Part 17

11.5K 630 55
                                    

Happy Reading!!

Salmiera Ronald dan rombongan keluarganya akhirnya sudah tiba di hotel yang akan diselenggarakan resepsi pernikahan.

Semua orang sudah mendapatkan kamar masing-masing termasuk Salmiera dan Ronald justru mereka yang pertama kali dapat.

"Sudah sana Abang sama Kaka duluan aja ke kamarnya," ucap Syarisyah mendorong Ronald yang ada di sampingnya.

"Iya bener, istirahat deh sana!" Seru Kak Hanifa yang juga menyuruh mereka.

Salmiera dan Ronald pun akhirnya pergi duluan ke kamar mereka, sesuai dengan permintaan keluarganya tadi.

Saat sudah sampai di kamarnya Salmiera langsung merebahkan dirinya di kasur, dirinya sudah tak peduli dengan Ronald yang bersamanya. Badannya benar-benar capek kali ini, padahal jika dipikir Salmiera sering manggung dari satu kota ke kota lain yang notabennya itu jauh lebih capek namun, kali ini berbeda.

Sedangkan Ronald yang juga cape namun, tak mau mengganggu Salmiera memilih untuk ke sofa yang lumayan luas, cukup untuk merebahkan dirinya juga. Akhirnya mereka berdua sudah larut dalam alam mimpi masing-masing.

Salmiera terbangun dari tidurnya, tidak tahu sudah berapa lama dirinya tertidur namun, kali ini tidurnya benar-benar enak semua lelah dalam dirinya seolah hilang.

Salmiera melihat ke arah samping sudah ada Ronald yang tertidur di sofa tanpa memakai bantal dan selimut, Salmiera meringis melihat itu terlebih kondisi kamar mereka saat ini sangat dingin, menurut Salmiera.

Salmiera turun dari kasur dan berjalan ke Ronald, "Ron." Salmiera memanggil pelan namun, tak ada jawaban.

"Ronald, bangun Ron." Bukan Salmiera namanya jika tak berani melakukan sesuatu. Dirinya menggoyangkan tubuh Ronald untuk membangunkannya.

Ronald yang tidurnya diganggu itu pun akhirnya bangun, menatap Salmiera dengan cukup kesal.

"Ada apa?" Tanya Ronald yang masih lembut, meskipun sebenarnya Ronald juga kesal karena diganggu tidurnya.

Baru ingin berbicara tiba-tiba ponsel Ronald berbunyi yang membuat perhatian dua orang tersebut teralihkan.

Ronald mengambil ponselnya yang dia taruh di meja sebelah sofa yang dia tidur tadi, melihat siapakah yang menelpon dirinya.

Nama sang adik terpampang di sana, segera diangkatnya.

"Iya Hallo Syar, kenapa?"

"...................."

"Sebentar abang tanya"

"..................."

"Iyaa bawel."

Ronald mematikan sambungan telponnya lalu beralih ke arah Salmiera yang juga bingung dengan percakapan singkat Ronald dan adiknya.

"Di suruh makan malam ke bawah, katanya sisa kita yang belum makan," ucap Ronald memberitahu pesan Syarisyah.

"Nggak, gue nggak lapar. Lo aja kalau mau," ucap Salmiera menolak, bukan berbohong nyatanya Salmiera memang tak lapar, selain tak terbiasa makan di atas jam 9 malam Salmiera juga sudah makan banyak tadi ketika di rumah.

"Oh ya sudah." Ronald beranjak dari sofa dan meninggalkan Salmiera sendirian di kamar, hal tadi membuat Salmiera memelototi matanya.

"Anjir, gitu doang?" Heran Salmiera.

Sedangkan Ronald yang memang lapar segera turun ke restoran hotel untuk makan malam yang terlambat, jika memang Salmiera tak ingin makan ya sudah kenapa harus dipaksa bukan, itu pikiran Ronald.

Pengganti  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang