Part 45

11.1K 681 33
                                    

Happy Reading!!

Di ruang rawat saat ini Salmiera duduk di tempat tidurnya dengan pandangan kosong yang memandang keluar jendela. Di sekitarnya, suara mesin-mesin medis yang terdengar pelan, menciptakan suasana yang hening dan sunyi. Kak Hanifah yang sudah setengah jam lalu datang untuk menjaga Salmiera duduk di sampingnya dengan ekspresi cemas yang terpancar di wajahnya melihat kondisi sang adik.

"Kak ternyata sakit ya rasanya." Salmiera akhirnya mengeluarkan suaranya, suaranya tercekat oleh kesedihan yang mendalam.

Kak Hanifah menggenggam kuat tangan Salmiera. "Iya Dek, sakit banget jadi sekarang kamu keluarkan rasa sakitnya ke Kaka, bagi rasanya ke Kaka dan semuanya jangan dipendam sendiri. Dua tahun lalu Salmiera yang semangatin Kaka, dua tahun lalu kamu Dek yang menyuruh kaka untuk berbagi rasa sakit itu. Sekarang bagi semua rasa sakitnya ke Kaka." Kak Hanifah sudah memeluk erat sang Adik.

Air mata Salmiera kembali pecah, rasa ini amat sakit ternyata.

Salmiera mendongak dan menatap Kak Hanifah dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya "Kak rasanya hampa, sakit, semuanya jadi satu. Aku gagal jadi Ibu, jangankan menjaganya ada sebuah nyawa di sini aja aku nggak tahu kak." Salmiera memegang perutnya sambil terisak.

"Salmiera! Dengar kaka! Kamu nggak gagal jadi Ibu Dek." Kak Hanifah menangkup wajah Salmiera.

Kak Hanifah menggeleng. "Nggak ada Ibu yang gagal Salmiera." Lirih Kak Hanifah, lalu menarik Salmiera kembali dalam pelukannya.

Kak Hanifah mengusap lembut punggung Salmiera. "Ikhlas ya Dek, memang berat tapi kamu menjalankan ini nggak sendiri, ada Kaka, ada Ayah Bunda, Abang, dan ada suami kamu, Ronald. Kita sama-sama sembuh ya."

Beberapa saat kemudian, pintu ruangan Salmiera terbuka perlahan, memecah keheningan yang ada. Masuklah Kak Fira, Kak Sarah, Aghisya, Nabina, dan Navila, masing-masing dengan senyum hangat di wajah mereka. Mereka datang untuk menjenguk Salmiera.

"Eh kalian, sini-sini!" Ajak Kak Hanifah.

Mereka mendekat ke arah Salmiera. Salmiera terlihat begitu rapuh saat ini, mereka merasa perihatin atas musibah yang menimpa Salmiera.

"Dek." Kak Fira terlebih dahulu mendekat ke arah Salmiera.

Mereka saling menatap. "Maaf nggak memberitahu kaka tentang ini semua." Salmiera mengeluarkan suara pertama kali.

"Nggak papa, nggak usah dipikirkan Dek, sekarang kamu fokus untuk penyembuhan kamu aja ya." Kak Fira punggung tangan Salmiera.

"Gais, gue juga minta maaf ke kalian ya karena-" ucap Salmiera kepada sahabat-sahabatnya itu.

"Kaka Sal, apa yang dikatakan Kak Fira bener, nggak usah dipikirkan yang penting sekarang fokus penyembuhan Kaka." Nabina langsung memeluk Salmiera.

Semuanya pun ikut berpelukan untuk menguatkan dan memberikan energi kepada Salmiera. Sungguh Salmiera merasa beruntung memiliki mereka semua.

"Btw yang kasih tahu kalian semua siapa?" Tanya Salmiera di sela pelukkan mereka.

Aghisya, Nabina, dan Navila kompak menunjukkan Kak Fira.

"Dari Bunda, kemarin Bunda ceritakan semuanya." Jawab Kak Fira.

"Eh! Gue bawain lo makanan favorit lo Sal. Tapi lo boleh makan ini nggak sih?" Tanya Aghisya sambil mengangkat bungkusan yang berisi makanan favorit Salmiera.

"Bolehlah gue bukan sakit keras yaa sampai nggak bisa makan itu pepes, sini buru!" Timpal Salmiera.

Mereka pun makan bersama dan menghibur Salmiera. Salmiera amat bersyukur memiliki mereka semua, ternyata mereka sama sekali tak menghakimi Salmiera atas rahasia yang disembunyikan kemarin.

Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang