Gak Fokus

332 73 15
                                    

Suasana terasa canggung antara pasangan suami-istri itu. Kejadian semalam membuat Amanda merasa malu bahkan mulai tahu jika sebetulnya dibalik sosok kaku itu ada perasaan yang begitu peka juga lembut. Tanpa diduga Aldebaran menyelimuti tubuh juga sempat memeluknya erat semalam karena dirinya merasa kedinginan. Ketika mengingat kejadian itu tiba-tiba saja wajah Amanda berubah kemerahan hingga ia tersenyum tipis.

"Tunggu ... kok aku senyum-senyum sendiri? tanyanya heran.

"Ada apa?" giliran Al yang bertanya.

Tatapan Al membuat Amanda terpana dan kembali mengingat kehangatan semalam.

"Ya Allah, apa ini? Jangan kegeeran dulu Amanda. Dilihat sih lelaki ini tampan, punya perawakan sempurna, keren juga. Pleas jangan halu dulu," tambahnya dalam hati kemudian tersipu malu. Sikapnya tentu membuat Aldebaran keheranan dan terus mengibaskan tangan untuk menyadarkan Amanda dari lamunan.

"Hei ... kamu kesurupan, Nona?" gerutunya.

"Hah? Apa?" pekik Amanda.

Tidak lama, Al malah mendorong tubuh Amanda ke dalam pelukannya. Sontak Amanda kaget dan tidak percaya apa yang dilakukan suaminya. Dia dipeluk begitu saja.

"Jangan melamun, ada jurang. Kalau terjadi sesuatu dengan kamu saya tidak bisa bertanggung jawab," tutur Al membuat Amanda sadar dengan apa yang dilakukan lelaki itu.

Di hadapannya memang ada jurang. Dia sempat melamun sampai tidak sadar jika melangkah ke arah jalan yang buntu.
Dari kejadian hari itu entah kenapa Amanda selalu tersipu. Bulan madu mereka begitu singkat hanya beberapa hari saja. Kini mereka kembali ke Jakarta. Al membawa Amanda ke rumah satunya lagi. Mereka tidak ke pondok pelita. Rosa sudah tahu hal ini, tetapi Abdullah Hisyam belum tahu.
Saat keduanya tiba di rumah, Al langsung memberitahu kamar Amanda yang ada di sebelah kamarnya.

"Kita pisah kamar, lagi?" tanya Amanda.

"Kenapa? Bukannya nikah kita termasuk nikah dadakan juga tanpa cinta? Jangan bilang kamu .... "

Dahi Amanda mengernyit. "Aku cuma tanya," elak Amanda yang langsung kebingungan dengan ucapannya sendiri.

"Saya tidak ingin ganggu privasi kamu. Bukan berarti saya lepas tanggung jawab. Mungkin kalau kamu sudah siap tidur dengan saya, silahkan."

"No! Maaf ... aku cuma."

"Jangan cuma terus. Anggap saja kita masih masa pengenalan dan butuh waktu."

"Anda benar tuan Aldebaran. Aku saja yang kegeeran." Tiba-tiba Amanda terkekeh sendiri membuat Aldebaran menelan saliva dan beristighfar dalam hati.

"Kamu memang mirip dengan Andini karisma Putri almarhumah istri saya, tapi cinta saya tidak akan terbagi. Permisi, saya langsung ke kamar dulu."

Tanpa basa-basi lagi Aldebaran keluar dari kamar Amanda. Wanita itu menganga lebar mendengar ungkapan Aldebaran. Ia berdecak sekaligus menepuk keningnya sendiri karena merasa keterlaluan tadi.

"Aku ngomong apa, sih, tadi?" lirihnya kesal.

"Memangnya aku cinta apa sama dia, ih ... kegeeran. Dia ganteng, tapi sikapnya dingin. Sabar Amanda," desisnya menguatkan diri.

Menit kemudian Aldebaran sampai di kamarnya. Ia melilit kemeja dan membuka sebagian kancing kemeja karena gerah dan hendak istirahat. Baru saja bokongnya menempel di tempat tidur ada suara ketukan yang cukup mengganggu. Al langsung beranjak dan membuka pintu, rupanya Amanda sudah nyengir kuda karena ingin bertanya sesuatu.

"Kenapa?" tanyanya sinis.

"Kamarnya yang sebelah mana? Soalnya ada dua di sana," ucap Amanda.

"Yang sebelah kiri. Yang kanan itu ruang kerja saya."

Aku MerinduWhere stories live. Discover now