Part 3

14.1K 631 3
                                    

Ronald Parulian Malik, seorang dokter dan anak dari sahabat sang Bunda, hanya itu yang Salmiera tau tentang Ronald, tak begitu mengenal Ronald, Salmiera hanya sebatas tahu, bahkan pendekatan antara Salhiera dan Ronald, Salmiera tidak begitu mengetahui spesifiknya bagaimana bisa kedua orang tersebut memutuskan untuk menikah, apa karena Salmiera yang terlalu sibuk atau memang Salhiera jarang menceritakan kisah asmaranya.

Salmiera berpikir apakah kedua orang tersebut sebenarnya dijodohkan, dan sebenarnya kembarannya tidak menyukai ini makanya kabur. "Eh tapi nggak deh kalo dijodohin, Bunda nggak pernah tuh kaya gitu, Ka Hanifa dan Bang Hanafi nggak dijodoh tuh dan gue lihat-lihat si Salhiera demen kok sama si Ronald-Ronald itu, tapi kenapa kabur coba." Salmiera bermonolog sendiri.

"Arghhh, Salhiera lo gak pernah nyusahin gue seumur hidup kita, tapi sekalinya nyusahin kenapa harus seperti ini sih!" Ucap Salmiera frustasi.

Saat Salmiera sedang memikirkan semua masalah yang terjadi hari ini, tiba-tiba Bunda duduk di sampingnya lalu langsung menggenggam tangan Salmiera.

"Maaf ya Nak, karena masalah ini Salmiera jadi ikut terseret dan jadi ikut kepikiran tentang ini," ucap Bunda yang merasa bersalah.

"Bund... Masalah ini adalah masalah keluarga kita bersama, karena menyangkut salah satu dari kita, bukan? Kenapa Bunda minta maaf." Salmiera langsung memeluk Bunda.

"Salhiera dan Ronald memang Bunda dan Tante Rani yang comblangin awalnya, tapi ternyata mereka ada pendekatan yang natural dan saling suka deh, ini opini Bunda sih." Bunda sambil tersenyum menceritakan.

"Zaman kuliah dulu ketika Bunda dan Tante Rani jaga di stase obgyn, ada dua ibu-ibu yang lahirannya barengan duh pokoknya hectic parah dehh pas itu, nggak bakal kita lupakan kejadian itu, oh ya anak beliau ini pasangan gitu, cowok cewek. Jadilah Bunda dan Tante Rani kaya nyeletuk gitu dan bilang 'nanti kalo punya anak yang pasangan dijodohin kali ya' setelah itu nggak ada pembicaraan apapun setelah itu sampai ketika, Tante Rani tahu Salhiera kuliah satu kampus dengan Ronald, kami jadi ingat deh dulu pernah ngomong gitu, jadinya ngalir aja sisanya." Bunda bercerita panjang lebar.

"Bunda kira Salhiera suka dan cocok sama Ronald, tapi kenapa dia kabur ya, Dek?" sambung Bunda dengan nada bicara murung kembali, membuat Salmiera memeluk kembali belahan jiwanya tersebut.

"Kita cari Salhiera sampai dapat ya Bund, dia harus menjelaskan kenapa dia pergi," ucap Salmiera dengan yakin.

Bunda menoleh ke arah Salmiera, "Kalau Salhiera nggak kita temukan sampai hari pernikahan tiba apakah Salmiera mau untuk menggantikan?" Salmiera melonggarkan pelukannya, lalu menatap mata sang Bunda.

"Kita lihat nanti ya, Bund." Salmiera langsung berdiri dan pergi meninggalkan Bunda. Salmiera tak suka jika Bunda selalu menatapnya seolah Bunda sedang memohon pada Salmiera.

Di sisi lain sedang ada perdebatan antara Ayah dan anak laki-lakinya.

"Pokoknya kalau Salhiera tidak kita temukan sampai hari pernikahan kalian tiba, kamu harus mau menikah dengan kembarannya," ucap Ayah Ronald secara tegas.

"Kalian para orang tua jangan egois dong, Yah, Buk! Lagian Ronald bakal cari Salhiera sampai dapat sebelum hari pernikahan kami," ucap Ronald yang sudah emosi.

"Semoga dia benar-benar ketemu sebelum hari pernikahan kalian, tapi kalau tidak pokoknya kamu harus menikah sama Salmiera! Lagian apa bedanya sih? Wajah mereka sama Ronald," ucapan Ayah tersebut membuat Ronald menggelengkan kepalanya lalu meninggalkan kedua orang tuanya.

Ronald membanting tubuhnya ke kasur, masalah dan kabar hari ini menguras segalanya yang ada pada Ronald. Ronald merasa dia dan Salhiera tidak terjadi masalah apapun, bahkan mereka kemarin makan siang bersama di kantin rumah sakit, kenapa bisa Salhiera kabur padahal hari pernikahan mereka sudah dekat.

"Ya ampun Salhiera, ada apa dengan kamu." Ronald sangat frustasi dengan semua ini.

Dia lalu mengambil ponselnya dan menelpon seseorang untuk meminta bantuan mencari Salhiera, pokoknya sebelum hari pernikahan mereka tiba, Salhiera sudah harus ditemukan, Ronald ingin minta penjelasan dari wanita itu.

"Paul gue butuh bantuan lo." Lalu Ronald menjelaskan kepada seseorang tersebut apa yang sedang dia alami dan meminta bantuan darinya.

__________________________________________________

Pagi ini di kediaman keluarga Salmiera sedang sarapan bersama, namun tak seperti biasanya keadaan sarapan pagi ini sangat berbeda, masing-masing anggota keluarga memikirkan masalah dan orang yang salam.

"Ayah, Kaka sudah kasih tahu ke Fajar tentang hal ini, dia bakal kerahkan team nya untuk bantu cari Salhiera." Kak Hanifa membuka pembicaraan pagi ini.

"Iya, Ayah juga sudah mulai sejak kemarin memulai mencari Salhiera, Ronald juga bilang bahwa dia juga akan mulai mencari mula hari ini," ucap Ayah sambil menghembuskan nafas, sepertinya akan sangat berat menjalani hari.

"Bunda bakal ke rumah sakit pagi ini untuk menanyakan hal ini ke teman-teman Salhiera, semoga ada titik terang." Bunda juga tampak muram.

Pagi ini keadaan seluruh anggota keluarga tak baik-baik saja, termasuk Salmiera yang juga bingung ingin membantu apa.

"Dek, saran Kaka jangan sampai media dan pihak manejemen kamu tau masalah Salhiera ya." Kak Hanifa memegang tangan Salmiera, sambil menatap adiknya yang satu itu.

Salmiera menganggukkan kepalanya, dia juga berpikir sejak tadi malam untuk masalah Salhiera ini tidak perlu sampai pihak manajemennya tahu, tidak ada kaitannya dengan karirnya bukan.

"Hari ini ada waktu kosong, Dek?" Tanya Bunda, Salmiera hanya menggeleng. Dia sudah diberitahu oleh Kak Fira dan Kak Salwa tentang jadwalnya hari ini.

"Temenin Bunda ke rumah sakit ya, mau kan?" Tanya Bunda mengajak Salmiera untuk ikut Bundanya hari ini, Salmiera mengangguk setuju, dia juga bingung sebenarnya untuk apa tapi demi mengisi kekosongan hari nya dia memilih untuk ikut.

"Tapi Salmiera langsung pulang ke apartemen ya Bund? Besok ada acara di Bogor." Bunda hanya mengangguk sambil tersenyum. Tidak apa-apa yang penting hari ini dia bisa bersama anak gadisnya yang sudah mandiri ini, sudah lama dirinya tak menghabiskan waktu bersama Salmiera.

Tidak tahu mengapa Bunda sangat ingin banyak menghabiskan waktu dan bercerita bersama Salmiera, perasaan ini sama halnya ketika Hanifa hendak menikah dulu, apakah ini pertanda bahwa yang akan menikah selanjutnya adalah putrinya yang sekarang ada di depannya atau putrinya yang sekarang tidak tahu keberadaannya ada di mana.

Hallo! Terima kasih karena sudah membaca cerita ini.

Hmm gimana part ini?? Seru gakk?? Hope u like gais:)

Segala hal dalam cerita ini hanya fiktif belaka yang dibuat untuk menyalurkan ide buah pikiran. Dimohon untuk tidak membawa ke luar dan dianggap serius!

Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka di kolom komentar.

Kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI mohon dimaafkan.

Salam hangat dari Penulis

Makassar, 2023

Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang