Dia Lagi

260 66 6
                                    

🌸Aku Merindu part 3🌸

Aldebaran kembali berkutat dengan pekerjaannya di kantor. Hari ini ia tengah memimpin rapat untuk berkordinasi tentang perkembangan projek yang akan dikerjakan bersama investor yang baru. Ia dengan lihai menjelaskan semua kriteria bisnisnya. Salah satu investor terkagum dengan cara lelaki itu mempresentasikan. Lelaki itu kagum sebab dengan usia muda lelaki di depannya sudah menguasai ilmu bisnis dengan baik, bahkan kabar banyak investor yang menginginkan bekerja sama. Tepuk tangan bergemuruh dari semua yang hadir. Tidak banyak hanya beberapa, tetapi mereka adalah orang-orang penting untuk perusahaan. Sebetulnya Aldebaran cukup gugup menghadapi mereka karena mereka investor baru yang ingin bergabung.

"Saya menyukai kinerja anda," ucap salah satu pengusaha setelah berhasil menyalami tangan Aldebaran.

"Terima kasih, semoga bisa membuka akses kerja sama kita," jawab Al dengan sopan.

"Saya tertarik dan mau bergabung. Sebetulnya sudah lama saya dengar tentang kepiawaian anda. Alhamdulilah sekarang bisa menghadiri acara ini," tambahnya antusias.

Aldebaran mengangguk tanda ada harapan dari lelaki yang sedang bersamanya itu. Dari penjelasan Rendy, lelaki tersebut seorang pengusaha cukup ternama di Singapore bahkan sudah menembus timur tengah. Tentu Al berharap lelaki itu bisa jadi investor baru di perusahaan.

"Saya sungkan karena akhirnya bisa bertemu dengan pengusaha sekelas pak Abdullah Ahmad," kata Al memuji.

Lelaki yang bernama Abdullah itu tersenyum ramah sekaligus menepuk pundak Aldebaran.

"Jangan berlebihan, dunia bisnis memang kadang sebagai perkenalan kita selalu bersilat lidah. Namun, dengan saya cukup jadi diri sendiri saja. Kita terbuka dan saya memang tertarik dengan bisnis baru ini. In Syaa Allah kita akan segera membahas ulang nanti."

"Baik, saya tunggu niat baik bapak," tutur Al.

"Kalau begitu saya permisi dulu."

Al mengangguk cepat sebelum dirinya mempersilahkan Abdullah Ahmad untuk pergi meninggalkan ruangan. Dia bernapas lega sebab tendernya akan ada investor baru dan tidak tanggung-tanggung Abdullah Ahmad mau bergabung.

"Rendy, tolong berkas tentang perusahaan Abdullah Ahmad kamu siapkan lagi. Kita harus mempelajarinya kembali," ujar Al pada asistennya.

"Baik Pak."

Sementara itu, Abdullah Ahmad melangkah di antara koridor kantor. Lelaki usia lima puluh tahun yang masih berkarisma itu belum akan kembali ke Singapura, setelah ini dia akan ke suatu tempat yang sudah lama tidak dia datangi. Saat masuk mobil ia langsung meminta pengawal bersiap ke lokasi. tiga puluh menit berlalu kemudian dia sampai di area pemakaman.

"Abi .... " seru Amanda yang langsung mencium tangan ayahnya itu.

"Kamu sudah di sini rupanya," balas Abdullah.

"Amanda dan abi Hisyam sudah dari tadi, abi."

"Baguslah, ayok!"

"Tunggu Abi, Amanda lupa bawa sesuatu. Amanda ke mobil dulu ya," pinta Amanda.

"Ya sudah nanti kamu nyusul. Pengawal, tolong perhatikan putriku," titah Abdullah pada salah satu pengawalnya.

"Baik, pak."

Amanda menggelengkan kepala. Dia merasa agak risih karena ayahnya meminta pengawal mengawasi.

"Abi ini ... padahal cuma ke mobil yang di depan harus pakai pengawasan," gerutunya.

Hisyam dan Rasya tertawa. Tidak menunggu lama ketiganya menuju area pemakaman tanpa Amanda. Mereka bertakziah ke makam Ahmad yang merupakan kakek dari Amanda. Semua bertakziah dengan khusyuk. Dari sudut lainnya, ada Rosa yang juga sedang bertakziah ke makam Roy, suaminya hingga makam Andin. Rosa selesai berdoa dan hendak pergi dari sana. Ia terkejut melihat banyak pengawal yang sedang berdiri di area parkir tidak jauh dari mobilnya.

Aku MerinduWhere stories live. Discover now