Bertemu

210 58 6
                                    

Amanda bingung saat dia pulang ke rumah, Rasya tengah demam tinggi. Dia sempat menghubungi Hisyam dan diminta untuk ke rumah sakit. Akhirnya Amanda dan Rasya diantar oleh supir. Tidak jauh dari lokasi mereka, ada Rosa dan Reyna. Rosa tengah mendorong kursi roda cucunya dengan perlahan. Reyna selesai terapi dan ini waktunya untuk pulang. Rosa menunggu jemputan. Saat itu, Rosa tidak sengaja melihat ke arah suster yang membawa pasien ke arah IGD. Dia melihat seorang wanita yang panik menemani pasien lelaki yang pasti ia tebak sebagai suami si wanita.

Rendy yang akan menjemput Rosa melihat Amanda ke luar dari mobil dan memanggil perawat untuk membantu membawa Rasya. Ia terus memperhatikan hingga ia ingat jika Al tidak ingin keluarganya melihat bahkan bertemu dengan perempuan itu. Rendy langsung menghubungi Rosa.

"Hallo Rendy," jawab Rosa di telpon.

"Ibu di sebelah mana?" tanya Rendy cepat.

"Kita menuju lobi, kamu udah ada di sana, kan?"

"Iya, Bu. Saya sudah di depan, tapi sebaiknya Ibu tunggu di sana saja. Saya akan ke dalam."

"Kamu ini, tunggu saja di luar lagi pula sebentar lagi saya ke lobi."

Mendengar itu Rendy panik sebab Amanda juga sedang menuju ke dalam.Ia takut Rosa berpapasan dengannya. Sampai akhirnya Rendy melangkah cepat untuk menyusul Rosa dan Reyna.

Sementara itu, Amanda dan beberapa perawat yang mendorong brankar bersiap menuju ruang IGD. Amanda nampak panik karena ia khawatir suatu yang buruk menimpa pada keponakannya. Amanda menuju ruang IGD dan Rosa menuju lobi. Mereka berpapasan, Rendy pun panik dan menghentikan langkah lalu membalikkan badan karena takut terlihat Amanda.

"Kenapa mesti begini juga, sih, pak bos," keluhnya.

sayangnya Reyna melihat dan memanggil namanya keras."Om Rendy!" teriak Reyna.

"Sayang, gak usah teriak," kata Rosa pada cucunya itu.

"Itu Om Rendy Oma."

Rosa pun menoleh ke arah depan. Dia sedikit ragu hingga akhirnya melihat Rendy yang kini sudah membalikkannya badan ke arahnya dan tersenyum. Sementara ia tidak melihat wajah Amanda begitu juga Reyna. Rendy pun merasa lega.

***

"Gimana keadaan keponakan saya, Suster?" tanya Amanda.

"Tenang saja mbak, karena dokter sedang memberikan pertolongan pertama," jawab suster.

"Baiklah. Terima kasih."

Amanda mulai lega. Dia pun menghubungi Hisyam yang ternyata sudah ada di halaman rumah sakit. Hisyam memarkir mobilnya. Bersamaan itu Rosa dan Reyna juga menuju mobil. Rosa melangkah dengan anggun, sedangkan Reyna di dorong oleh Rendy agar bisa masuk mobil lebih dulu. Rosa terus melangkah sampai ia berpapasan dengan Hisyam yang berjalan terburu-buru  hingga lelaki itu tidak sengaja menyenggol Rosa meski tidak jatuh hanya sedikit lengah dan menjatuhkan plastik obat yang dibawanya.

"Maaf," kata Hisyam. Lelaki itu melihat plastik dan obat yang berserakan di jalan. Rendy dan Reyna menoleh ke arah mereka. Hisyam langsung coba merapikan obat tersebut dan memberikannya pada Rosa.

"Ini, sekali lagi saya minta maaf," ujar Hisyam.

Rosa tersenyum manis." Tidak apa-apa, anda sudah merapikannya lagi. Saya juga berterima kasih," balasnya lembut.

Hisyam membuka kacamata hitam dan menatap ke arah Rosa dengan membalas senyuman wanita yang kini masih terlihat cantik dan anggun di usia senjanya.
Keduanya mengangguk lalu setelahnya saling berpamitan satu sama lain.
Menit kemudian, Rasya sudah mendapat penanganan. Hisyam lega begitu juga Amanda. Mereka menuju ruangan Rasya.

Aku MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang