Part 48

10.7K 706 114
                                    

Happy Reading!

Salhiera menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Tatapan orang yang memanggil Salhiera terlihat tajam.

"Kak Hanifa." Mata Salhiera berkaca-kaca dengan suara yang gemetar.

Kak Hanifa sampai di depan Salhiera, dilihatnya adiknya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kak...." Kak Hanifa menghela nafasnya kasar. "Kemana aja kamu? Surabaya? Singapura?" Salhiera langsung dilempar pertanyaan dengan nada ketus dari sang Kaka.

Sakit, rindunya terhadap sang Kaka sudah terlalu besar namun,  pertemuan pertama mereka setelah berpisah justru dalam kondisi dan keadaan yang tidak mengenakan untuk keduanya.

"Pulang! Atau kamu mau lari lebih jauh lagi?" Tanya Kak Hanifa, Salhiera menggeleng. "Kak, nggak pergi kok Kak, aku-" belum selesai Salhiera melanjutkan ucapannya tiba-tiba ada yang menghampiri mereka.

"Astaga Salhiera!" Ucap Kak Chava yang terkejut melihat adik ipar yang selama ini dicari.

Kak Chava menatapa Kak Hanifa dan Salhiera bergantian. "Nggak tahu gue, gue juga kaget lihat dia tadi." Ucap Kak Hanifa.

"Salhiera gimana ceritanya sih?" Tanya Kak Chava.

"Kita pulang! Lo bilang ke laki lo suruh ke rumah Ayah Bunda," ucap Kak Hanifa tegas.

Mereka bertiga pun pulang bersama.

Pada saat di mobil hanya ada ketegangan di antara mereka. Tak ada yang berani membuka pembicaraan, mereka semua larut kepada pikirannya masing-masing.

Sampai akhirnya Salhiera memberanikan dirinya untuk membuka pembicaraan dan mengajak kedua Kakanya berbicara.

"Kak Hanifa, Kak Chava, aku benar-benar minta maaf atas segalanya. Aku tidak bermaksud melukai hati siapa pun." Dengan suara bergetar Salhiera memberanikan diri untuk berbicara.

Kak Hanifa menoleh ke arah Salhiera dengan nada tajam. "Semua pasti memaafkan kamu, tapi apakah maaf bisa merubah keadaan Hier? Keputusan kamu untuk kabur kemarin egois."

"Kak tapi keadaan aku saat itu-" belum selesai ucapan Salhiera Kak Hanifa sudah memotong.
"Meninggalkan kami semua dengan keadaan bingung. Selama berbulan-bulan tanpa kabar, buat Ayah Bunda malu sekaligus sedih, bingung semua campur aduk."

"Apapun kondisi kamu saat itu kabur bukan jalan yang tepat, Dek." Kak Chava menimpal.

"Aku sakit Kak." Ucapan Salhiera merubah raut wajah Kak Hanifa dan Kak Chava.

Kak Hanifa menghela nafas panjang, "Kita bicarakan semuanya di depan Ayah Bunda.

***

Salmiera berencana untuk berkunjung ke rumah orang tuanya, dia juga meminta Ronald untuk pulang ke rumah orang tuanya nanti. Sebelumnya Salmiera sudah menghubungi sang Bunda bahwa dirinya hendak berkunjung dan makan malam bersama.

Sebelum berangkat Salmiera memberikan kabar kepada Ronald bahwa dirinya sudah berangkat. Setelah itu Salmiera mengecek varang bawaannya, dia membawakan oleh-oleh khas Palembang kesukaan kedua orang tuanya yang kemarin dia beli ketika manggung.

"Sudah lengkap semua," ucap Salmiera sambil kembali memeriksa barangnya.

Salmiera berjalan menuju pintu diikuti oleh Bombat. "Bombat ditinggal ya, kamu gk bisa dibawa Nak soalnya pakai taksol." Salmiera menunduk sambil mengelus Bombat. Kucing buntal itu seakan mengerti ucapan Salmiera dia pun berjalan pergi meninggalkan Salmiera.

Setelah melewati jalanan dan macetnya Jakarta Salmiera sampai juga di rumah orang tuanya. Turun dari taksi dan bertegur sapa kepada penjaga rumahnya, Salmiera menapaki jalan yang sudah sangat dikenalnya menuju pintu rumah tempat yang selalu dirindukannya.

Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang