Part 8

11.4K 617 11
                                    

Happy reading!!

Kini Salmiera sudah berada di dalam mobil bersama Ronald, menyusuri jalanan Jakarta yang saat ini sedang macet-macetnya.

Mereka saling diam, tak ada suara apapun di dalam mobil. Salmiera melihat ke arah jendela dan Ronald fokus pada kemacetan Jakarta hari ini, namun yang pasti adalah mereka sama-sama memikirkan hal yang salam, Salhiera.

Sejak kemarin memang Salhiera lah yang selalu memenuhi isi kepala dua orang tersebut. Bagaimana tidak memenuhi, selain Salhiera adalah orang tersayang mereka, menghilangnya Salhiera juga menjadi taruhan alur kehidupan mereka nanti.

Tiba-tiba ponsel Ronald berbunyi, menampilkan orang yang sejak tadi sudah ditunggu Ronald untuk memberi kabar.

"Lo udah di sana, Ul? Gue agak lama ya, macet nih."

Salmiera hanya memperhatikan Ronald berbicara dengan lawan bicaranya tersebut, Salmiera melihat garis wajah Ronald sangat mirip dengan Tante Rani, Ibu nya, bagai pinang dibelah dua.

"Tadi teman saya bilang dia berhasil temukan lokasi nomor yang tadi pagi dipakai oleh, Salhiera," ucap Ronald yang langsung menarik atensi dan fokus Salmiera.

"Terus di mana? Lo mau ketemu, kan? Gue boleh ikut? Bagaimanapun Salhiera kembaran gue, mau seaneh apapun hal yang dia lakukan sekarang gue malah tambah khawatir sama dia." Salmiera tampak murung menceritakan tentang kembarannya tersebut, Ronald bisa melihat terdapat wajah lelah dari Salmiera, sama sepertinya.

Ronald mengangguk, "Kalau kamu nggak sibuk, kita langsung ke sana aja. Kamu juga punya hak tahu tentang Salhiera bahkan, lebih dari saya." Salmiera tersenyum penuh atas penuturan dari Ronald.

Ronald melihat Salhiera dan Salmiera memang orang yang berbeda, Salmiera adalah orang yang benar-benar ajaib menurut Ronald, mood gadis itu bisa berubah sepersekian detik, ekspresinya pun juga berubah cepat, yang tadi terlihat bersedih sekarang berubah bersemangat. Pikir Ronald, apa karena Salmiera adalah publik figur yang mengharuskan dirinya lebih ekspresif dan bisa mengendalikan segala sesuatu yang ada di dirinya.

"Gue mau tanya dong, kalau nggak mau jawab juga nggak papa." Salmiera membuka obrolan pada Dokter yang memiliki ekspresi datar di sebelahnya ini.

Ronald mengangguk setuju. "Jadi lo sama Salhiera tuh dicomblangi Bunda dan Tante Rani ya? Apa karena emang saling demen?" Pertanyaan Salmiera membuat Ronald menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sangat tipis, catat, sangat tipis.

"Salhiera adik tingkat saya dan juga teman dari sahabat kecil saya, dia punya pribadi yang tenang, that's one reason i like so much ur twin, Sal, so attractive." Jawab Ronald.

"Gue paham, lo suka dia karena lo suka orang kalem ya?" Ronny mengangguk, "Nggak juga, banyak sih yang buat saya tertarik sama dia, dia cerdas, dia punya wawasan luas, dan saya gak mau munafik, dia cantik. Terus apa lagi ketika Ibu saya sangat menyukai dia karena anak dari sahabat Ibu saya, Bunda kalian."

"Iya, si Salhiera emang kalem banget, kaya wanita-wanita anggun gitu, jauh berbeda sama gue dan Kak Hanifa yang terkesan lebih punya kepribadian tegas dan ngegas. Salhiera juga satu-satunya anak Bunda yang mau mewujudkan dan meneruskan cita-cita Bunda, dia yang paling sering nurut dan mengalah di antara kami. Makanya ketika dia berbuat hal ini kami semua kaget bukan main." Salmiera mendeskripsikan kawannya sejak di dalam kandungan tersebut.

Sambil menuju tempat yang dituju Ronald dan Salmiera banyak bercerita, ahh, lebih tepatnya Salmiera yang banyak bercerita tentang Salhiera yang ternyata Ronald belum mengenal semuanya.

"Boleh nyalain radionya nggak? Sepi banget, gue nggak bisa sepi-sepi," ucap Salmiera terang-terangan, Ronald mengangguk setuju. Astaga benar, Salhiera dan Salmiera sangat berbeda.

Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang